Â
      "TIDAK SEMUA BARANG BEKAS MENJADI SAMPAH"
Reaksi Saya atau kita ketika melihat kain bekas yang ada di tong sampah mungkin spontan ada rasa jijik . Bahkan ketika dirumah kita sendiri baik secara pribadi atau keluarga ketika ada kain yang tidak layak pakai cepat-cepat di order ketempat panti atau dijadikan sebagai kain lap dan keset kaki. Nah, itu juga baik dan tidak salah asalkan tidak dibuang begitu saja atau ketempat sampah. Selain kainnya lama busuk juga menjadi sarang penyakit.
Teman-teman lewat tulisan ini saya mau berbagi ide. Dan ide ini sudah kami praktekkan. Beberapa bulan yang lalu saya dan teman-teman membuat tanaman plawija disekitar pekarangan rumah dengan memanfaatkan ember bekas,pastik rinso,termasuk drum plastik sebagai wadah atau pot untuk menanam. Dan ini sudah berlangsung sejak akhir  bulan maret yang lalu.Â
Ternyata tanaman kami ini berkembang dan sangat bagus hingga saat ini. Hasilnya memuaskan dan bisa dinikmati oleh beberapa komunitas lainnya. Yang kami tanam bukan hanya sayuran lagi . Ada aneka jeruk tapi yang sistem cangkok ya...ada juga jambu biji dan jambu air dan beberapa jenis tanaman lainnya.
Dan sekarang kami kekurangan pot sebagai wadah untuk menanam. Kalau dipikir-pikir ,jika kami membeli pot plastik mungkin hanya sekali pakai dan tidak bertahan lama karena kena hujan dan sinar matahari.Â
Selain itu kami harus keluarkan biaya yang lumayan besar. Ok,saya ada ide untuk komunitas saya. Tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak.
 Saya teringat sebuah pengalaman ketika dikampung, ayah saya sering membuat asbak dan pot dari kain bekas. Hal ini dibuatnya ketika saya dan adik saya mendapat tugas dari sekolah untuk membuat kerajinan tangan.Â
Caranya adalah dengan mencelupkan kain bekas kedalam air semen kemudian dibentuk sesuai dengan benda yang dibuat sebagai cetakan nya, Misalnya ember. Embernya ditelungkupkan ya,setelah itu seluruh bagian dilapisi dengan plastik . Tujuannya supaya kain yang dicelupkan di air semen tidak lengket di ember.
Jadi kainnya di buat beberapa lapis supaya tebal dan kuat mengikuti bentuk benda yang dibuat sebagai cetakannya. Tunggu kira-kira dua hari pot nya sudah jadi dan kering . Setelah kering kita tinggal mencat kalau mau,kalau yang kami punya sih polos.
Jadi teman-teman kain bekas yang ada dirumah kami,sudah dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat pot. Sekarang sudah menjadi wadah untuk menanam pok cai ,terung ungu ,cabe dan selada. Sebagian sudah bisa di panen .
 Saya yakin bahwa untuk memanfaatkan barang-barang bekas itu tidak mudah kalau kita tidak memiliki jiwa seni. Saya memang bukan orang seni tapi setidaknya saya pernah punya pengalaman dalam memanfaatkan barang bekas.Â
Karena ayah saya yang juga seorang petani memanfaatkannya sebagai wadah untuk menanam . Entah sebagai tempat bibit,atau tempat tanaman yang kecil-kecil seperti daun soup dan bawang prey. Nih,salah satu contohnya :
Saya sendiri senang melakukan hal ini. Dan saya lebih suka menghabiskan waktu luang di pekarangan ini daripada dikamar. Masa pendemi ini kan buat bosan juga terus di rumah dan ruang geraknya terbatas. Unuk menghilangkan rasa bosan,saya pergi ke taman entah panen atau menyiangi rumput tanaman.
Sekarang  barang-barang bekas itu  semua mulai dari kain bekas,ember bekas,plastik rinso dan lain-lain itu menjadi emas bagi saya dan komunitas. Karena sudah membawa banyak berkat bagi kami dan sesama yang membutuhkan selama masa pandemi ini.
Semoga kalian juga dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di rumah kalian. Kalau ada yang tidak layak pakai coba menimbang-nimbang sebelum dibuang. Kalau masih bisa dimanfaatkan,manfaatkan segera. Dengan cara ini kita telah ikut serta berkontribusi untuk menjaga dan memelihara lingkungan.Â
Semga bermanfaat...
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H