Mohon tunggu...
Gea Laksita
Gea Laksita Mohon Tunggu... -

Alumni mahasiwa Komunikasi angakatan 2010, pemerhati Media, mengikuti dan mengamati pemberitan olahraga di media massa. Mahasiswa desain grafis 2015-2016

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Belum Waktunya....

9 April 2016   20:55 Diperbarui: 9 April 2016   21:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini lebih sering kali mendengar cerita kalo beberapa orang ditawari kerjaan  meliput pertandingan yang belum pernah mereka tau. Belum pernah punya pengetahun sama sekali lebih tepatnya. Mendenger hal ini saya kadang cuma mbatin, rejeki orang beda-beda yak. Hahahaaa. Saya yang katakanlah sedikit tau tentang hal tersebut meski dibilang juga banyak tau tapi belom pernah ada tawaran yang datang. Entahlah. Mungkin radar saya kurang terbaca kali ya. Jaaaaaauuh sekali dari pantauan.

 

“Bisa saja memang belum rejeki saya. Belum waktunya. Tuhan punya rencana yang lebih indah buat saya. Tuhan tau mungkin sekarang hal ini belum jadi rejeki saya.”

 

Saya sudah suka basket sejak IBL 2007. Bahkan hingga akhirnya berganti NBL pun saya terus mengikut beritanya. Sampai hari ini kemabli lagi ,menjadi IBL saya masih setia menonton tanpa terkecuali. Hingga mimpi kecil saya sejak SMA bisa berjumpa Mario Wuysang, Kelly, Denny Sumargo, pelan-pelan teruwujud. Terlalu panjang jika saya kembali mengulas kisah itu. Jika masih penasaran bisa baca cerita-cerita saya sebelumnya di geelottus.blogspot.com/basketball.

 

Hingga ada pertanyaan muncul, “sampai kapan”. Yaaa mau sampai kamu selalu menonton basket. Bela-belain ke GOR Sritex, jauh-jauh ke DBL Arena, ke GOR Kertajaya, berkunjung ke GOR C’tra Arena saat ke Bandung.  Pulang –pulang hanya mendengar nada sumbang dari keluarga bahwa saya terlalu berlebihan sampai bela-belain jauh-jauh dari Jogja hanya menonton basket. Sedih sih. Mungkin dari sekian banyak fans fanatik, saya salah satunya yang tidak didukung keluarga. Hahahaaa.

 

Bisa dikatakan saya bukanlah termasuk fans fanatik yang setiap mereka bertanding di kota A, selalu datang. Di kota B, hadir. Pokoknya, mau kemana mereka tanding selalu datang. Terus terang saya ga bisa. Bukan apa-apa. Siapa saya? Siapa yang mau membayari terlebih saya sulit sekali mendapat izin untuk menonton jika diluar kota. Bangga sih rasanya jika kemana-mana bisa hadir, plus makin dekat pula dengan idola, makin dikenal juga. Tapi apa daya, saya hanya anak yang ingin berbakti kepada orang tua.  

 

Lalu pertanyaan selanjutnya setelah sampai kapan, apa sih yang bisa kamu ambil, apa manfaat buat dirimu sendiri jadi fans, selain untuk bertemu idola dan berfoto bersama? Sepertinya gak ada. mungkin ada, namun manfaatnya tidak langsung terasa. Lalu apa kontribusi lain jika tidak jadi fans? Yang paling mungkin, saya jadi jurnalis. Yaaa meski masih abal-abal. Jadi fans lalu akhirnya memilih jadi jurnalis memang ga mudah. Meski saya banyak taupun, saya masih ga paham bagaimana cara menulis atau meliput sebuah pertandingan. Terbisa menulis artikel berita sosial dan politik membuat saya tidak punya pengalaman sama sekali menulis berita olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun