Dalam hal kerja sama militer, Turki mendapatkan bantuan Rusia untuk mengembangkan jet tempur. Turki mampu membangun hubungan yang lebih luas dibandingkan kepentingan bilateral antardua negara. Ia berkepentingan untuk mengakhiri konflik yang menyeretnya pada kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan.
Indonesia sendiri merupakan "korban" dari meroketnya harga pangan dan energi. Akan tetapi Indonesia belum berhasil menempatkan posisi sebagai jembatan komunikasi yang mengakhiri perbedaan antarblok di dalam G20 sendiri.
Ketiga, Indonesia harus dapat dipercaya. Jokowi telah menyatakan bahwa Indonesia tidak memiliki kepentingan apa pun dalam konflik Rusia dan Ukraina. Jokowi mewujudkannya dengan mengundang kedua belah pihak untuk hadir dalam G20 di tengah desakan negara Barat untuk menyingkirkan Rusia dari pertemuan.
Keempat, komitmen untuk tindak lanjut. Aspek ini yang dirasa masih lemah dan perlu dibangun. Indonesia masih belum memiliki peta jalan bagaimana akan mewujudkan misi Jokowi. Pertemuan para delegasi G20 sendiri memiliki peluang untuk fokus pada persoalan mendesak yang dihadapi dalam mengisi permintaan pangan global.
Dalam seminggu ke depan, pandangan dunia akan diarahkan ke Istanbul. Apabila berhasil dalam negosiasi, profil Turki akan mencuat di mata publik internasional. Sementara ini, Indonesia masih memantapkan perannya melalui G20.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H