Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

30 Menit Siang Itu

15 Maret 2018   19:34 Diperbarui: 15 Maret 2018   19:44 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih di atas panggung si putri yang baru disematkan mahkota meliriknya. Spontan hendaknya sebuah kesempatan emas tidak akan disia-siakan.

Kedipan mata dilesatkan. Aura berbalas dari sasaran cukup bisa jadi pegangan. Senyumnya merekah. Si Putri keliru gerak, saat sadar hatinya terpikat.

Di sebuah Cafe megah metropolitan cintanya diterima. Ia pun lekat menggandeng tangannya.

Tak lama setelahnya, ke pusat kota sejoli bertamasya. Dua buah cincin permata terpasung di jari manis. Dari jutaan model baju pengantin telah terpilih sepasang. Di hadapan penghulu kedua keturunan Adam-Hawa dihalalkan, sah sudah disebut pasangan.

Keduanya bermandi keringat bahagia diatas ranjang empuk berharum kasturi. Benih-benih berlonjakan di pekarangan. Tertawa ceria, berlarian di halaman. Istana megah telah lengkap penghuni.

Karena harkatnya dinilai semakin terpandang pada pukul 12:20, ia berhak duduk sejenak dengan penguasa yang sebentar lagi pensiun. Ia diundang.

Di kursi panasnya Penguasa tertegun. Raut muka yang tertekan dengan tubuh kerempengnya yang sudah sedikit lebih tambun melemparkan curahan hati.

Darinya penguasa meminta arahan merawat muka. Layaknya cara seorang Pekebun kopi penuh daki mampu menaklukkan hati sang putri.

Sebagai balas budi, tentu hal serupa dengan mitra lainnya, dirinya akan diberi harta, tahta dan wanita kalau ingin poligami.

Intinya, kepadanya penguasa minta strategi, agar kursi tidak minggat ke lain pantat. Kalau bisa hingga menegosiasi pemegang pena pengabulan, supaya kursi sakti jadi miliknya sampai kiamat.

Mendengar itu ia menganga luar biasa, seakan kepalan manusia dewasa longgar disumpel ke rongga mulutnya. Secepatnya mengira-ngira kemungkinan yang bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun