Mohon tunggu...
Hamid El Gazel Saefulloh
Hamid El Gazel Saefulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 23107030133

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menaklukkan Atap Jawa Tengah: Jalur Panjang Menembus Dingin Berselimut Awan

15 Februari 2024   20:41 Diperbarui: 15 Februari 2024   20:59 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendaki gunung bukan sekadar kegiatan fisik semata. Ini adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan penuh dengan keindahan alam. Salah satu gunung yang menjadi destinasi pendakian favorit adalah Gunung Sumbing Dengan ketinggianya mencapai 3.371 Mdpl.

Pada pendakian kali ini, saya bersama teman saya memilih untuk melewati jalur Butuh Kaliangrik. Jalur ini terkenal dengan treknya yang cukup panjang dan memiliki medan bebatuan yang tersusun rapih dengan pemandangan alam yang indah sepanjang pendakian.

Pendakian Hari Pertama

Pukul 08.00 kami mulai melakukan registrasi dengan membayar biaya sebesar 15.000 per orang dan mengumpulkan surat kesehatan serta kartu identitas sebagai persyaratan pendakian. Buat temen-temen kompasianer yang mau muncak ke gunung sumbing via Kaliangkrik juga bisa melakukan registrasi online melalui akun Instagramnya di @reg.symphonysumbing.id.

Semilir angin membawa aroma pepohonan dan tanah basah, menciptakan suasana yang tenang dan damai di sekitar kami.

Terdapat 10 peraturan yang harus kami patuhi dan apabila melanggar dikenakan sanksi biaya sebesar 1.025.000,- per pelanggaran. Peraturan-peraturan ini sama seperti peraturan pada umumnya. Terdapat 1 peraturan yang saat itu baru diterapkan di beberapa titik basecamp tertentu dan salah satunya disini. Peraturanya yaitu "menghitung semua barang bawaan (termasuk logistik, rokok dan plastik) serta membawa turun semua sampahnya".  Yapss betul sekali, sebelum kami melakukan pendakian, kami menghitung semua barang bawaan kami, pihak basecamp telah menyediakan kertas berisikan kolom list untuk mencatat semua barang bawaan kami dan akan dilakukan pengecekan setelah turun tiba di basecamp.

Banyak para warga lokal yang membuka jasa ojek di sekitar basecamp. Mereka menawarkan layanan transportasi yang nyaman bagi para pendaki yang ingin mencapai titik awal pendakian dengan melihat keindahan alam disepanjang jalan. Dengan tarif sebesar 20.000,-, pendakian kami terasa lebih cepat dan lebih efisien. Layanan ojek yang disediakan para warga lokal tidak hanya memberikan kemudahan bagi para pendaki, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi komunitas mereka.

Beberapa dari pendaki memilih untuk berjalan kaki dari basecamp karena mereka ingin merasakan petualangan dan tantangan secara penuh.

Khusus pendakian via Kaliangkrik ini terdapat 2 jalur berupa tangga batu dan jalur motor. Salah satu etika yang bisa kita pelajari disini adalah ketika kita naik memang akan lebih mudah melewati jalur tangga, tetapi ketika kita berpapasan dengan warga lokal yang sedang mencari kayu atau membawa hasil kebun, alangkah baiknya kita bergeser ke jalur sebelah kanan (jalur motor) untuk memberikan jalan kepada para warga lokal disini.

Kami melakukan start pendakian dari pos 1 Bayangan (Pos Ojek) tepat pada pukul 09.00 dan menargetkan pos 4 sebagai tempat kami mendirikan tenda.

Menembus Medan yang Beragam

Ditengah perjalanan ini kami melintasi perkebunan warga di sebelah jalur pendakian. Perkebunan tersebut memberikan kontras menarik dengan alam liar sekitarnya dan menciptakan pemandangan yang memukau di tengah-tengah perjalanan kami.

Setelah melintasi jalur dengan perkebunan yang menawan, kami dihadapkan dengan jalur anak tangga yang terlihat begitu panjang di depan kami.

Setelah melakukan pendakian kurang lebih 2 jam, tibalah kami di pos 2 Camp Sikretek dengan ketinggian 2459 Mdpl. Di pos ini terdapat gazebo untuk beristirahat dengan pemandangan yang menakjubkan dari ketinggian gunung. Pos ini menjadi tempat istirahat yang sempurna bagi para pendaki untuk menyegarkan diri sebelum melanjutkan perjalanan.

Hampir sekitar 30 menit kami beristirahat, kami melanjutkan perjalanan dengan penuh semangat baru. Jalur pendakian dari pos 2 menuju pos 3 ini terbilang paling manusiawi dibanding jalur yang lain, karena jalur ini adalah jalur yang paling landai, terlebih sudah tidak anak tangga yang begitu panjang di jalur ini. 

Dengan ini, kami dapat berjalan dengan lebih leluasa dan memperhatikan keindahan alam di sekitar tanpa harus terlalu fokus pada setiap langkah kaki. Meskipun demikian, jalur ini juga terbilang cukup panjang, kami harus melewati 9 sungai selama diperjalanan menuju pos 3. Perlu diingat, ketika melewati sungai di jalur ini, kita harus memperhatikan pijakan kaki kita, pastikan kita memilih pijakan yang menonjol dan tidak berlumut.

"Ratan Mbutuh" sebuah sebutan yang dibuat oleh para warga lokal untuk jalur ini. Ratan sendiri memiliki arti "Jalur Datar", dan "Butuh" adalah nama dari desa ini. Menurut cerita setempat, dulunya jalur ini bisa diakses dengan berkuda sekaligus untuk menghindar dari kejaran tentara Belanda.

Setelah melakukan pendakian kurang lebih 2 jam, tibalah kami di Pos 3 Camp Siterbang dengan ketinggian 2629 Mdpl. Kami berniat untuk menghabiskan waktu istirahat yang cukup disini karena jarak tempuh dari pos 3 menuju pos 4 terbilang cukup jauh dibanding jarak sebelumnya.

Setelah melakukan makan siang dan beristirahat, hujan pun datang dengan tiba-tiba. Langit yang sebelumnya cerah berubah menjadi mendung, dan tetesan air hujan mulai turun dengan lembut di antara cabang-cabang pepohonan.

Pada waktu itu juga, kami berkeputusan untuk mendirikan tenda di pos 3 karena melihat waktu dan cuaca yang tidak memungkinkan untuk kami melanjutkan perjalanan. Melihat hujan yang kian lebat, kami menunggunya hingga reda di sebuah saung yang ada di pos 3 ini.

Hujan mulai reda, rintik gerimis turun dengan lembut dari langit yang mendung, kami langsung bergegas mendirikan tenda dengan menggunakan jaz hujan sebagai pelindung.

Setelah tenda selesai didirikan, tanpa disadari terdapat sedikit genangan air didalamnya. Kami segera melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Kami mengeluarkan handuk dan kain lap untuk mengeringkan bagian dalam tenda agar nyaman untuk beristirahat nantinya.

Terlihat bagian dalam tenda yang sudah mulai kering, kami berlanjut untuk mengganti pakaian basah yang kami kenakan guna mengantisipasi terkena hipotermia. Menata barang, mengeluarkan perlengkapan untuk tidur hingga meminum secangkir teh sambil bertukar cerita menjadi salah satu kenangan yang paling berkesan bagi kami. Terus berlangsung hingga malam tiba dan kami beristirahat.

Saat di Pagi Hari

Tepat pukul 03.00, kami bersama dengan para pendaki lainnya terbangun dari tidur kami dan melihat kondisi sekitar gunung untuk menentukan kapan perjalanan summit dimulai. Namun, dengan sedih kami menyadari bahwa keinginan untuk melihat sunrise di puncak Gunung Sumbing kali ini belum bisa terpenuhi.

Langit masih terlalu mendung, dan kabut tebal menyelimuti puncak gunung, menutupi sinar matahari yang sedang bersiap untuk muncul. Meskipun kami merasa sedikit kecewa, kami juga menyadari bahwa cuaca merupakan salah satu faktor yang tidak dapat kami kendalikan saat mendaki gunung.

Perjalanan Summit

Waktu telah lama kami habiskan didalam tenda, ketika hujan reda dan langit mulai terangkat, kami segera bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Meskipun cuaca masih mendung, kami yakin bahwa keadaan akan membaik seiring dengan berjalannya waktu.

Kami melakukan summit sekitar pukul 08.00. Langkah pertama kami keluar dari tenda dipenuhi semilir angin sejuk menyegarkan dengan pemandangan alam sekitar yang menakjubkan. Meski cuaca belum sepenuhnya cerah, kami merasa optimis untuk bisa mencapai puncak dengan selamat.

Saat kami mendaki lebih tinggi, terik matahari mulai menembus awan dan kabut halus menyelimuti puncak. Sinar matahari yang redup mulai menerangi pendakian kami, memberi harapan agar kami bisa mendapatkan pemandangan indah di puncak.

Setelah melalui perjalanan yang panjang, tibalah kami di puncak Sejati Gunung Sumbing. Gunung Sumbing memiliki 2 puncak yaitu puncak Sejati dan puncak Rajawali. Pada kesempatan kali ini, kami hanya sampai di puncak Sejati, melihat waktu yang terus berjalan dan kami harus segera melanjutkan perjalanan turun menuju basecamp.

Dari puncak yang tinggi kami melihat cakrawala yang luas dan indah, dengan gunung-gunung lain yang menjulang tinggi di kejauhan. Sinar matahari yang menyinari awan putih membuat langit cerah dan bersinar, menciptakan suasana yang sangat damai dan mempesona.

Dengan hati yang dipenuhi rasa syukur dan bahagia, kami menikmati setiap momen berharga disini. merayakan keberhasilan kami dengan penuh kebahagiaan.

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun