Tanpa mengangkat perempuan tua yang sudah basah itu. Lalu Ia jongkok.
“Sebutkan empat angka yang nenek suku.” Ia langsung nyuruh neneknya menyebutkan angka. Ia menunggu jawab sambil memegang kertas dan pulpen.
“Ku,,, kurang ajar. Bantu!” Perempuan bau tanah itu mengutuk. Sekaligus minta bantuan.
“Ayolah, Nek. Bantu saya kali ini saja. Penting ini.”
Hatinya belum terbersit mengeluarkan neneknya dari paret sedalam 70 cm itu. Basah kuyub. Sulit bergerak, tongkatnya menjadi perangkap. Nenek it terjepit.
“Daaarr!” Wanto kaget. Bapaknya menamparnya dari belakang.
“Anak sampah.”
Bapaknya menghardik. Bapaknya sudah tau Wanto sedang mencari kode alam untuk memasang Togel—ia pensiunan serupa wanto. Ia perlahan pergi dengan perasaan tidak dapat dicari tau pastinya—akan insyaf atau tidak?
Gayo Lues, 2017
Cerita lainnya: Anak Bapak Orangnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H