Mohon tunggu...
Gede Udiastama M
Gede Udiastama M Mohon Tunggu... Pegawai Hotel -

Pria yang menyukai kata kata: tiada hari tanpa belajar, semua orang adalah guru, semua tempat adalah ruang kelas. Bekerja sebagai Learning & Development Manager di sebuah hotel bintang lima di Bali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebagai Ayah Saya Ingin Sekali Berbuat Ini, Tapi....

1 Juni 2016   06:12 Diperbarui: 3 Juni 2016   17:37 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersepeda di umur dua tahun. Dokpri

Namun, nyatanya si anak tidak pernah saya tekan harus juara. Semester lalu, dia bangga sekali mendapat rangking 6. Reaksi saya? Tentu saja senang. Melihatnya punya rasa percaya diri dan adalah ketua kelas yang dicintai teman-temannya, bagi saya ini merupakan prestasi yang sebenarnya.

  • Membuatnya takut pada orang tua. Anak tidak boleh berani sama orang tua, anak saya juga mesti seperti itu.

    Lagi lagi, itu tidak terjadi. Rasa takut hanya akan membuatnya menjauh. Kalau sudah begini, akan sulit mengarahkannya. Saya lebih memilih membuatnya nyaman ada di dekat saya. Selain ada kemelekatan (engagement), saya percaya rasa hormat akan mudah didapatkan.

  • Memintanya menjadi anak yang jagoan. Adalah cita cita semua orang tua punya anak yang hebat multi talenta. Apakah dia harus seperti itu? Tentu saja tidak mesti.

    Saya lebih memilih dia tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. Saya yakin, suatu saat nanti dunia ini lebih membutuhkan orang baik yang mengasihi sesama daripada orang pintar dan hebat.

  • sayang adik
    sayang adik
    ****

    Sebagai orang tua, sering kali kita ingin anak kita begini, ingin mereka begitu. Kita berpikir, adalah sebuah hak untuk menentukan bagaimana anak-anak harus menjalankan hidup mereka. Kita berpikir, kita sepenuhnya punya hak terhadap anak-anak kita. Apalagi mengingat bagaimana kita membesarkannya, penuh pengorbanan dan mungkin air mata. Kondisi tidak selalu sempurna. 

    Namun...

    Bukankah anak adalah titipan? Dan bukankah apapun yang dititipkan mesti wajib dijaga? Sekali lagi wajib dijaga. Adalah kewajiban (bukan hak) kita untuk menjaganya, memastikannya tumbuh seperti apa yang sudah ditentukan oleh Beliau yang menitipkannya pada kita.

    Dan, anak saya ini, dia boleh tumbuh seperti apa yang Beliau sudah tentukan. Dia bebas tumbuh sesuai minat dan bakatnya. Dia bebas menentukan pilihan hidupnya.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun