Mohon tunggu...
Gede BMW
Gede BMW Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya memiliki Hobi bermusik, bernyanyi, olahraga, serta otomotif terkadang mencoba hal baru seperti foto dan editing video karena sebuah keharusan dan kewajiban kampus, dan di sela-sela lelah saya menikmatinya agar selalu tidak menyerah

Selanjutnya

Tutup

Horor

Perjalanan Pulang Nonton Konser White Swan Rock Malah Menuju Setra (Kuburan) Sempidi

18 Februari 2024   16:10 Diperbarui: 18 Februari 2024   16:14 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sPura Merajapati di Bali. Foto: Putu Intan/detikcom

Waktu itu, bulan Juli 2023 aku dan teman ku bernama Putu pergi bersama menonton konser band White Swan di Badung. Setelah menonton konser aku dan teman ku menuju perjalanan pulang. Di tengah-tengah perjalanan kami banyak mengalami rintangan dan ujian. Pengalaman ini kami alami pertama kali seumur hidup yang tak kami sangka bisa terjadi. Saat pukul 23.00 WITA kami pulang dari Badung dengan menggunakan maps. 20 menit perjalanan berlangsung aku merasa ada yang aneh dan teman ku juga merasakan hal yang sama.

"De, kok gak jalan yang biasanya ku lewatin ya?" Herannya.

"Masa ya?" Aku bertanya kembali (soalnya aku jarang di Bali waktu itu langsung pulang ke Bali karena masa liburan Kuliah).

"Iya." Putu menegaskan lagi.

Aku terus melihat maps dan mengarahkan jalan. Sesampainya kita masuk di gang yang berukuran satu mobil saja Putu mulai merasa benar-benar aneh yang terjadi pada malam itu yang di mana Putu merasa itu bukan jalan pulang melainkan jalan menuju Pantai. Aku menyuruhnya untuk berhenti terlebih dahulu agar bisa melihat maps secara seksama.

"Ah bukan ini jalannya de." Kata teman ku itu.

"Kalau gitu jalan yang kamu inget aja pakai biar gak usah make maps." Kata ku.

"Coba inget-inget dulu bener kamu inget jalan Tu." Aku mencoba bertanya dan memastikan.

"Iya..." Saut Putu.

"Kalau gitu beli dulu bensin isi seliter aja."

"Ah gak usah cukup walaupun satu strip."

"Kleng ci nok satu strip sedangkan perjalanan kita masih butuh waktu kurang lebih sejam lagi" Aku mengumpat.

(Notes: Kleng berarti Umpatan khas Bali).

"Udah gak apa De."

Aku yang sedikit kesal dengan teman ku hingga kita terlibat perselisihan sedikit perkara bensin. Aku yang menyuruh patungan aj buat beli bensin sedangkan kawan ku tetap kekeh gak mau beli bensin. Di saat kejadian itu aku benar-benar memilih diam. Karena aku tahu aku dan teman ku sama-sama memiliki karakter keras kepala jadi ya harus ada salah satu pihak yang mengalah.

25 menit perjalanan lagi Putu mengarahkan jalannya ke gang kecil dan menyuruhku agar mengaktifkan kembali maps, karena dia lupa jalan. Aku pun langsung mengaktifkan, namun lagi-lagi aku dan teman ku seolah di tipu maps. Maps tersebut mengarahkan kita ke jalan buntu dan kami melihat ada Pura Dalem.

(Notes: Pura Dalem di Bali pasti selalu ada Kuburan karena identik dengan kepercayaan Hindu krpada Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur).

"Kleng Tu kuburan ne nok coba diem dulu" Aku menyuruhnya menunggu sebentar sembari me-refresh ulang aplikasi maps.

"Kok tumben mapsnya gini kita di arahin ke jalan-jalan yang gak pernah ku lewati sama sekali De..." Kata Putu.

"Ku juga gak tau ci..." Saut ku.

https://www.merdeka.com/
https://www.merdeka.com/

Aku tiba tiba melihat sosok putih bertopeng rangda di sekitar area kuburan, aku langsung menyuruh supaya Putu juga melihatnya. Dan benar saja hawa di malam hari itu semakin dingin dan membuat bulu kuduk berdiri. Kami mencoba untuk tetap tenang. Syukurnya motor Putu teman ku tetap di dalam kondisi menyala dan kami bergegas meninggalkan jalan buntu tersebut dan keluar dari gang.

Selepasnya keluar dari gang kecil tersebut kami berhenti sejenak dan mengaktifkan kembali maps di handphone ku. Setelah muter-muter di perjalanan kami menemukan persimpangan jalan. Aku mencoba melawan arah yang maps berikan karena aku hanya membaca petunjuk jalan yang di pasang di setiap persimpangan. Aku melihat arah ke kiri bertulisan Denpasar sedangkan maps menuntun kita agar lurus. Aku spontan langsung menyuruh Putu agar belok kiri.

Dan benar saja ke arah kiri menuju jalan besar Kota Denpasar dan kami pun lega karena tidak melewati jalan-jalan yang aneh dan kami selamat sampai rumah di Gianyar. Sesampainya di rumah aku langsung memarahi teman ku.

"Kleng ci Tu daritadi harusnya beli bensin ni syukur kita sekarang gak ngelewatin jalan aneh-aneh lagi terlebih motor mu gak mogok akhirnya bisa juga nyampe rumah lain kali jangan ne gitu!"

"Hehehe ya ya De maaf-maaf"

(Notes: Ci berarti Kamu.)

Percakapan ku dengan teman ku sebenarnya menggunakan bahasa Bali, namun aku yang menulis ini menejermahkannya ke dalam bahasa Indonesia walaupun hanya sedikit menyelipkan bahasa Bali agar lebih mudah di mengerti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun