Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

OSF di Tengah Kebhinekaan

30 Agustus 2020   11:45 Diperbarui: 30 Agustus 2020   11:49 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pendiri bangsa Indonesia telah bersepakat untuk mendirikan bangsa Indonesia di atas dasar keberagamaan budaya, suku, agama, bahasa dan ras. Konsesus atau kesepakatan ini didasarkan pada realitas bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya, suku, bahasa, agama dan ras yang berbeda. 

Kenyataan keberagaman pembentuk bangsa Indonesia hendaknya dipandang sebagai sebuah kekayaan dan anugereah yang patut disyukuri sebagai sebuah pemberian. Karena itu para penerus atau generasi penerus bangsa Indonesia sudah sepatutnya memelihara dan menjaga warisan luhur dari para leluhur bangsa ini dengan memupuk rasa persaudaraan bukan memupuk konflik di antara sesama.

Namun, catatan sejarah perkembangan bangsa Indonesia hingga hari ini masih diwarnai oleh tindakan-tindakan penyangkalan terhadap kebhinekaan Indonesia. Tindakan intolerasi semakin menjamur dan bertumbuh subur di Indonesia. Gerakan-gerakan separatis terjadi di mana-mana. 

Ada kecenderungan baru yang timbul yaitu semakin banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan keberagaman dan menginginkan keseragaman. Selain itu ada kelompok yang menganggap diri superior dan ingin menguasai kelompok yang lain. Bagi saya ini merupakan krisis besar yang dialami bangsa Indonesia dan harus segera diatasi.

SEJARAH SINGKAT DAN KIPRAH OSF DI TENGAH KRISIS KEBHINEKAAN

Segala sesuatu berubah. Yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri. Demikian kata filsuf Yunani Klasik Heraklitos. Perubahan itu bisa mengarah ke bentuk positif-konstruktif tetapi bisa juga ke arah negatif-destruktif. Semuanya berada dalam proses menjadi. Dalam proses menjadi itulah segala sesuatu terbentuk. OSF senantiasa berziarah dalam proses menjadi. Perziarahan dalam proses menjadi ini tidak pernah luput dari catatan sejarah.

Pada tanggal 31 Desember 1964 Persaudaraan OSF- Reute Jerman hadir di Indonesia. OSF adalah singkatan dari Ordo Suster Fransiskanes.

Untuk pertama kalinya para Misionaris membuka komunitas pertama di Sumatera Utara tepatnya di Tapanuli Selatan Kota Padang Sidimpuan. Seiring berjalannya waktu Persaudaraan ini berkembang ,hingga saat ini sudah berkarya di 4 keuskupan yakni:Keuskupan Sibolga,Medan,Semarang.dan Ende. 

Selama 56 tahun para suster OSF telah berkarya di bumi Indonesia dan berkarya dalam bidang kesehatan,pendidikan,panti asuhan,dan Patoral care.

Saya bangga sebagai seorang suster OSF karena dalam persaudaraan banyak saya temukan perbedaan yang akhirnya menjadi satu kekayaan bagi persaudaraan. Kami berasal dari suku yang berbeda,latar belakang dan karakter yang berbeda,tingkat ekonomi yang berbeda. 

Awalnya sangatlah sulit bagi saya untuk memahami orang-orang yang berbeda suku dengan saya,karena bahasa dan kebiasaan yang berbeda. Akan tetapi lama kelamaan saya mencoba untuk menerima perbedaan itu dan berusaha untuk menikmatinya.Dan ternyata perbedaan itu menjadi kekayaan yang sangat membantu dalam tugas pelayanan saya.

Perbedaan itu bisa saya gambarkan seperti kalau kita sedang makan direstaurant,kita memesan makanan sesuai dengan seera masing-masing. Ketika makan rasanya nikmat sekali.Tak ada rasa iri atau cemburu ketika melihat makanan orang lain.Karena memang saya sudah memilih yang terbaik sesuai dengan selera saya.

Jadi perbedaan yang saya jumpai di biara kira-kira demikian.Setiap orang berusaha memberikan yang terbaik dari dirinya untuk kebersamaan demi terciptanya persaudaraan yang sejati. Meski beda suku dan warna kulit, kami tetap satu,tak ada yang namanya kelompok,senioritas dan junioritas. Semua sama dan satu,kami menyandang gelar yang sama yaitu OSF.

 Demikian juga kita warga negara Indonesia, meski kita berasal dari agama,suku,ras yang berbeda akan tetapi kita tetap satu bangsa yaitu Bangsa Indonesia. Atau yang sering disebut dengan BHINNEKA TUNGGAL IKA. Meski dalam realita banyak kelompok dibentuk untuk memperkuat kelompoknya dan berusaha melawan kelompok lain yang dianggap minoritas dan kurang mampu berkuasa atau yang mengancam keberadaan kelompok mayoritas. 

Selain itu berbagai bentuk kejahatan terjadi di media sosial seperti ujaran kebencian, penistaan agama atau keyakinan agama lain dan masih banyak lagi. Semua ini dirancang oleh kelompok tertentu yang tidak menginginkan lagi adanya keberagaman di Indonesia. Usaha-usaha dari kelompok radikal masih akan terus berlanjut sampai mereka mencapai apa yang menjadi tujuan mereka. Situsai ini tentunya sangat meresahkan masyarakat atau warga negara Indonesia. Kita semua juga pasti tidak menginginkan kondisi yang kurang kondusif ini terus terjadi di Indonesia.

Kondisi krisis yang dialami bangsa Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi persaudaraan OSF. Selama berdirinya hingga saat ini Kongregasi OSF  telah mengutus para suster untuk mengabdi di berbagai penjuru bahkan pelosok Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa Kongregasi OSF juga mempunyai andil yang besar dalam meciptakan kedamaian dan kerukunan di Indonesia melalui para suster  yang tersebar di berbagai pelosok negeri.Tentu mereka diutus sesuai profesi mereka masing-masing. 

Menurut saya, akar dari setiap tindakan intoleransi yang tejadi di Indonesia ialah rendahnya pemahaman akan kebhinekaan atau keberagaman. Oleh karena itu semua pihak harus bisa melihat dan membuka mata terhadap realitas yang sedang terjadi ini. Tugas dan tanggungjawab yang lebih mungkin diberikan pada lembaga-lembaga pendikan. 

Lembaga Hidup Bakti seperti Kongregasi OSF harus mampu membaca realitas dan bisa membangun dialog denga realitas yang ada guna memahami akar persoalan dan bisa merumuskan jalan keluar yang bisa ditempuh. Dialog-dialog lintas iman dan  budaya harus senantiasa diperbiasakan bagi para suster. Dengan demikian ketika nanti terjun ke masyarakat bisa membangun dialog dengan masyarakat lain yang berlatar belakang berbeda.

Ciri khas bangsa Indonesia ialah keberagaam atau kebhinekaan. Keberagaman hendaknya dipandang sebagai sebuah pemberian sekaligus anugerah terindah yang harus disyukuri. Tindakan-tindakan intoleransi yang terjadi di Indonesia harus segera diatasi dengan memberikan pencerahan melalui lembaga-lembaga pendidikan. Para mahasiswa harus senantiasa dilatih untuk bisa membangun dialog dengan sesama yang berlatar belakang berbeda baik suku, budaya, ras dan agama. Keterbukaan untuk membangun dialog membukan jalan bagi tercapainya kerukunan dan perdamaian di Indonesia. Dialog bisa menghilangkan segala prasangka buruk kita terhadap sesama.

Salam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun