" Ng, suhu tubuhku agak rendah, "
Kugerakkan jari-jariku yang mulai terasa kebas. Dan, ia mencoba membantuku dengan menempelkan kedua telapak tanganku ke lehernya. Terus menggenggamnya sampai berangsur-angsur menghangat dan menguapkan kegelisahanku.
" Kau yakin, baik-baik saja ? "
" Yeah, aku memang gampang kedinginan, "
" Makanya, carilah pacar yang bisa menghangatkanmu sewaktu-waktu. "
Spontan, kuinjak kakinya. Serius atau cuma bercanda, kata-katanya itu membuatku iritasi.
" Hey, maksudku bukan lelaki gendut, tapi juga jangan yang kurus kering sih. Setidaknya yang bisa menghangatkanmu seperti tadi. "
" Kalau gitu, kenapa bukan kau saja ? "
Baiklah, aku memang bebal. Mungkin tolol dan juga tidak pernah belajar dari pengalaman yang telah lalu. Tapi, sudahlah. Aku sudah cukup kesal melihat senyum gelinya sekarang.
" Tolong ya, jangan ucapkan kalimat menggoda dengan pakaian seperti itu ... "
Kupikir, aku pasti sudah salah dengar. Karena, aku tidak menemukan ada yang salah dengan pakaianku hari itu. Kaus kuning pucat yang ( agak ) girly dan denim biru pendek selutut. Entah apa maksudnya, kalau bukan cuma sekadar mengalihkan pembicaraan saja. Dan ya, aku sukses teralihkan.