Saat kita melihat tagar "All Eyes on Papua" tersebar luas, hal ini tidak hanya menggugah rasa ingin tahu, tetapi juga bertindak sebagai panggilan solidaritas untuk berdiri bersama mereka dalam misi pelestarian lingkungan. Kisah suku Awyu dan suku Moi yang saat ini tengah menghadapi persidangan di Mahkamah Agung untuk melawan izin perusahaan sawit yang mengancam hutan adat mereka, mengingatkan kita bahwa perjuangan ini bukanlah hal sepele.
Dalam era di mana informasi bisa menyebar dengan cepat melalui media sosial, solidaritas yang ditunjukkan melalui tagar dan dukungan online adalah langkah pertama yang penting. Namun, solidaritas ini harus diikuti dengan tindakan konkret. Kita sebagai pengguna media sosial memiliki tanggung jawab untuk terus mengampanyekan isu ini, membagikan informasi yang akurat, dan mendukung upaya-upaya yang dapat membantu masyarakat adat Papua dalam menghadapi tantangan ini.
Saat kita mengetuk layar ponsel untuk mengecek update terbaru di Instagram, mari kita juga mengingat bahwa setiap tindakan kecil dari kita dapat memberikan dampak besar bagi mereka yang berjuang untuk hak-hak dasar mereka. Gerakan "All Eyes on Papua" bukan hanya tentang membiarkan hal ini menjadi viral, tetapi tentang mengubah sorotan online menjadi aksi nyata yang membawa perubahan positif.
Jadi, mari kita terus bergandengan tangan dalam solidaritas global ini. Mari kita jadikan tagar "All Eyes on Papua" sebagai bukti bahwa bersama-sama, kita dapat membuat perbedaan yang nyata bagi Papua dan bagi masa depan bumi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H