Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[LOMBAPK] Jangan Heran Kalau Aku Oposisi!

21 Januari 2017   17:56 Diperbarui: 21 Januari 2017   18:10 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu mungkin juga keluarganya dibisiki Setan, hingga membuat beliau iba. Mantu dan anak beliau yang cantik jelita misalnya, meminta pakaian mirip artis Hollywood, sebab mosok keluarga Presiden biasa aja. Juga mungkin anak cowoknya minta mobil sport selagi Babe diatas panggung, sebab kapan lagi. Nah, ini sama sekali tidak benar, kayaknya.

Selagi bendera perang belum turun, kemungkinan siapa pun dijadikan setan sebagai budak tidak bisa dibantah. Kabarnya, juga misi elit setan adalah mereka yang pakai kopiah dan pemimpin berposisi basah.

Maka, jangan heran kalau Aku oposisi! Ya, tepat sekali. Yang penting berkaca dulu. Siapa tau dirasuki setan. #Ngeri.

Karena menurut saya erat hubungannya, maka mucul judul kedua: Jangan Heran Kalau Aku Toleransi!

Pada dasarnya, saya yakin betul bahwa manusia itu baik pada sesama. Jika ditesilik tingkatan sejarah, juga diungkapkan dalam kitab-kitab kepercayaan manusia bahwa kita semua bersaudara. Kejadiannya persis tingkah laku seorang Ayah saat ini, untuk menjaga kelonggaran rumah (mungkin juga untuk membatasi pandang dan meredam suara yang mengundang), bagi anaknya yang telah berkeluarga dipisahkan ke rumah lain, dan bisa jadi pindah ke luar Kota, daerah, bahkan negara: sesuai dengan peluang yang paling baik.

Karena perpisahan telah memakan waktu yang lama, tidak saling sapa, hingga anak-turunan mereka tidak saling kenal. Juga perbedaan suhu dan cuaca masing-masing daerah dalam rentang waktu yang panjang merubah betuk rupa, hingga anak-cucu mereka merasa berbeda. Termsuk juga bahasa, bukankah kabar saja antara satu, dua dan tiga bisa berbeda padahal topiknya sama.

Karena anak Ayah telah memiliki cucu, seterusnya cucu-cucu telah memiliki cucu-cucu, berlipat dan berlipat cucu-cucu telah memiliki cucu-cucu dst, hingga sampai pada kita yang merupakan cucu-cucu dari cucu-cucu terdahulu, dan mungkin juga kita sekarang telah memiliki cucu, membuat ajaran Ayah tentang kehidupan juga kepercayaan (agama) berbeda penafsiran antara kita-sebenarnya tujuannya sama. Maka kita harus sepakat bersaudara.

Sebab generasi telah bertingkat menjulang tinggi dan berlainan tempat, ajaran Ayah terdahulu dicetak berbagai versi, sebab pena atau alat cetak lainnya bisa saja eror membuat satu huruf mudah tergeser dan juga sumber pesan kadang salah tafsir, tepatnya berlainan. Hal demikian membuat perbedaan pada kita saat ini.

Jika ingin menguji kepercayaan masing-masing (gak penting sebenarnya) tidak perlu saling sikut, dan kalau kita merasa kepercayaan kita paling benar tidak perlu memaksakan kehendak tidak baik, sebab setan akan menyalakan Kompor.

Karena kita sudah sepakat bersaudara. Maka, adakah orang tidak baik pada saudara? Ada! Semua ada di zaman ‘mudah’ ini, namanya juga mudah. Tapi, pertikaian antara saudara ini bukan salah yang satu atau yang lain, melainkan setan lah mengadu domba dengan menyelam pada nafsu manusia hingga jadi serakah, pembenci dsb. Hal ini sesuai dengan sejarah moyang kita, Adam.

Pertanyaannya, maukah kita diadu domba setan, yang nyata-nyata telah menyatakan perang terhadap kita sampai kiamat? Kalau aku jelas tidak! Kecuali hilap. #hadoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun