Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[LOMBAPK] Status Sosial dan Prestasi Anak

1 Juni 2016   15:11 Diperbarui: 1 Juni 2016   20:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat Abas kaget dan lompat, kedua adiknya kembali tertawa terpingkal – pingkal dan merasa puas bisa ngerjain Abas. Karena ‘keselek’ Dadal langsung minum. Belum sempat ditelan “buruuttt”, kembali air nyembur dari mulutnya. Dodol yang menjadi perancang semua itu, merasa puas. Karena Abas sering menyarankan Dodol, agar membanyangkan ada Ayam Goreng jika tidak napsu makan. Kedua adiknya masih tertawa seru. Abas Kesal. Ibunya yang mendengar ‘riuh’, langsung buru – buru dari dapur menenangkan keriuhan.

”Diam. Diam. Diam,,,apa ini ribut – ribut??

“si Dodol ni Mak, Ngelawak aja” jawab Abas.

“Emak juga tertawa,,,, kalau Emak disini, hahahahhaaha” timpal Dadal sambil ketawa. Ketawa kedua adiknya masih berlanjut.

“Sudah jangan ribut lagi, itu bapakmu lagi sakit”.

Semua senyap. Kalau urusannya sudah dikaitkan dengan bapaknya, pasti pada takut. Bapaknya yang lagi “asma” berbaring dikamar. Mendengar cerita anaknya, bapaknya hanya bisa tersenyum – senyum sambil merasa sakit. Jika tidak sakit mungkin ikut ketawa juga. Habisnya lucu baginya.

Pagi hari yang begitu indah. cerah, tidak ada awan. langit bersih dan biru. Abas dan kedua adiknya pamit pada kedua orang tuanya untuk berangkat ke sekolah. Abas yang jarak sekolahnya jauh harus rela berjalan kaki, sendirian. Memang ada beberapa teman Abas dari kampungnya, tetapi mereka berangkat sekolah pakai motor. Kondisi ekonomi yang krisis bagi keluarga Abas, membuatnya harus rela berjalan kaki dan demi angan dan cita – cita yang dimilki.

Dia selalu bertanya kepada sebagian jiwanya yang condong menjerumuskan, “apa karena saya miskin tidak bisa sekolah? Tidak bisa berprestasi? Hah?”. Dengan pelan jiwanya yang menjerumuskan langsung enyah entah kemana. Dan terbukti prestasinya baik dan sering mendapat juara umum disekolahnya. Bukan hanya dia, kedua adiknya juga mempunyai prestasi yang baik. Dan mereka membuktikan “prestasi anak tidak bergantung pada status sosial”. Bukankah banyak anak – anak yang mempunyai materi yang berlebih tidak memiliki prestasi apa – apa? Seperti teman – temannya dikampung, semua pakai motor ke sekolah dan terbukti prestasinya tidak bisa menyaingi Abas. Jadi, jika ada yang senasib dengan Abas “berusaha aja, santai aja, keep on moving aja”. Meski status sosial keluarganya ‘Jeblok” (1) Abas dan adik – adiknya selalu berusaha dan berusaha. (2) Abas dan adik – adiknya selalu bercanda ria. (3) Abas dan adik adiknya selalu bersemangat. Abas tetap semangat dengan mimpinya “terbang mengelilingi Angkasa raya, menggapai Bintang dan memeluk Bulan”.

Sekian

Gayo Lues, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun