09:10: Kementerian transportasi menerima laporan kecelakaan dari otoritas bandara.
09:23: Seorang pria diselamatkan dan dibawa ke fasilitas medis sementara.
09:38: Bandara Muan ditutup.
09:50: Penyelamatan orang kedua dari bagian ekor pesawat berhasil diselesaikan.
Penilaian awal atas insiden Jeju Air
Berdasarkan penilaian dari bukti yang ada, berupa video dan foto-foto yang viral sesaat proses pendaratan pesawat Jeju Air  7C-2216 hingga kecelakaan tersebut terjadi. Pada kronologi yang telah diterbitkan oleh kementerian transportasi Korea, dari awal  waktu terjadi tabrakan dengan burung hingga pendaratan darurat yang dilakukan.Â
Dari rekaman video pada detik-detik terakhir, pendaratan pesawat tersebut dilakukan dengan tanpa adanya roda pendaratan yang keluar dan juga tanpa sirip pendaratan. Hal ini menyebabkan pesawat mendarat dengan kecepatan yang  lebih tinggi dari kecepatan normal dengan konfigurasi mendarat, dan juga dengan mendarat sangat telat di jarak landasan atau pesawat melakukan pendaratan awal pada tengah landasan, sehingga tidak ada waktu untuk pesawat berhenti atau menurunkan kecepatan.Â
Tetapi, menurut seorang ahli penerbangan bernama David Learmount dari Inggris menyatakan bahwa konstruksi antena di ujung landasan juga memberikan kontribusi penyebab besarnya angka korban jiwa yang jatuh. karena antena ILS berada di ujung landasan Bandara Muan terbuat oleh material keras berupa beton yang tertutup oleh tanah. Karena material tersebutlah maka kondisi pesawat menjadi kerusakan total karena menabrak struktur beton antena ILS yang mengakibatkan hampir semua penumpang dan kru di dalamnya tewas.
Dari data dan opini yang terjadi atas insiden kecelakaan Jeju Air, ada hal yang tidak biasa dalam pelaksanaan pendaratan darurat. Karena menurut penulis, tabrakan dengan burung kepada pesawat penumpang seharusnya tidak menyebabkan sistem pesawat untuk mengalami gagal fungsi dengan skala besar hingga roda dan sirip sayap tidak bisa diturunkan. Ini juga bisa terbuktikan dimana pesawat masih bisa dikendalikan untuk mendarat setelah tabrakan burung. Tetapi, dengan fakta bahwa kronologi yang diberikan oleh menteri transportasi, jangka waktu dari tabrakan burung sampai pendaratan dilakukan hanya kurang lebih 2-3 menit. Dalam waktu yang sangat pendek ini, pilot telah melakukan pengambilan keputusan untuk mendarat terlalu cepat. Ada kemungkinan salah satu atau kedua pilot panik dan langsung buru-buru mencoba melakukan pendaratan yang sangat berbahaya tanpa roda atau sirip sayap.Â
Fungsi roda dan sirip pendaratan sangat penting dalam proses pesawat mendarat dan berhenti dengan selamat. Sirip pendaratan memungkinkan pesawat untuk terbang dalam kecepatan yang lebih aman untuk mendarat, saat sirip bagian belakang pesawat turun menyebabkan dorongan udara dialirkan ke bawah dan juga menambahkan area sayap agar daya angkat lebih besar untuk pesawat tetap terbang dalam kecepatan lebih rendah, Sementara, roda pendaratan adalah penopang utama pesawat saat pesawat melakukan pendaratan. Roda pendaratan juga mempunyai rem untuk membantu pesawat mengurangi kecepatan dan berhenti.
Tetapi, dengan informasi dari flight recorder yang ternyata tidak merekam percakapan yang terjadi di kokpit selama 5 menit sebelum insiden tersebut terjadi, kita tidak terlalu tahu apa yang terjadi di kokpit tersebut, terdapat beberapa kemungkinan antara pilot telah melakukan kesalahan karena panik sesaat setelah terjadi tabrakan dengan burung, atau kerusakan dari tabrakan burung membuat beberapa instrumen pesawat, khususnya yang berperan dalam pendaratan tidak berfungsi dengan benar, atau ada kecacatan di sistem pesawat pada waktu yang sangat buruk.