Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masjid Keramat

14 Oktober 2017   21:46 Diperbarui: 15 Oktober 2017   22:53 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maksudmu?” tanyaku yang langsung kepikiran ke jalur kiri. Mataku melotot padanya. Ia memang sering mengusulkan yang aneh-aneh.

“Haha...” ia tertawa lagi. “Bukan itu, maksudku ... kau tau kan betapa keramatnya Masjid ini. Bersedekahlah, lalu kau minta agar urusanmu dimudahkan.”

Tidak seperti biasanya, yang  mana temanku itu selalu sah disebut sebagai orang yang karam.

Mengingat usulanku padanya, “Jika kau ingin menikahi pacarmu secepatnya, bersedekahlah ke Masjid,” usulku.

Lalu tiga jum’at berturut-turut ia membawa makanan ringan dan seceret kopi untuk jamaah. Ia pun meminta do’a agar putri pak Imam menjadi istrinya, dengan restu dari bapaknya yang saat itu belum didapat. Begitu mujarab usulan iseng itu. Aku tersenyum mengingatnya.

“Nah, itu. Kenapa kau tidak coba.”

Kalau memang tidak terbukti kekeramatan Masjid Kampungku jelas saja pembangunannya akan terlantar. Harga dua buah Kubah yang berkilau itu saja lebih dari ratusan juta. Ditambah upah pengerjaannya. Tidak ada patungan, hanya dari perut kotak amal itu saja.

Besok adalah Jum’at. Bilal akan membuka setiap setelah Salat Jum’at. Biasanya setiap dibuka gundukan rupiah pun didapat.

Bilal pernah meminta bantuan ku untuk menyusun serakan uang dari receh hinggga lembar seratus ribu. Ketika itu kotak papan penampung derma itu menghasilkan uang sepuluh juta rupiah.

Melihat dari ramainya orang bersedekah, sebab pembangunan Masjid, hasil yang akan didapat besok digadang-gadang akan empat kali lipat dari biasanya.

“Banyak sekali,” pikirku sembari bekerja menjadi kernet tukang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun