Hari raya Idul Fitri tahun ini terasa berbeda dibanding dua tahun sebelumnya. Dengan tingkat penyebaran virus Covid-19 yang semakin menurun membuat banyak orang bisa merayakan hari raya kemenangan itu dengan kembali ke kampung halaman masing-masing, terutama bagi mereka yang bekerja di kota besar seperti Jakarta.
Hal ini membuat jalanan kota Jakarta yang biasanya macet dan dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan menjadi lengang.
Keadaan ini tentu saja menjadi sebuah kesempatan bagi mereka yang tidak kemana-mana dan hanya tinggal di rumah untuk berjalan-jalan di tengah lengang nya kota Jakarta.
Seperti saya dan keluarga.
Kalau di hari-hari biasa, alternatif berlibur di dalam kota hanya mengunjungi mal satu ke mal yang lain, kali ini kami ingin melakukan hal yang berbeda.
Kami berencana ingin mengunjungi museum dan pilihan kali ini adalah ke Museum Gajah, juga dikenal dengan nama Museum Nasional Indonesia.
Kenapa ke sana? Karena diajak teman yang memang mau ke sana jadi biar ramai dan seru.
Kami tiba di sana sekitar pukul 10.00 pagi, suasana masih belum terlalu ramai.
Setelah menaruh kendaraan di lantai basement, kami segera menuju ke pintu masuk untuk membeli tiket. Harga tiket masuk relatif murah. Untuk orang dewasa harga tiket sebesar lima ribu rupiah sedangkan untuk anak kecil harga tiket sebesar dua ribu rupiah.
Selain bisa membeli secara offline, tiket masuk juga bisa diperoleh secara online di website https://e-tiket.museumnasional.or.id/.
Kami lalu masuk melalui lantai basement dan langsung menuju ke gedung baru Museum Gajah.
Ruangan sangat bersih, area restroom juga sangat bersih dan terjaga dengan baik.
Kami menuju ke lantai satu untuk melihat koleksi-koleksi yang ada di sana.
Lantai satu di gedung baru mempunyai konsep Manusia dan Lingkungan sehingga di sana kami bisa menemukan koleksi-koleksi kebudayaan dari berbagai macam suku bangsa yang ada di Indonesia.
Selain itu, juga ada koleksi kehidupan manusia purba termasuk kerangka.
Ada kurang lebih tiga kerangka manusia purba yang dipamerkan di sana.
Dua diantaranya diletakkan di ujung ruangan dengan penerangan agak gelap di sebuah tempat mirip gua purbakala sehingga cukup membuat sedikit merinding.
Kemudian kami beralih ke lantai satu gedung lama yang berisi koleksi arca-arca dari berbagai macam kerajaan yang pernah ada di Nusantara, termasuk berbagai macam prasasti, baik yang asli maupun replika.
Kami lalu beralih ke lantai dua yang hanya ada di gedung baru yang memiliki konsep Ilmu pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi.
Di sana kami masih menemukan berbagai macam artefak peninggalan kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lalu termasuk mahkota kerajaan meski tidak sebanyak di lantai sebelumnya.
Kami melihat peta astronomi, berbagai macam alat-alat yang pernah dibuat oleh manusia untuk mengangkut barang sampai kendaraan pertama di dunia!
Kendaraan pertama di dunia yang dibuat oleh Carl Benz pada tanggal 29 Januari 1886 yang dipamerkan di sana cukup menarik perhatian kami. Cikal bakal mobil dan motor tersebut ternyata pada awalnya berbentuk mirip seperti delman hanya bedanya difungsikan dengan mesin bukan kuda.
Perjalanan kami berikutnya adalah naik ke lantai tiga. Konsep di sana yaitu Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman.
Di sana kami bisa melihat berbagai macam tempat penyimpanan barang dan pakaian, meja dan kursi antik sampai pola bangunan rumah pada zaman dulu, dari mulai rumah yang memiliki pekarangan yang sangat luas sampai rumah yang hanya boleh dihuni oleh kaum pria.
Kami kemudian naik ke lantai empat atau lantai terakhir.
Konsep lantai empat yaitu tempat menyimpan Koleksi Emas dan Keramik Asing dan satu-satunya lantai yang tidak memperbolehkan pengunjung mengambil foto.
Masuk ke dalam ruangan, kami dibuat tertegun dengan berbagai macam koleksi perhiasan bertatahkan emas, batu pualam, rubi dan batu permata lainnya yang tentunya bernilai sangat mahal.
Itulah mungkin sebabnya dilarang mengambil foto di lantai itu.
Setelah puas melihat koleksi-koleksi yang luar biasa mewah di lantai empat, kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan kami di Museum Gajah.
Kami sangat puas dan berkesan dengan kunjungan ke Museum Gajah. Selain karena semua ruangan tertata rapi dan bersih, para petugas yang ada di sana juga ramah, informasi yang disediakan juga sangat jelas sehingga kami seperti membaca sebuah kisah agung perjalanan kehidupan dan spiritualitas manusia yang termanifestasi dalam barang-barang serta peninggalan masa lalu.
Semoga minat masyarakat untuk mengunjungi museum semakin lama semakin meningkat terutama buat generasi muda masa kini.
Sehingga mereka semua bisa tahu dan menghargai sejarah, bukan hanya hidup di dunia maya yang kadang penuh dengan kepalsuan dan tidak nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H