“Pakkk!”
Pak Mamad kaget. Ia tidak menduga geledek menyambar. Nyaring sekali, di pagi yang tidak bisa dicegah cerahnya.
“Loh! Kok teriak?”
“Bapak yang gak hargai Ibuk ngomong.”
“Terus?! Aku bisa apa, Buk?”
“Mikir, Pak. Mikir!”
“Cak Lontong?!”
“Huh!” Dengan muka cemberut Ibu Mamad pergi dari dapur setelah menyodorkan gelas sekenanya hingga bersenggolan dengan piring. “Ting.”
“Loh! Kemana Buk? Gak Makan?”
“Kenyang!”
Maimunah memang sudah sukses menjadi wanita karir. Sesuai impiannya. Pergi pagi pulang sore.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!