Mohon tunggu...
Geckorin 69
Geckorin 69 Mohon Tunggu... -

Penikmat kopi dan angkringan. Menyalurkan pikiran lewat tulisan dan tidak memiliki genre khusus dalam menulis. Random~

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pinangan Gombal

29 April 2013   20:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Buka dompetmu dan tatap aku

Kuharap kau menyimpan selembar fotoku dalam saku dompetmu

Besar, kecil

Tak masalah buatku

Asal bukan mikroskopis dan selalu bisa menemani hari-harimu tanpaku

Buka facebook-mu dan sapa aku

Kuharap kau tak pernah bosan melirik status-statusku

Penting ‘nggak penting

Kuganti 10 menit sekali, agar kau selalu tahu kabar terbaru dariku

Aku makan, sayang

Aku e’ek, sayang

Aku tidur, sayang

Aku merindukanmu, sayang

Dan, aku ingin segera bertemu denganmu, sayang

Ambil ponselmu

Balas pesanku, angkat telponku dan bicaralah padaku

Bersabarlah sayang

Toh, kotak layar sebesar cermin bedak itu bukanlah satu-satunya penyambung lidahku

Agar suaraku sampai padamu

Agar kau tahu apa ceritaku dan aku tahu apa ceritamu

Kalau sudah habis kesabaranmu

Sudah tipis – nyaris jebol tanggul kerinduanmu padaku

Nyalakan laptop dan gunakan skype-mu

Selalu ada waktu tersedia dan kotak layar yang lebih besar dari cermin bedak untukmu

Kurasa cukup,

Sekedar memuat separo badanku, juga tiap mimik dan gerakan canggungku selama ngobrol denganmu

Sudahlah, sayang

Urungkan saja niatmu untuk mencari lelaki lain

Yang – dikata orang – lebih baik dariku

Mungkin aku tak tampan, tak juga rupawan

Asalkan sanggup menawan hatimu seorang

Jackpot bidadari tercantik dari kahyangan pun, aku lewatkan

Mungkin aku tak punya kolam harta atau kolam susu untuk kau renangi

Tapi aku punya kolam cinta untuk kau selami

Aku juga bukan pawang hujan, sayang

Yang bisa manggil atau maen usir hujan seenaknya

Tapi, setidaknya aku bisa menghujanimu dengan cinta termanis yang aku punya

Mungkin juga aku tak necis ataupun romantis

Tapi kujamin, hari-harimu bersamaku

‘Kan jadi momen termanis di sepanjang sejarah kehidupanmu

Mungkin aku tak mentereng, sayang

Malah mungkin kelewat sederhana dan biasa-biasa saja

Tapi serenteng perempuan, kekayaan dan kemashyuran sekalipun

Tak sanggup membeli kesetiaan cintaku pada dirimu

Akhir kata, sayang

Mungkin aku tak punya istana megah ataupun rumah yang mewah untuk kau tinggali

Tapi kuharap …

Hati dan diri ini sanggup menjadi ‘rumah’ bagimu

Sekaligus tempat menghabiskan sisa hidupmu

Tertanda,

Peminangmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun