Mohon tunggu...
Gayuhrida Sharapovia
Gayuhrida Sharapovia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa akuntansi yang gemar makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Stop Stereotipe, Perempuan Juga Bisa Jadi Apa Aja!

4 Desember 2024   10:22 Diperbarui: 4 Desember 2024   10:52 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh Ilustrasi Kesetaraan Gender. Sumber: website manadokota

Tapi nih, meskipun telah terjadi peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan, tantangan masih tetap ada. Di bidang kepemimpinan contohnya, masih banyak perempuan yang menghadapi hambatan dalam mencapai posisi kepemimpinan atau mendapatkan pekerjaan yang setara dengan laki-laki, bahkan setelah mereka menyelesaikan pendidikan tinggi (Nurisman, 2024).

Stereotip yang menganggap bahwa perempuan tidak sekompeten laki-laki dalam bidang tertentu masih beredar luas, dan sering kali berdampak pada kepercayaan diri mereka di dunia kerja. 

Karena bagi kaum patriarkis, kami para perempuan sering kali dianggap sebelah mata, dianggap tidak becus dan diremehkan. Entah apa penyebabnya, mungkin karena sisi toxic masculinity yang secara tidak sadar ada di dalam diri para laki-laki. Selain itu, isu kekerasan berbasis gender dan diskriminasi di tempat kerja juga menjadi masalah serius yang kita, generasi muda, harus aware dalam menanggapinya.

Para perempuan yang menjunjung tinggi kesetaraan gender, ada nih berbagai upaya yang bisa kita lakuin. Tergantung mau di bidang apa terlebih dahulu, mulai dari pendidikan hingga kebijakan publik. 

Kalau dalam bidang pendidikan, langkah pertama atau first step yang bisa kita ambil yaitu mengintegrasikan atau menerapkan kurikulum yang mengedukasi anak-anak tentang kesetaraan gender sejak usia dini, biar mereka bisa paham nih tentang pentingnya "kesetaraan gender". Jika program seperti ini dilaksanakan, anak-anak dapat belajar menghargai perbedaan serta hak setiap individu tanpa memandang jenis kelamin (EFENDY, 2019).

Langkah yang bisa kita lakuin untuk memerangi budaya patriarkis ini juga diperlukan dalam bidang internal. 

Perusahaan dan organisasi di zaman ini perlu menerapkan kebijakan yang mendukung keberagaman, seperti memberikan kesempatan yang sama dalam perekrutan dan promosi, serta menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Melalui kampanye kesadaran masyarakat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, kita dapat bersama-sama menciptakan budaya yang menghargai dan mempromosikan kesetaraan gender di semua aspek kehidupan.

Selain itu, penting juga untuk melibatkan laki-laki dalam upaya kesetaraan gender, karena perubahan yang signifikan hanya akan tercapai jika semua pihak berkontribusi.

 Edukasi mengenai kesetaraan gender tidak hanya harus ditujukan kepada perempuan, tetapi juga kepada laki-laki agar mereka memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam menciptakan lingkungan yang setara. Dengan mengedukasi laki-laki tentang dampak negatif dari stereotip gender dan pentingnya membangun hubungan yang saling menghargai, kita bisa mengurangi diskriminasi yang sering kali menghambat kemajuan kesetaraan.

Adapula contoh kesetaraan gender yang sudah terlaksana di kehidupan nyata, Bu Lina Ermawati yang merupakan Kepala Desa Nganguk. Di sini kita bisa ambil pelajaran bahwa pemimpin tidak harus laki-laki. Nyatanya, karena dipercaya oleh warga Desa Nganguk, Bu Lina dapat terpilih menjadi pemimpin. Pemimpin harusnya dipilih melalui performanya dan bukanlah oleh gendernya. 

Selain itu, keberhasilan Bu Lina Ermawati juga terlihat dari peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender. Di bawah kepemimpinannya, banyak kegiatan yang dirancang untuk mengedukasi masyarakat tentang hak-hak perempuan dan perlunya dukungan terhadap partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun