Mohon tunggu...
Gabriela Catherine
Gabriela Catherine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama: Gabriela Catherine NIM: 43222010046 Jurusan : Akuntansi Kampus: Universitas Mercu Buana Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Prof.Dr.Apollo,Ak.,M.Si.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

10 November 2023   15:05 Diperbarui: 10 November 2023   15:05 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi
dok.pribadi

APA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI?

               Faktor internal :

  • Sifat manusia itu serakah/ Keserakahan merupakan sifat yang membuat seseorang selalu merasa bahwa apa yang dimilikinya tidak cukup dan selalu menginginkan lebih. Dengan keserakahan, seseorang mulai terlalu mengagumi kekayaan. Meski bisa jadi dia sudah mempunyai harta yang banyak atau statusnya sudah tinggi. Aturan keserakahan membuat seseorang tidak lagi mempertimbangkan halal dan haram dalam mencari nafkah. Sifat ini menjadikan korupsi sebagai kejahatan yang dilakukan oleh para profesional tingkat tinggi dan berkecukupan.
  • Gaya hidup konsumtif Keserakahan yang dipadukan dengan gaya hidup konsumeris menjadi pemicu korupsi internal. Gaya hidup konsumeris, seperti membeli barang-barang mewah dan mahal atau mengikuti tren gaya hidup perkotaan yang chic. Korupsi bisa terjadi ketika seseorang menjalani gaya hidup hemat namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang cukup.
  • Semangat kerja yang lemah Orang yang lemah moralnya mudah tertarik pada korupsi. Aspek lemah akhlak antara lain lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa malu atas praktik korupsi. Ketika moral seseorang lemah, sulit untuk menahan godaan korupsi di kemudian hari. Godaan untuk melakukan korupsi bisa datang dari atasan, rekan kerja, bawahan atau pihak lain yang memberikan kesempatan untuk itu.

Faktor eksternal :

  • Perspektif sosial Kehidupan sosial, seseorang terkena dampak korupsi, terutama keluarga. Bukannya memperingatkan atau menghukum, pihak keluarga justru mendukung sejumlah korupsi untuk memenuhi keserakahannya. Aspek sosial lainnya adalah nilai-nilai sosial dan budaya yang mendukung korupsi. Misalnya masyarakat menghormati seseorang hanya karena kekayaannya atau terbiasa memberikan hadiah kepada pejabat. Dalam sistem artifisial yang diperkenalkan oleh Robert Merton, korupsi adalah perilaku manusia yang disebabkan oleh tekanan sosial yang berujung pada pelanggaran norma. Menurut teori Merton, kondisi sosial suatu tempat menekan terlalu banyak keberhasilan ekonomi, namun membatasi kemungkinan untuk mencapainya, sehingga menyebabkan tingginya tingkat korupsi. Teori korupsi karena faktor sosial lainnya dikemukakan oleh Edward Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld menghubungkan korupsi dengan tekanan keluarga. Keterpisahan merupakan perasaan kewajiban untuk membantu dan berbagi penghidupan dengan orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, saudara atau perusahaannya. Akhirnya terjadilah nepotisme yang dapat berujung pada korupsi.
  • Pertimbangan politik, Keyakinan bahwa politik akan mendatangkan keuntungan besar merupakan faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi. Tujuan politik untuk menjadi kaya pada akhirnya menciptakan kebijakan moneter. Politik uang memungkinkan seseorang memenangkan perlombaan dengan membeli suara atau membeli suap dari pemilih atau anggota partainya. Pejabat yang berkuasa melalui politik uang hanya ingin meraup kekayaan dan melemahkan misi utama mereka, yaitu melayani rakyat. Dengan menghitung untung dan rugi, pemimpin yang lahir dari kebijakan moneter tidak peduli dengan nasib rakyat yang memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana pengeluaran politiknya bisa kembali dan berlipat ganda. Subsidi politik, seperti jual beli suara DPR atau mendukung partai politik, juga mendorong pejabat melakukan korupsi. Dukungan partai politik yang menuntut kompensasi jasa akhirnya memberikan pengakuan politik. Pejabat terpilih secara rutin memberikan penghormatan besar kepada partai dan memberantas korupsi. 
  • Pertimbangan Hukum, Hukum sebagai faktor penyebab korupsi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu peraturan perundang-undangan dan lemahnya kepolisian. Orang-orang korup mencari celah dalam undang-undang agar bisa berjalan. Apalagi penegakan hukum yang tidak bisa memberikan efek jera membuat korupsi semakin berani dan korupsi tetap saja terjadi. Hukum menjadi agen korupsi ketika banyak produk hukum yang aturannya tidak jelas, pasalnya multitafsir, dan undang-undang menguntungkan pihak tertentu. Sanksi yang terlalu besar, terlalu ringan, atau tidak tepat sasaran terhadap pelaku korupsi juga membuat pelaku korupsi tidak segan-segan mencuri uang negara.
  • Pertimbangan finansial, Faktor ekonomi seringkali dianggap sebagai penyebab utama terjadinya korupsi. Salah satunya adalah tingkat pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya kecil. Orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi sebenarnya terlibat dalam korupsi dalam jumlah besar. Kita melihat banyak pemimpin daerah atau anggota DPR yang ditangkap karena korupsi. Mereka korup bukan karena tidak punya harta, tapi karena serakah dan berakhlak buruk. Di negara-negara dengan sistem ekonomi monopoli, kekuasaan negara disusun sedemikian rupa sehingga tercipta peluang ekonomi bagi pejabat negara untuk memajukan kepentingannya sendiri dan kepentingan sekutunya. Kebijakan ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan dan akuntabel.
  • Aspek organisasi, Faktor eksternal lain yang menjadi penyebab terjadinya korupsi adalah organisasi tempat terjadinya korupsi. Secara umum, organisasi ini mengusung korupsi karena membuka peluang. Misalnya, tidak ada contoh integritas, budaya yang tepat, tidak ada sistem pelaporan yang memadai, atau sistem pengendalian manajemen yang lemah bagi para manajer. Mengutip buku Pendidikan Anti Korupsi karya Eko Handoyo, organisasi bisa mendapatkan keuntungan dari korupsi anggotanya yang menjadi birokrat dan bermain sesuai aturan. Misalnya, partai politik menggunakan metode ini untuk membiayai organisasinya. Pengangkatan pejabat daerah juga memberikan peluang bagi partai politik untuk mencari cara demi kelancaran organisasi, akhirnya lahirlah kebijakan moneter dan siklus korupsi kembali terjadi.

dok.pribadi
dok.pribadi

APA SAJA CONTOH KORUPSI DI KAMPUS?

  •  Selingkuh, Kejujuran merupakan salah satu nilai integritas yang harus dijunjung tinggi agar terhindar dari korupsi. Menyontek jelas merupakan kecurangan yang merendahkan nilai kejujuran. Bentuk lainnya adalah mencuri ide atau mencontek karya teman. Meski kita sadari adanya perilaku buruk, namun faktanya masih ada siswa yang menyontek. Ada seribu satu alasan, mulai dari tidak belajar, tidak punya waktu untuk mengerjakan sendiri, hingga rasa tidak percaya diri. Apapun alasannya, tidak ada alasan untuk berbuat curang.
  • Absen dan ketidakhadiran di kelas,Hal ini sangat sering terjadi, namun sulit untuk dihindari dan sebagian besar penjahat melakukannya dengan sengaja. Selain itu, ketidakhadiran terjadi karena persekongkolan antar teman. Apapun alasannya, entah kesetiaan atau balas dendam, perilaku korup seperti itu tentu memalukan.
  • Selalu terlambat Terlambat, terkadang tidak bisa dihindari dan itu manusiawi. Kita mungkin mempunyai kebutuhan yang mendesak atau hal-hal lain yang menunda kita. Namun jika terjadi berulang kali patut dipertanyakan. Jika sering terjadi keterlambatan karena kecerobohan atau kemalasan, maka ini merupakan salah satu jenis perilaku koruptif yaitu kurang disiplin. Sering terlambat juga menunjukkan bahwa seseorang tidak bertanggung jawab terhadap tugas pekerjaannya, yakni. Tiba tepat waktu
  •  Copy dan paste tugas teman, Copy paste atau plagiarisme adalah menyalin karya orang lain tanpa usaha atau kerja keras. Bagi pelajar, copy-paste biasanya dilakukan karena malas mengerjakan tugas atau mengerjakan tugas dengan cepat. Perilaku korup seperti ini juga merendahkan nilai kejujuran. Jika hal ini dianggap remeh, hal ini akan terbawa ke dunia kerja. Jika menemui kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan suatu tugas, mintalah bantuan teman atau dosen, tanpa meniru pekerjaan orang lain.
  • Penanganan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Mahasiswa bisa ikut korupsi dengan memanipulasi LPJ. Manipulasi yang terjadi dapat berupa manipulasi faktur pembelian hingga menaikkan harga. Tujuannya mungkin demi keuntungan pribadi dengan mencuri uang titipan kepadanya. Kita sudah tahu bahwa perilaku seperti itu merupakan salah satu bentuk korupsi, namun tetap saja dilakukan. Kegiatan ini biasanya dimulai dari sikap egois dan materialistis.
  • Memberikan hadiah kepada dosen, Pemberian hadiah kepada dosen merupakan salah satu bentuk kepuasan mahasiswa. Kegiatan ini dilarang karena berkaitan dengan pekerjaan dosen sebagai pengajar di kampus. Terkadang siswa tidak memahami bahwa pemberian tersebut merupakan bentuk korupsi. Ini mungkin tampak seperti bukan apa-apa, tetapi rasa puas dapat membuat penerimanya merasa tidak enak, menjadikannya seperti si pemberi. Tentu saja hal ini dapat mempengaruhi kinerja dosen sebagai pengajar dan merugikan mahasiswa lainnya.
  • Pemalsuan informasi beasiswa, Pemalsuan formulir hibah merupakan salah satu bentuk penipuan yang berujung pada korupsi. Salah satu bentuknya adalah memalsukan nilai IPK dan penghasilan orang tua untuk mendapatkan beasiswa. Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa pelaku kejahatan tidak memperlakukan orang miskin dengan adil. Meskipun masih banyak siswa yang lebih membutuhkannya.

dok.pribadi
dok.pribadi

BAGAIMANA NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DAPAT DITERAPKAN DI DALAM KAMPUS?

  • Kejujuran, dalam kampus mahasiswa harus menerapkan sistem kejujuran mulai dari hal-hal kecil saja misalnya tidak menyontek saat ujian akhir semester. Hal ini sering kali terjadi pada mahasiswa karena mereka tidak belajar saat mau ujian. Sama halnya dengan tidak mengambil hak yang bukan miliknya seperti melebihkan uang saku untuk membayar kuliah. Hal ini banyak terjadi di kalangan mahasiswa untuk menambahkan uang jajannya. Hal ini harus dihindari karena dapat merusak karakter dari mahasiswa itu sendiri.
  • Kepedulian, mahasiswa juga harus menanamkan nilai kepedulian dengan peduli dengan lingkungan di dalam maupun di luar kampus. Dengan membuat kita merasa kampus sebagai rumah kedua maksudnya supaya mahasiswa mampu mengembangkan bakat dan karyanya di kampus.
  • Kemandirian, dalam hal ini mahasiswa dimaksudkan dengan tidak bergantung pada orang lain, seperti mengerjakan tugas sendiri. Tidak joki tugas, maksudnya adalah tugas yang diberikan tidak dengan dikerjakan oleh orang lain, dengan kita membayar orang kita sudah melakukan tindakan korupsi. Hal ini sangat penting bagi masa depan mahasiswa agar mahasiswa bertanggung jawab, agar mempermudah masa depannya kelak nanti dengan tidak bergantung pada orang lain.
  • Kedisplinan, mahasiswa harus menerapkan sikap disiplin, seperti tidak terlambat saat masuk kelas, lalu selalu tepat menumpulkan tugas yang diberikan oleh dosen, dsb. Disiplin bagi mahasiwa memiliki manfaat seperti tujuan hidupnya tercapai karena memiliki waktu yang sangat efisien. Selain itu juga disiplin dapat membuat orang lain percaya atas tanggung jawab yang kita miliki.

dok.pribadi
dok.pribadi

APA ITU KEPEMIMPINAN?

   Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum, kepemimpinan melibatkan proses memimpin, mengatur, dan membimbing orang-orang dalam suatu organisasi, tim, atau komunitas. Kepemimpinan melibatkan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi yang baik, pengambilan keputusan, visi, motivasi dan kemampuan memecahkan masalah serta menginspirasi orang lain. Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai pengaruh seorang pemimpin terhadap anggota tim atau kelompok yang dipimpinnya agar mereka dapat bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat mencakup berbagai gaya kepemimpinan seperti otoriter, demokratis, transaksional, transformasional atau gaya lainnya yang dapat dipilih berdasarkan situasi dan kebutuhan spesifik kelompok atau organisasi yang dipimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun