Kepada kedua anakku,
Nak, kalian terlahir di zaman yang serba canggih. Zaman dimana dengan hape, kalian bisa bermain menangkap Pokemon. Dengan hape, kalian juga bisa bermain membangun sebuah kerajaan, membuat pertahanan, bisa berperang dengan pemain lain yang bahkan tidak pernah dikenal.Â
Kami memperbolehkan kalian mencoba game-game yang ada di hape. Itu karena memang kalian harus sudah mampu menggunakan teknologi sejak dini. Inilah zaman kalian. Beda dengan zaman kami apalagi zaman kakek nenek kalian yang sempat heran mengapa hape sampai digoyang kiri-kanan saat kalian main balap mobil.
Di sisi lain, kami juga merasa perlu mengarahkan kalian untuk bermain seperti apa yang kami lakukan dulu.
[caption caption="Mengayuh sepeda. Dokpri "]
Teruslah bermain di tanah. Kami tahu kalian akan kotor. Kami rela kalian sedikit koreng. Namun ayah dan mama percaya, pertiwi sangat luar biasa. Jangankan penyakit di badan kalian, petir jutaan volt pun akan netral setelah bersentuhan dengan sang ibu.
[caption caption="Naik pohon. Dokpri "]
[caption caption="Main layang-layang. Dokpri "]
[caption caption="Main air hujan. Dokpri "]
[caption caption="Dokpri "]
[caption caption="Payung daun talas. Dokpri "]
Bermain game canggih seperti Pokemon Go itu boleh saja, tapi semakin canggih gamenya sepertinya bisa membuat kalian menjauh dari kami, dari teman-teman, dari alam, dari kreativitas, dari pentingnya gerak motorik. Itulah alasan kami membatasi waktu kalian bermain hape dan mendorong untuk lebih banyak "berbohong".
Nak, teruslah bermain, teruslah "berbohong".
Selamat hari anak nasional!
Â
23 Juli 2016, Ayah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H