Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satpol PP dan Perjuangan Melawan Virus Corona

11 April 2020   21:30 Diperbarui: 11 April 2020   21:38 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, di sebuah pasar di daerah Tangerang Selatan , terlihat sebuah mobil Satpol PP yang berkeliling pasar tersebut sambil mengingatkan lewat sebuah pengeras suara dari dalam mobil.

"Perhatian semuanya, dimohon untuk semuanya memakai masker dan menjaga jarak"

Tak berapa lama, mobil tersebut berhenti di pinggir jalan di pasar tersebut, beberapa personel Satpol PP pun keluar dari mobil sambil terus mengingatkan orang -- orang yang ada di sana untuk mentaati himbauan Pemerintah untuk memakai masker dan menjaga jarak.

Tidak terluput sebuah warung yang masih menjajakan makanan untuk dimakan di tempat, kembali terdengar suara dari pengeras suara dari mobil Satpol PP tersebut.

"Dimohon untuk makanan di take away atau di bawa pulang"

Orang -- orang yang ada di warung tersebut tampak mematuhi himbauan dari Satpol PP itu dan mulai bergegas meminta si mbok penjaga warung untuk membungkus makanan mereka.

Suatu pemandangan yang menakjubkan karena biasanya kehadiran Satpol PP di ruang publik biasanya, meskipun tidak selalu, identik dengan penggusuran dan razia , mulai dari rumah tak berizin di pinggir sungai sampai lapak-lapak kaki lima yang memadati trotoar, yang biasanya akan selalu diakhiri dengan tangisan dan teriakan tidak terima sampai perlawanan dengan cara apapun oleh orang -- orang yang terkena imbas dari gusuran atau razia tersebut.

Tapi kali ini beda, tidak ada teriakan atau tangisan, juga tidak ada perlawanan sampai gontok- gontokan. Semua taat dan patuh.

Mungkin karena semua merasa bahwa perjuangan kali ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mengenyahkan virus Corona dari Indonesia tercinta. Tidak ada batasan lagi antara Satpol PP dan masyarakat. Semua bergerak dan bahu membahu bersama.

Kalau dulu, ketika masih berseteru, mungkin masyarakat berfikir bahwa tujuan Satpol PP tidak selalu sama dengan tujuan mereka. Razia dan penggusuran dianggap sebagai ketidakberpihakan kepada rakyat kecil dan tindakan sewenang- wenang kepada pihak yang lemah. Semua itu membuat jurang komunikasi yang tajam di antara kedua belah pihak.

Agar tercipta suatu hubungan komunikasi yang baik dibutuhkan gaya komunikasi yang bisa dipahami oleh semua pihak, artinya penjelasan yang dilakukan oleh satu pihak harus dapat dipahami oleh pihak lain sehingga dapat meminimalisasikan salah pengertian dari pihak lain.

Karena ketika kesalah-mengertian dibiarkan dan tetap di eksekusi dalam sebuah keputusan maka di kemudian hari akan mengakibatkan dampak sosial yang akan merugikan semua pihak. Sikap permusuhan dan saling curiga salah satunya.

Rupanya saat ini virus Corona bisa menjadi 'jembatan' yang baik buat Satpol PP dan masyarakat.  Jurang komunikasi yang dalam bisa disatukan lewat pengalaman  yang sama dalam menghadapi virus ini.

Virus Corona bisa menyerang siapa saja. Tidak ada keberpihakan. Semua lapisan masyarakat mengalaminya. Dan ketika semua orang merasa terancam hanya satu bahasa yang dapat dimengerti yaitu bahasa kepedulian.

Hanya dengan bahasa kepedulian, kita bisa mengalami kekuatan di tengah keterpurukan saat ini karena sesungguhnya inilah yang manusia paling butuhkan dalam hidup yaitu kepedulian.

Dengan bahasa kepedulian, manusia kembali menggunakan rasa kemanusiaan nya dalam memandang segala sesuatu. Rasa kemanusiaan yang mungkin dulu sempat hilang karena ketamakan, kedudukan , kemewahan dan kekuasaan.

Dan bahasa kepedulian itu dipakai saat adanya interaksi antara Satpol PP dan masyarakat seperti yang terlihat hari ini.

Pertanyaannya sekarang adalah sampai kapan bahasa kepedulian ini akan bertahan. Apakah nanti setelah wabah virus Corona ini berakhir, akan berakhir juga bahasa tersebut dan kembali menggunakan bahasa lama yang kembali membuat jurang pemisah.

Harus diingat bahwa kita semua adalah rakyat Indonesia yang sama, baik Satpol PP maupun masyarakat luas. Saat ini , kita semua berjuang untuk mengalahkan Virus Corona, satu perjuangan yang memang harus dilakukan oleh semua pihak, tanpa kecuali.

Tapi nanti, setelah wabah ini berhenti, kita tetap akan berjuang untuk tujuan yang lebih mulia yaitu menjadikan bangsa Indonesia sebuah bangsa yang sejajar dengan bangsa bangsa lain dalam pendidikan, kehidupan , kesempatan dan lain lain dan itu dibutuhkan peran serta yang lebih kuat lagi dari semua lapisan masyarakat, harus lebih solid dari perjuangan kita melawan virus Corona saat ini.

Tidak ada bangsa yang bisa maju kalau rakyatnya terpecah belah. Sama seperti sebuah sapu lidi, satu sapu lidi mudah patah tapi banyak sapu lidi diikat jadi satu tidak gampang patah dan pengikatnya adalah bahasa kepedulian yang saat ini sedang kita lakukan.  

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun