Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Daya Gerak Daerah Pedalaman dan Sedikit Kesaksian

27 November 2016   19:41 Diperbarui: 27 November 2016   19:49 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keriuhan mengantri bbm, padahal bmm belum datang. (dok: insetgalus.com)

Gayo Lues atau di kenal juga dengan sebutan Negeri Seribu Bukit adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh. Gayo Lues memilki luas wilayah 5.719 km2 dan terletak pada koordinat 3°40'46,13" - 4°16'50,45" LU 96°43'15,65" - 97°55'24,29" BT. Ketinggiannya berkisar antara 1500-2000 dpl. Mayoritas penduduknya adalah petani: Kemiri, Jagung, Cabe, Bawang Merah, Kakao, Minyak Atsiri; Sere Wangi dan Nilam, serta Tembakau. Akses ke Gayo Lues sangat sulit, sehingga tak jarang disebut sebagai Kabupaten paling terisolasi, dari Banda Aceh menempuh waktu semalam perjalanan Mobil.

Kabupaten Gayo Lues, selain akses yang rumit -akses jauh dan kondisi jalan rawan- kerumitan juga bertambah karena tidak jarang terjadi kelangkaan BBM. Kekurangan ini disebabkan sulitnya pendistribusian bahan, menimnya stok dan adanya mafia berkelas ‘teri’ didalamnya. Meski berskala kecil, namun dihadapkan dengan asupan minim, sudah pasti mengantarkan kepunahan. Kelangkaan ini juga telah disaksikan oleh google. Klik.

Jika di tempat lain, ketersediaan BBM 24 jam di SPBU, di sini hanya 2 jam saja, dan untuk menunggu kedatangan berikutnya paling cepat 200an jam lagi. Satu tangki Premium berisi 16.000 liter ludes dalam waktu sesingkat itu. Bukankah ada pertanyaan tersirat? Kalau di tempat lain, pelayanan SPBU melayani pelanggan dengan ramah dan senyuman, di sini tidak jarang sebaliknya.

Suatu kejadian saat mengantri, antrian 'menyemut' sesak. Banyak juga Becak yang membawa 6 buah Jerigen berisi 20 liter. Pas giliran saya dapat, tiba-tiba petugas mendahulukan sodoran 2 Jerigen dari seorang Bapak-bapak. Saya protes, kenapa Jerigen diutamakan padahal antrian masih panjang, pemilik Jerigen itu gak ngatri pula. Apa jawabnya? Dengan muka sinis dan melotot Petugas itu berkata: Dia juga kan bayar dik. Emang kenapa? Saya hanya bisa diam, ya memang saya butuh dan saya tau kalau kakak itu juga butuh tips karena melayani semrautnya konsumen. Tapi dalam hati sedikit kecewa.

Pada tahun 2013-2014, saya bekerja dilapangan dengan ikatan kontrak. Pernah suatu hari ketika bertugas ke Kecamatan yang paling rumit di Kabupaten, Pining. Bersama dengan seorang teman, sudah janjian menemui kepala desa untuk urusan kerja. Kami berkeliling di seputaran Kota Blangkejeren mencari bensin, namun nihil, yang ternyata sudah tiga hari BBM kosong, baik di eceran apalagi SPBU. Di SPBU antrian Mobil sudah terparkir mengular, bahkan kabar kedatangan tangki minyak belum terdengar.

Pada pukul 08:00 kami belum dapat bensin, kira-kira perjalanan kami butuh 3 liter pulang-pergi. Ironisnya untuk menempuh perjalanan dibutuhkan waktu 1 jam lebih, padahal kami janjian jam 09:00 pagi itu juga. Akhirnya kami minta dari paman teman saya, disedot dari motornya. Ditambah dari motor teman saya, kami hanya membawa satu motor, milik saya, yang rencana awalnya bawa masing-masing karena akan menemui dua kepala desa yang desanya berjauhan.

Kelangkaan BBM juga pernah memaksa saya harus diantar ke Kabupaten sebelah oleh abang saya, pakai motor, malam-malam, karena saya harus berada di Kota Medan esok harinya, kantor yang mempekerjakan saya memberi SPT untuk Diklat di salah satu balai Diklat di Tanjung Morawa, Medan. Perjalanan dari Gayo Lues-Medan menempuh satu malam perjalanan. Angkutan umum hanya ada pada malam hari. Pertamanya saya sudah beli tiket. Tapi karena kebutulan tidak ada BBM, angkutan yang hendak membawa saya sudah berkeliling mencari, tidak ada.

Setelah berkeliling Sang Sopir mengumumkan pada kami-penumpang-bahwa perjalanan terpaksa dibatalkan. Penumpang protes semua, termasuk saya dan menjelaskan keharusan saya berada di Medan esok harinya. Tapi bisa apa, bukan Sopir atau CV perusahaan angkutan gak mau.

Diperjalanan ke Kabupaten tetangga, bertemu dengan kenalan abang saya, mengendarai Truk bermuatan berat, Jagung. Dari dia kami tau, percuma melanjutkan perjalanan karena ketika kami tiba angkutan ke Medan sudah tidak ada. Akhirnya saya menumpang dengan Truk teman abang itu, kebetulan mereka berdua.

Pengalaman saya dengan harga BBM tinggi juga sering terjadi. Motor saya mogok di pinggir Kota Blangkejeren karena kehabisan Bensin, hari mendekati maghrib. Saya sudah tau kesulitan BBM ketika itu. Untungnya ada agen minyak tidak resmi yang dikerumuni orang-orang bernasip serupa: membutuhkan bensin. Ketika saya tanya harga per liternya, Ibuk setengah baya itu menjawab: Rp.20.000/L nya. Saya tanya kok mahal banget, ibuk itu menjawab Bensinnya di bawa dari Tiga Binanga, Sumatra Utara. Terpaksa saya beli, karena tidak ada kata tawar-menawar lagi, pikir saya itu lebih baik daripada mendorong motor sejauh 3 Km dengan 4 tanjakan 50 meteran, lagi pula hari juga mulai gelap. Dan kejadian lainnya, jika di ceritakan terlalu butuh waktu.

Sekitaran tahun 2015 akhir atau awal 2016, ketersediaan BBM sudah mulai membaik. Terlihat dengan tidak adanya masyarakat mengeluh karena 'kekeringan'. Dua SPBU di Blangkejeren lebih sering buka daripada tutup. Kabarnya setiap dua hari sekali Tangki minyak masuk ke kedua SPBU tersebut.

Selain asupan yang sudah memadai, adanya pangkalan resmi di Kecamatan cukup menguranggi penimbunan dari para 'Hantu' dan kesulitan warga setempat. Meski harganya lebih seribuan dari SPBU, tetapi warga sekitaran cukup terbantu, hal ini karena jauhnya jarak ke Kota Blangkejeren, yang mana sebagian daerah berjam-jam perjalanan motor dan ada juga 50 Km lebih. Dengan kondisi jalan berliku, menanjak dan menurun serta kualitas jalan rawan, tentu warga lebih memilih pangkalan Kecamatan. Alasan lainnya belum tentu dapat minyak di Blangkejeren karena pembagian tersebut.

Karena jatah meninggi dan pengaturan pangkalan sudah berjalan, daya gerak masyarakat lebih menggeliat. Berikut ini alasannya:

Pertama: Para Petani
Di Gayo Lues, rata-rata penduduknya yang bertani menggunakan motor pulang-pergi ke kebun. Dengan adanya pembukaan jalan kebun setiap desanya, para petani semakin 'bergairah' berusaha. Efesien waktu perjalanan dan mudahnya membawa hasil tani-sebagian kebun petani mencapai puluhan kilo meter dari Kampung mereka.

Bagi petani ketersediaan BBM sangat diharapkan, selain untuk kendaraan ke kebun: mengangkut, juga berpengaruh pada pemasaran hasil tani: harga dan pangsa pasar. Para Tauke yang medistribusikan hasil panen-yang berdaya tahan rendah, seperti Cabe-ke luar daerah, sering menurunkan harga tiba-tiba, bahkan tidak membeli. Tauke tidak jarang rugi karena tidak bisa mengerim yang disebabkan tidak adanya BBM. Dengan tersedianya BBM, penurunan harga yang tidak seharusnya ini, tereliminasi. Juga sayuran yang dijual ke pasar Blangkejeren dengan mudah didistribusikan.

Kedua: Anak Sekolah
Karena daerah yang luas, sebagian Kampung jauh dari Rumah Sekolah-terutama SMP dan SMA. Para siswa pada umumnya menggunakan motor pergi sekolah, juga sebagian ada menggunakan jasa Bus Sekolah atau angkutan: Becak. Bus sekolah berjumlah sedikit dengan rute yang banyak, membuat sejumlah siswa enggan menggunakan, lebih memilih motor. Oleh sebab itu, mesin motor yang bisa dijalankan karena ada sumber energinya, dan jika energi tidak tersedia besar kemungkinan kehidupan sekolah tidak jalan.

Ketiga: Pedagang
Pedagang-pedagang yang menggelar dagangan di pasar Blangkejeren, lebih banyak tidak menetap di ruko pasar, sehingga diperlukan pengangkutan barang mereka, bolak-balik, baik dengan motor atau pun Mobil. Jika ketersediaan BBM langka, maka dipastikan 'keriuhan' pasar tidak seperti semestinya: pedagang dan pembeli. Lain lagi setiap Kecamatan punya pasar mingguan dengan jarak yang jauh, pedagang sembako, pakaian dll kebanyakan berasal dari Blangkejeren, mereka biasa mengangkut barang pagi-pagi buta, baik berkelompok merental Mobil dan ada juga Mobil sendiri, yang mana angkutan mereka pasti butuh energi, dan jika tidak ada energi, bisa ditebak pelanggan mereka yang butuh dagangan dari mereka: kekurangan.

Keempat: Pegawai Negeri
Hampir semua pegawai negeri pergi ke kantor menggunakan motor atau Mobil pribadi. Ketiadaan BBM bisa menjadi alasan mereka tidak masuk kantor, yang mana sebagian mencari-cari alasan untuk itu. Jadi dengan adanya BBM, pelayan Negeri ini bergerak sebagaimana mestinya.

Meski daya gerak sudah nyata, namun permasalahan masih unjuk muka. Masih adanya penimbunan misalnya. Contohnya: banyaknya pengecer di tepi jalan. Bukan hanya di Kampung-Kampung, namun juga di depan salah satu SPBU, terdapat jejeran penggecer minyak. Setelah Stop proses SPBU, mereka mulai menggelar dagangan mereka. Bukan ingin menohok pihak manapun, namun mereka tidak mungkin dapat dari langit bukan? Atau mungkin mereka pengecer resmi? Ah, pihak penyedia juga kan ingin dagangannya cepat habis, ngapain kerja 24 jam jika bisa dipercepat? Ehem!

Daya gerak sudah meningkat dan tentu hasil dari gerakan itu meningkat pula. Untuk lebih meningkatkan lagi, sedikit solusi:

Pertama: Jatah asupan di tambah. Guna lebih memudahkan lagi mendapat energi dan juga melenyapkan penimbunan secara perlahan karena masyarakat tidak mau membeli dari mereka. Bila perlu, diadakan setiap desanya agen resmi, dan atau bila mungkin setiap Kecamatan diadakan SPBU, toh memang komoditi setiap kecamatan berbeda.

Kedua: mempertegas pengawasan. Sebab-maaf-pengawasan setengah hati oleh pihak terkait sudah menjadi rahasia umum: terlihat banyaknya agen ilegal. Pihak penimbun mempunyai dekengan orang atas, maka mereka merasa aman. Bisa jadi dekengan tersebut bertugas sebagai pengaman, nah, keamanan apa lagi yang mereka ragukan.

Energi lain, yang sekarang sudah banyak digunakan masyarakt adalah Gas, meski masih berkapasitas 3 kg. Pada awalnya masyarakat Gayo Lues menggunakan bahan bakar kayu untuk memasak, namun kini sudah mulai banyak menggunakan Kompor Gas. Ketersediaan Gas 3 kg sudah meyentuh Kampung-Kampung -kios Gas, dan dengan efektifnya penggunaan menjadi alasan utama membuat masyarakat mau memakai. Masyarakat yang belum menggunakan beralasan: bisa mengundang bahaya. Untuk itu, perlu kiranya sosialisasi pemakaian yang benar dan penindakan bagi oknum pengoplosan, lebih digencarkan oleh pihak terkait.

Kesaksian saya: dengan adanya energi yang memadai laju gerak (perekonomian) masyarakat pedalaman, khususnya Gayo Lues, mengalami peningkatan aktip. Energi yang dimaksud baik berupa BBM (Bensin) maupun BBG. Terima kasih Pertamina yang telah menggerakkan Negeri.

Gayo Lues, 2016

https://www.facebook.com/dooorB3j3N933LLL

https://twitter.com/dirmann

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun