Sekitar jam 1 pagi kondisi mulai membaik, saya sempat terbangun untuk membuat teh hangat karena situasi yang sangat dingin kala itu.
Lanjut tidur hingga terbangun tepat pada pukul 05.00.
Perjalanan Summit
Awalnya kami panik, mengingat perjalanan summit masih lumayan panjang tetapi jam 5 pagi baru bangun. Ketika membuka tenda, tak disangka, angin kencang dan kabut yang tebal benar-benar membuat kami pesimis untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak, terlebih terdapat peraturan yang harus kami taati perihal waktu selama di puncak.
Tepat pukul 07.00 kondisi diluar sudah mulai kondusif walaupun masih terdapat sedikit badai yang masih berlangsung. Melihat para pendaki yang mulai melakukan perjalan summit, kami pun ikut serta untuk memulainya.
Jalur dari pos sunrise menuju puncak lumayan terjal, tetapi tidak begitu jauh, terlebih dalam perjalanan summit ini kami tidak lagi membawa carrier dan menjadikan langkah terasa ringan.
Baru setengah perjalanan, angin mulai kencang, dan kabut pun mulai menutupi jarak pandang kami. Saat mulai mendekati puncak, saya sempat terjatuh karena tidak kuat menahan kencangnya angin kala itu. Saya memutuskan untuk merangkak di sisa perjalanan ini. Sempat kami berhenti sejenak di balik bebatuan untuk merenungkan pilihan kami. Memutuskan untuk kembali adalah pilihan bijak, namun, itu juga berarti mengakui kekalahan terhadap alam. Terdapat kekecewaan yang mendalam dalam hati kami, namun, juga ada rasa lega karena keputusan tersebut.
Melihat adanya pendaki yang sedang melakukan perjalanan turun dan saya bertanya
"Mas, kira-kira kalo sekarang lanjut keatas memungkinkan tidak ya?"
Ia menjawab, "Yang penting yakin mas, nanti sampai puncak gausah lama-lama, badai diatas lebih besar dari pada disini, terlebih bau belerangnya juga sudah mulai menyengat".
Di waktu itu juga kami langsung memakai masker untuk meminimalisir bau belerang. Saat kami melangkahkan kaki kembali, ada rombongan pendaki yang berteriak memanggil kami.