Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Social Distancing dan Budaya Berkumpul Masyarakat Indonesia

21 Maret 2020   12:46 Diperbarui: 21 Maret 2020   13:01 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perkumpulan itu biasanya dibahas berbagai isu isu yang ada, di dalam kelompok atau keluarga nya sampai negara yang nun jauh di sana. Meski budaya berkumpul secara daring lebih sering dilakukan tapi tak dapat dipungkiri,dengan berkumpul secara fisik akan lebih menyenangkan dan ‘hidup’ meski tetap dalam kegiatan berkumpul itu, ponsel dan sosial media tidak bisa terlepas dari genggaman tangan dan pandangan mata.

Ketika semua berkumpul, setiap orang mau terlihat baik, terlihat sehat, terlihat sukses, dan lain sebagainya. Tuntutan sosial lah yang mengakibatkan orang pandai menutupi keadaan dalam dirinya ketika berkumpul dengan teman, rekan atau keluarganya karena tidak ada yang mau terlihat lemah dan tidak berdaya ketika di sandingan dengan manusia lain. 

Hal ini juga yang bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan, jasmani maupun rohani. Tidak ada yang tahu apakah saat berkumpul itu ada yang sedang sakit, kecuali yang memang terlihat, atau membawa masalah berat dalam hidupnya.

Karena itu, memang diperlukan tindakan social distancing dalam menghadapi penyebaran virus Covid-19 yang semakin mewabah ini, selain tentunya menjaga kesehatan pribadi dan orang sekitarnya. 

Tidak ada yang mau disalahkan atau dituduh menyebarkan virus ketika salah satu dari kelompoknya terpapar penyakit. Dengan saling menjaga jarak, setiap orang dapat membantu orang lain untuk menjaga kesehatan masing masing.

Saat seperti inilah internet memang sangat diperlukan, bukan saja untuk sekedar browsing dan main game tapi untuk berkomunikasi. Social distancing digantikan dengan Online communicating. Suatu cara yang memang sudah terbiasa sebelumnya hanya saat ini intensitasnya lebih ditingkatkan.

Kalau waktu yang lalu, orang begitu sibuk dengan dunia daring dan sosial media nya walau saat berkumpul atau acara kebersamaan meski virus Covid-19 belum eksis, apalagi saat ini yang memang diperlukan untuk kepentingan masyarakat luas. 

Mungkin masih ada yang belum terbiasa untuk menjaga jarak atau meniadakan acara kumpul bersama bila tidak diperlukan, namun sesungguhnya manusia selain makhluk sosial juga makhluk yang adaptif, bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.  

Social distancing diperlukan sampai nanti setelah virus mereda dan keadaan kembali seperti sedia kala. Dan di saat manusia bisa kembali mengadakan acara kumpul bersama dan pertemuan secara fisik kembali bisa di akses secara bebas mungkin saat itu manusia bisa lebih menghargai dan menghormati manusia lainnya dengan mematikan atau menjaga jarak sementara dengan dunia daring dan sosial medianya.

Selain itu, dengan social distancing, waktu lebih banyak akan dihabiskan di rumah bersama keluarga dan orang terdekat, hal hal yang sudah lama mungkin tidak dilakukan karena kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan. 

Kualitas waktu bersama sama akan semakin meningkat dan ketika itu terjadi maka akan melahirkan keluarga yang kuat dan ketika keluarga kuat maka bangsa pun juga menjadi kuat karena elemen terkecil suatu bangsa adalah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun