Untuk kalangan muda media sosial memang seolah menjadi kebutuhan primer, atau kalau tidak kebutuhan sekunder berlabel plus. Seorang teman tidak memiliki akun medsos bisa dipertanyakan kekiniannya.
“Si Anu kok kuno banget.”
“Iya. Masak gak ada Medsos nya.”
Dsb.
Karena ada semacam pengasingan dari kawula muda kebanyakan terhadap mereka yang tidak (belum) tertarik dengan dunia ‘kedua’ tersebut, jadilah mereka ikut nyemplung, berpetualang dan menulis cerita di sana. Dunia yang sebenarnya, atau paling tidak, berpeluang besar akan kemayaannya (khayalan) ketimbang sebaliknya.
Sangking tenggelamnya bahkan si adik itu, semua kegiatannya dibagikan di medsos, apalagi yang menyangkut perasaan, wah bisa berabe kalau penduduk maya tidak tau, yang tidak dialami saja dikarang-karang, ini kenyataan men.#payah.
Lagi nyuci piring! Dihukum Mama soalnya.
Oallah! Kenapa statusnya gak sekalian: Lagi Be ol! Kebelet soalnya.
Alasan awalnya hanya sebatas hiburan semata, sebagai pengisi waktu luang saja, namun lama kelamaan menjadi candu yang membuat semua terlena. Kebiasaan karena biasa. Hingga Ia lebih banyak berada di dunia ‘khayalan’ ketimbang nyata.
Ia lebih tau kondisi orang susah yang berada di Negeri seberang, atau bahkan Benua yang jauh dari pada tetangga sebelah rumah sedang menjerit menahan kegetiran hidup karena teman kongkow maya nya membagikan kronologis detailnya. Kemudian Ia pun menulis komentar belasungkawa yang dalam, juga turut membagikan pada khalayak ramai dan tak lupa meminta do’a dari penghuni. Menurut saya hal demikian hanya menyebar aib si korban, tak ada tindakan nyatanya (hanya sebagian). Oallah, padahal penulis pelakunya juga (jadi, ini semacam menuding hidung sendiri, hik hik hik).
Dalam hal ini, bukan berarti penulis anti dumay, jelas bukan, kawan! Aku juga kalau ada waktu luang sering tegur-sapa sama teman-teman, juga, ya sama –cuci mata. #haha.
Memang sosial media merupakan perantara sosialisasi dengan sesama. Memudahkan menjaga keakraban bagi yang sudah saling kenal, juga sebagai tempat mencari kenalan baru. Namun karena prosesnya semacam ilusi, sehingga peluangnya besar menjadi benar-benar ilusi belaka. Memudahkan penipu. Ruginya: akibat permainan ilusi tersebut bisa jadi berdampak kerugian materil dan kesia-siaan waktu, tentunya –menjadi korban penipuan.
Walaupun yang paling rentan menjadi korban media sosial adalah generasi muda (labil), tak tertutup kemungkinan juga orang dewasa dan andai kata termakan ilusi kerugiannya melimpah ruah (Kompasianer Ibuk Fey Down sering menginformasikan korbannya, salut sama si ibuk). Disini penulis punya cerita remaja yang menjadi korban, adik teman saya, sebut saja namanya Yuda.
Yuda siswa SMA kelas akhir. Prestasinya sudah terkenal cemerlang seatero Kampung, itu sebelum Ia mengenal SOSMED. Karena banyak teman sekolahnya ‘mempermasalahkan’ kenihilan akun sosmed Ia pun bertanya pada abangnya (teman saya), dan dibujuk rayu agar dibuat punya dia, setelahnya mengajari. Si abang mengabulkan permintaannya. Yuda tentu senang karena tidak gagal menjadi trendy.
Lama kelamaan, rupanya Yuda tenggelam dalam lautan Sosmed. Awalnya Ia terkenal sang penyabet juara, sekarang jadi pecundang. Dulunya Ia ramah dalam keluarga dan pada siapa saja, kini jadi cuek dan peyendiri yang hanya ditemani Ponsel Pintar. Si Abang merasa bertanggung jawab atas kelunturan prestasi Yuda.
Sejak terbawa arusnya Yuda—sebenarnya sulit membedakan antara terbawa arus atau nyemplung sendiri—oleh derasnya perkembangan era modern sama sekali tidak ada indikasi untuk keluar lintasan, meski Ia dalam lintasan yang salah.
Seperti pada umumnya remaja, Ia pun bermain asmara di dunia khayalan. Maklum kawan, remaja mana yang tidak tertarik dengan kemolek-sayuan muka Bidadari, ironisnya kita tak pernah tahu dengan rupa nyata si Bidadari, bisa saja biasa saja namun karena tersulap oleh kekuatan sihir yang disediakan era modern jadilah luar biasa. Bisa saja, bukan?
Dalam waktu yang belum mencapai dua tahun, Yuda telah memiliki mantan khayalan puluhan. Disebut khayalan karena tidak ada yang menjadi nyata. Proses dan asal pacar rujak, macam-macam. Saya tau dari teman saya, setiap ada pacar Yuda di Medsos si Abang pasti kebagian cerita, modusnya sekalian pamer dan ngeledek si Abang. Teman saya sering mengingatkan tapi gak mempan.
Salah satu cerita konyol si Yuda, pacarannya hanya dalam waktu dua jam. Ceritanya setelah kenalan, terus ini itu, Yuda langsung menyatakan cinta, meski si cewek ngebelit-belit dulu akhirnya nerima. Mungkin karena si Yuda gak mau kecewa, seperti biasa, langsung meminta kontak dan mengusulkan berjumpa. Karena asal si cewek dari Kabupaten sebelah, si cewek meminta ketemuan didekat sekolahnya. Pada kenyataannya bermain cinta, cowok yang paling sering berkorban walau tak jarang sebaliknya, Yuda pun sanggup. Sebelum mengakhiri Chat malam itu, pacar Yuda minta pulsa, “20 ribu saja, ada keperluan soalnya” katanya. Mungkin karena jajannya belum habis, Ia pun bergegas ke warung pulsa. Beres.
Tidak berapa lama setelahnya, karena sudah mendekati tengah malam Ia pun beranjak tidur karena besoknya sekolah. Ia tidur sekamar dengan teman saya. Tiba-tiba Ia kemar mandi. “Kring kring..” Hpnya berbunyi, ada pesan masuk. Abangnya penasaran langsung buka pesan. Isi pesannya singkat:
Terima kasih ya pulsanya. Sekarang hapus saja No gue.
Gantian teman saya yang ngeledek Yuda.
Menurut saya kejadian itu sama seperti sebuah luka yang disiram cuka bagi Yuda. Kecanduan dan mungkin rasa penasaran telah berakar-urat pada Yuda. Semangatnya untuk menjalin asmara di dunia maya tidak surut meski hanya sehasta. Mungkin kejadian itu dianggapnya hanya sebatas bumbu cinta. Ia kembali khusuk mencari pujaan hatinya. Luar biasa.
Ia kembali mendapat gadis cantik jelita. Sesuai foto profilnya. Orangnya juga dekat, dari Kampung tetangga. Sudah tiga hari Ia menjalin asmara di dunia maya.
Suatu malam hujan gerimis. Tak henti-henti sejak senja. Tak disangka sang pujaan minta yang mengada-ngada. Apa gak mengada-ngada, minta diantarin Bakso, gak tau hujan apa. Ia tampak gelisah. Karena si dia tidak mau tidak dan Yuda takut mengganggu hubungan, dengan semangat empat lima Ia mengarung gerimis. Setelah sampai ke tujuan, abangnya telpon.
“Hey, bodoh. Permintaanku bawa ke rumah aja.”
“Abang minta?”
“Itu, Bakso yang kau tenteng.”
Oallah, Yuda menjadi korban Abangnya. Foto sicantik jelita dicomot sekenanya dari Google. #waduh.
Kasihan Yuda, ya Kawan?
Tapi kejadian itu cukup membuatnya insyaf.
Gayo Lues, 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI