Oleh: Gayuhrida Sharapovia, Siti Nurfatimah Azzukhruf, Nabila Alya Luthfiya, Devi Ismiati AzzahroÂ
Apasih dasar negara Indonesia? Betul, Jawabannya adalah Pancasila. Di dalam Pancasila sendiri terdapat sila yang berbunyi "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" serta "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Terdapat pula HAM yang berkaitan tentang "Kesetaraan".Â
Salah satu Hak Asasi Manusia yang berlaku di Indonesia adalah ayat HAM yang berbunyi "Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan kesempatan promosi yang setara berdasarkan kompetensi dan senioritas" yang artinya, "Kesetaraan Gender" di sini juga sudah disebutkan nih.Â
Apasih Kesetaraan Gender itu? Kesetaraan gender itu prinsip atau keyakinan yang meyakini bahwa semua manusia, (tanpa memandang jenis kelamin) memiliki hak, peluang, dan akses yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesetaraan gender bukanlah hal sepele yang disebut "konsep", tetapi merupakan fondasi penting dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab (Audina, 2022). Temen-temen tau ga sih kenapa kesetaraan gender itu penting? Kesetaraan gender itu penting karena jika terdapat kesetaraan, setiap orang dapat berpartisipasi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, pekerjaan atau kehidupan sosial tanpa dibatasi oleh stereotip atau peraturan yang tidak adil (Aniqurrohmah, 2023).
Kesetaraan ini juga menjadikan masyarakat lebih adil dan menghormati semua orang tanpa memandang gender. Oleh karena itu, ini bukan hanya tentang keadilan tetapi juga tentang menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang.Â
Dengan memastikan bahwa setiap orang, tanpa memandang gender, dapat berkontribusi dan berekspresi secara maksimal, kita tidak hanya menghormati hak asasi manusia, tetapi juga memperkuat potensi bangsa.Â
Nah, kalian tau gak sih, apakah di Indonesia saat ini penerapan "Kesetaraan Gender" sudah dilakukan? Jawabannya, ya ... sudah, tapi tidak di semua daerah. Hanya manusia yang berpikir secara kritis yang dapat menyadari bahwa kesetaraan gender itu merupakan isu yang penting untuk diangkat.Â
Dibandingkan pada zaman dahulu, di mana para perempuan dilarang untuk mendapatkan akses pendidikan yang tinggi, kemajuan,akses perempuan terhadap pendidikan telah meningkat secara signifikan di negara kita pada saat ini. Lebih banyak anak perempuan yang masuk universitas dibandingkan sebelumnya.Â
Walaupun celetukan "ah, perempuan buat apa sekolah tinggi-tinggi? Ujung-ujungnya juga ntar di dapur tugasnya. Masak dan melayani suami" yang merupakan stereotip manusia gaje masih sering kita dengar, tetap saja, kita telah mencapai satu langkah yang sulit sekali dilewati.
Tapi nih, meskipun telah terjadi peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan, tantangan masih tetap ada. Di bidang kepemimpinan contohnya, masih banyak perempuan yang menghadapi hambatan dalam mencapai posisi kepemimpinan atau mendapatkan pekerjaan yang setara dengan laki-laki, bahkan setelah mereka menyelesaikan pendidikan tinggi (Nurisman, 2024).
Stereotip yang menganggap bahwa perempuan tidak sekompeten laki-laki dalam bidang tertentu masih beredar luas, dan sering kali berdampak pada kepercayaan diri mereka di dunia kerja.Â
Karena bagi kaum patriarkis, kami para perempuan sering kali dianggap sebelah mata, dianggap tidak becus dan diremehkan. Entah apa penyebabnya, mungkin karena sisi toxic masculinity yang secara tidak sadar ada di dalam diri para laki-laki. Selain itu, isu kekerasan berbasis gender dan diskriminasi di tempat kerja juga menjadi masalah serius yang kita, generasi muda, harus aware dalam menanggapinya.
Para perempuan yang menjunjung tinggi kesetaraan gender, ada nih berbagai upaya yang bisa kita lakuin. Tergantung mau di bidang apa terlebih dahulu, mulai dari pendidikan hingga kebijakan publik.Â
Kalau dalam bidang pendidikan, langkah pertama atau first step yang bisa kita ambil yaitu mengintegrasikan atau menerapkan kurikulum yang mengedukasi anak-anak tentang kesetaraan gender sejak usia dini, biar mereka bisa paham nih tentang pentingnya "kesetaraan gender". Jika program seperti ini dilaksanakan, anak-anak dapat belajar menghargai perbedaan serta hak setiap individu tanpa memandang jenis kelamin (EFENDY, 2019).
Langkah yang bisa kita lakuin untuk memerangi budaya patriarkis ini juga diperlukan dalam bidang internal.Â
Perusahaan dan organisasi di zaman ini perlu menerapkan kebijakan yang mendukung keberagaman, seperti memberikan kesempatan yang sama dalam perekrutan dan promosi, serta menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Melalui kampanye kesadaran masyarakat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, kita dapat bersama-sama menciptakan budaya yang menghargai dan mempromosikan kesetaraan gender di semua aspek kehidupan.
Selain itu, penting juga untuk melibatkan laki-laki dalam upaya kesetaraan gender, karena perubahan yang signifikan hanya akan tercapai jika semua pihak berkontribusi.
 Edukasi mengenai kesetaraan gender tidak hanya harus ditujukan kepada perempuan, tetapi juga kepada laki-laki agar mereka memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam menciptakan lingkungan yang setara. Dengan mengedukasi laki-laki tentang dampak negatif dari stereotip gender dan pentingnya membangun hubungan yang saling menghargai, kita bisa mengurangi diskriminasi yang sering kali menghambat kemajuan kesetaraan.
Adapula contoh kesetaraan gender yang sudah terlaksana di kehidupan nyata, Bu Lina Ermawati yang merupakan Kepala Desa Nganguk. Di sini kita bisa ambil pelajaran bahwa pemimpin tidak harus laki-laki. Nyatanya, karena dipercaya oleh warga Desa Nganguk, Bu Lina dapat terpilih menjadi pemimpin. Pemimpin harusnya dipilih melalui performanya dan bukanlah oleh gendernya.Â
Selain itu, keberhasilan Bu Lina Ermawati juga terlihat dari peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender. Di bawah kepemimpinannya, banyak kegiatan yang dirancang untuk mengedukasi masyarakat tentang hak-hak perempuan dan perlunya dukungan terhadap partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan.Â
Misalnya, diadakan forum-forum diskusi yang melibatkan semua lapisan masyarakat, di mana perempuan diberikan ruang untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan diri perempuan, tetapi juga memperkuat rasa saling menghormati antara gender.
Kesetaraan gender itu penting banget, dan kita semua harus peduli sama isu ini! Bayangkan deh, kalau semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga pengambilan keputusan. Ini bukan cuma soal hak asasi manusia, tapi juga soal menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.Â
Daftar Pustaka
Aniqurrohmah, S. F. L. (2023). Kesetaraan Gender Dan Nilai Nilai Yang Terkandung Di Dalamnya Menurut Hak Asasi Manusia. Jurnal Dunia Ilmu Hukum (JURDIKUM), 1(2), 50--56. https://doi.org/10.59435/jurdikum.v1i2.170
Audina, D. J. (2022). Kesetaraan Gender dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Nomos: Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, 2(4), 148--154. https://doi.org/10.56393/nomos.v1i6.602
EFENDY, R. (2019). Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan. Al-Maiyyah: Media Transformasi Gender Dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 7(2), 142--165. https://doi.org/10.35905/almaiyyah.v7i2.239
Nurisman, H. (2024). Peran Pemberdayaan Perempuan untuk Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Berpartisipasi Politik. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(1), 1--11. https://doi.org/10.56393/
decive.v4i1.2060
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H