Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan Waktu

19 Maret 2017   17:12 Diperbarui: 20 Maret 2017   04:00 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini perempuan itu sudah berdandan rapi. Ia akan menghadiri arisan atau semacam perkumpulan ibu-ibu muda yang tidak penting, tapi bagi mereka itu lebih penting dari segalanya. Lia masih terbaring. Meringis menahan sakit. Tubuhnya penuh lebam dan lecet.

Dengan dandan norak perempuan itu keluar dari kamar dan membanting pintu dengan keras. Semua orang-orang yang belum pulang kaget melihat kelakuannya.

“Kalian semua pulang saja. Saya mau pergi. Tinggalkan saja orang tak berguna ini.”

Perempuan itu mengusir orang-orang yang membesuk Lia.

Tidak ada yang buka suara karena itu seperti biasa akan menambah derita bagi Lia. Orang-orang meninggalkan Lia terbaring lemah dan pasrah, tanpa ada perawatan apapun. Semua merasa iba, tapi bisa apa?

Sebelum pergi perempuan itu melontarkan kata-kata tidak layak pada Lia, sambil bergegas memakai sepatu hak tinggi.

“Hei, anak sialan. Jangan lupa membereskan rumah.”

Lia ditinggalkan dengan perasaan yang tidak bisa ditebak. Hanya terdiam.

Malaikat yang dari tadi di Langit menyaksikan perlakuan tidak layak manusia itu berurai air mata. Malaikat-malaikat itu mengajukan permintaan pada Sang Maha untuk membantu gadis yang sedang pesakitan.

Tak lama setelah pengajuan itu, sebilah tangan malaikat menjulur dari langit menuju perempuan yang berjalan tergesa-gesa. Tangan Malaikat dengan cepat mematahkan Seat Heel sepatu perempuan itu dan terjengkang. Perempuan itu tak bergerak.

“Nadinya tak lagi berdenyut.” Seseorang memeriksa.

Orang-orang yang mendengar kabar itu antusias mengucap syukur atas kutukan waktu yang menimpa perempuan itu.

Gayo Lues, 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun