Energi Baik dari Tulusnya Terima Kasih

Aku yang penasaran dengan kebenaran berita itu kemudian mengajak dia makan bersama lagi. Saat aku bertemu dengannya, aku dibuat melongo oleh sikap barunya. Dia mau mengucapkan terimakasih pada pelayan yang mengantar makanan kami. Meskipun masih saja menggerutu akan sikap pelayannya yang jutek dan tidak mengindahkan.

"Kok kamu tahan sih tetap bilang makasih sama orang-orang yang responnya kayak gitu? Apa jangan-jangan kamu sudah terlalu terbiasa dengan mengucapkan terimakasih sampai-sampai kata itu tidak ada artinya lagi. Cuma buat formalitas aja" katanya sambil menatap mataku tanpa berkedip.

"Hahaha, jangan ngaco deh kak. Insyaallah aku tulus kok kak, niatnya udah dalam hati aja. Lagipula aku tidak tau bagaimana standar tulus milik orang-orang, tapi kalau aku tidak punya sih yang seperti itu. Aku cuma berterima kasih sama mereka yang sudah membantuku karena aku sadar kalau aku tidak mungkin bisa hidup sendirian. 

Dan mungkin bisa jadi ada sesuatu yang baik lainnya yang akan menghampiriku hanya dengan mengucapkan terimakasih" kulihat dia manggut-manggut mendengar jawabanku. "Mengucapkan terimakasih juga mengajari kita sabar loh kak, contohnya yang barusan. Hehehe" aku melanjutkan ucapanku dengan sedikit bercanda. Mencoba mencairkan suasana dan berhasil. Kami bisa berbicara dan bercanda seperti biasanya.  Semoga saja temanku itu mau menyebarkannya juga, sebuah hal kecil untuk membuat hal yang besar.

Aku membenarkan apa yang diajarkan bapak dulu, "jangan jadi manusia yang sombong dan jangan malu untuk mengucapkan terimakasih". Aku memang tidak selalu bisa merasakan hal baik setiap kali mengucapkan terimakasih. 

Tapi aku percaya dengan melakukan hal kecil seperti mengucapkan terimakasih dengan tulus tidak akan melukaiku dan orang lain. Mungkin malah akan membawa banyak energi baik datang padaku, mungkin saja.