Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng
Ahmad Sugeng Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta Sejarah Lombok

Lombok Files

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guru Dane, Sang Mesias dari Lombok

27 Mei 2021   05:42 Diperbarui: 27 Mei 2021   09:40 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya sastra adalah cerminan kehidupan masyarakat atau cermin suatu zaman. Kaidah Itulah yang dapat kita saksikan pada novel Guru Dane karya Salman Faris.

Diterbitkan oleh STKIP Hamzanwadi Press pertama kali pada 2010. Novel ini mengambil setting Lombok tahun 1895 sampai dengan 1920. Novel Guru Dane termasuk babon dengan 25 bab dan 458 halaman.

1895, adalah tahun berakhirnya perang Lombok. Perang Lombok merupakan perang yang mempertemukan kerajaan Mataram dengan Belanda. Sebagai pemenang perang, Belanda berhak atas Lombok, menggantikan Mataram yang sebelumnya berdaulat di tanah Selaparang, sebutan lain dari pulau Lombok.

Pada fase inilah, keadaan Lombok digambarkan dengan apik oleh Salman Faris. Kemiskinan, kelaparan dan keterbelakangan adalah situasi yang disuguhkan dari lembar ke lembar. Peperangan demi peperangan, baik dengan orang luar maupun dengan saudara sendiri adalah penyebab dari semua itu. Konflik yang berkepanjangan telah membuat orang Lombok menjadi manusia dengan mental inferior.

Seperti halnya masyarakat agraris pada umumnya. Orang Lombok pun punya mimpi akan juru selamat. Dalam kondisi tertekan dan berkubang kemiskinan, orang Lombok berharap akan hadirnya tokoh pembebas. Jika di Jawa sana, orang mengenal Ratu Adil dan Satria Piningit. Di Lombok, orang mengenal sosok Guru Dane.

Guru Dane, oleh Salman digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai mimpi membebaskan orang Lombok dari segala belenggu penderitaanya. Berbekal ilmu kebatinan yang didapat dari orang sakti. Guru Dane memposisikan dirinya sebagai Belian, sebutan pada masyarakat Sasak, untuk orang yang punya keahlian mengobati segala jenis penyakit.

Tidak itu saja, Guru Dane juga memproklamirkan dirinya sebagai seorang Guru Spiritual. Pengikutnya pun dari berbagai kalangan dan kelompok. Dari suku Bali sampai dengan Sasak. Dari pemuka masyarakat sampai warga golongan rendah.

Keberadaan Guru Dane sebagai Belian dan Guru Spiritual adalah by desain. Ia bersekongkol dengan Ketut Kolang, seorang Bali yang digambarkan sebagai tokoh berpengaruh dan punya watak oportunis. Melalui pengaruhnya, Guru Dane diciptakan menjadi sosok yang istimewa. Lewat kaki tanganya, kehebatan Guru Dane ia kabarkan setiap saat. Pada mulanya, kehebatan Guru Dane tersebar di kalangan Bali, namun lambat laun, kehebatan Guru Dane juga sampai di telinga orang Sasak.

Rumah Guru Dane, akhirnya tidak pernah sepi dari orang yang datang berobat. Tidak saja berobat, orang dengan berbagai persoalan hidup juga datang menghadap. Ratusan bahkan ribuan orang datang setiap harinya. Guru Dane tidak pernah meminta bayaran, namun, orang yang datang selalu menyelipkan uang atau barang lainya.

Uang dan barang yang diberikan secara suka rela inilah, oleh Guru Dane diberikan ke Ketut Kolang. Rupanya antara Guru Dane dan Ketut Kolang telah terjalin kesepakatan. Kelak jika waktunya telah tiba, Ketut Kolang akan membantu segala keperluan perjuangan Guru Dane.

Dalam kehidupanya, Guru Dane, diceritakan memiliki seorang anak angkat bernama Sumar. Sumar kecil ia temukan di pinggir parit dekat desa Puyung. Orang tua Sumar dulunya seorang pandai besi. Dan diceritakan tewas saat terjadi congah Praya tahun 1891.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun