Lamunannya tiba tiba tersentak, sejurus di depannya ia melihat sebuah tenda dan gerobak sate berdiri di pojok minimarket.
Akhirnya ketemu juga, pekik Danang dalam hati.
Segera ia melajukan motornya ke arah warung sate tersebut, memarkirkannya di pinggir dan dengan setengah berlari, ia masuk ke dalam tenda tersebut.
Di dalamnya ia melihat seorang bapak setengah baya yang berperawakan kurus sedang duduk menghadap sebuah gelas yang berisi kopi hitam. Matanya setengah mengantuk dan terlihat sedikit terkejut melihat kedatangan Danang yang serta merta ke dalam warung satenya.
"Satenya mas, mau yang ayam atau kambing?" kata si bapak sambil buru buru bangkit berdiri
"Iya pak, sate ayam saja, berapa satunya?"
"Seribuan mas"
"Saya pesan dua puluh tusuk sate ayam pak, tidak usah pakai lontong, bumbunya pakai kacang ya," Danang lupa menanyakan jumlah sate yang diinginkan Tari tapi biasanya Tari sanggup memakan sate sepuluh tusuk sendirian.
Sepuluh buat Tari, sepuluhnya lagi buat aku, pikir Danang dalam hati.
"Siap mas"
Dengan sigap si bapak penjual sate mengambil dua puluh tusuk sate mentah dari dalam gerobaknya sambil kemudian menyiapkan tempat panggangan untuk membakar sate-sate itu.