Jangankan anak-anak, orang tua dan/atau gurunya saja banyak yang sudah tidak mengetahui apa dan bagaimana Tari Topeng, salah satu tarian khas dari Jawa Barat dari sekian banyak keanekaragaman tarian yang ada di Indonesia. Karena itu ketika di Kebon Awi Kaffee ada acara pertunjukan Tari Topeng yang dibawakan sendiri oleh pemilik kaffee yang lokasinya berada di daerah Dago, Bandung ini maka saya mengajak keluarga untuk ikut menyaksikannya.
Fahmi putra kami sempat ketakutan ketika diperlihatkan beberapa topeng yang akan digunakan pada saat pertunjukkan. Ya bagi sebagian balita topeng yang terdiri dari beberapa warna dan sebagian tampak garang ini memang cukup menakutkan. Tapi setelah beberapa lama anak mulai terbiasa dan bahkan tertawa-tawa memegang serta memasangkannya di wajah.
Hal demikian sangat menggelisahkan hati dan pikiran Ambu Ottih Rostoyati. Karena itu penari sekaligus pemilik Kaffee Kebon Awi ini berniat ingin melestarikan tarian tradisional khas Jawa Barat khususnya Tari Topeng.
Selain gerak gerik dan gemulainya Tari Topeng yang memperlihatkan kreasi seni yang begitu tinggi, Tari Topeng juga memberi pelajaran hidup dan filosofi watak manusia.
Topeng yang silih berganti dipakai oleh penari itu memiliki arti dan makna yang sangat dalam jika dikaitkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia.
Topeng kedua menggambarkan wajah anak-anak. Saat dimana manusia memasuki masa-masa yang lincah dan menggemaskan.
Topeng ketiga menggambarkan manusia dewasa. Masa dimana segala kelakuan baik buruk dipertanggungjawabkan.
Yang keempat adalah topeng bijaksana. Salah satu manusia yang penuh dedikasi, perjuangan dan berbudi pekerti.
Sosok terakhir adalah topeng yang menggambarkan wajah garang. Inilah topeng wajah rahwana yang menggambarkan sifat manusia yang serakah, amarah, dan sifat buruk lainnya.
Secara sederhana semua topeng saya perlihatkan kepada anak dan menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana pula terkait sifat baik dan buruk manusia. Anak harus tahu sejak dini supaya kelak ia memasuki kehidupan yang sesungguhnya telah mengetahui dan siap dengan semua masalah yang dihadapinya. Baik buruk itu hukum alam, pasti ada dalam kehidupan manusia. Hanya jika kita siap dan mengetahuinya maka paling tidak kita bisa menghindarinya.
Berbahan bambu dan batok (tempurung kelapa) kerajinan tangan yang sekaligus bagian dari keanekaragaman budaya khas tatar Sunda yang unik dan langka ini bisa jadi pelajaran tambahan anak dalam mengenal dan melestarikan kebudayaan urang Sunda yang kesemuanya itu kini sudah banyak dilupakan dan hampir punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H