Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Pranowo Mendayung di Antara 2 Rumor

11 Februari 2023   15:13 Diperbarui: 11 Februari 2023   15:21 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo (CNNIndonesia.com) 

Sampai hari ini, Sabtu 11 Februari 2023, Ganjar Pranowo belum juga mendapatkan tiket capres yang ditunggu-tunggunya. Meski terus didesak, PDIP masih bergeming pada sikapnya. Jokowi yang pada mulanya mengesankan dirinya mendukung Ganjar, kini justru memberikan sinyal dukungannya kepada Prabowo Subianto.

Ada apa dengan Ganjar?

Rumor Jokowi tak Percaya Loyalitas Ganjar

Sudah menjadi rahasia umum bila hubungan Jokowi-PDIP tidak baik-baik saja. Bahkan bisa dibilang makin memburuk. Ketidakharmonisan hubungan Jokowi-PDIP sebenarnya sudah santer terendus sejak awal periode pertama Jokowi.

Kala itu, melalui Masinton Pasaribu, PDIP mendesak Jokowi untuk mencopot Menteri BUMN Rini Soemarno. Tetapi desakan PDIP itu tidak juga digubris Jokowi. Jokowi tetap mempertahankan Rini sampai akhir masa periode pertamanya.

Pada periode kedua, politisi PDIP Adian Napitupulu menagih janji Jokowi untuk memberikan jatah komisaris BUMN dan duta besar kepada relawan-relawannya. Permintaan PDIP ini pun tidak digubris Jokowi.

Menurut cerita Panda Nababan, gegara banyaknya permintaan Adian kepada Jokowi, Luhut Binsar Panjaitan marah besar. Bahkan, Luhut sampai mengeluarkan ancamannya akan menghabisi Adian jika terus mengganggu Jokowi.

Hubungan buruk Jokowi-PDIP juga diceritakan oleh Panda saat diwawancarai Uya Kuya.


Cerita Panda, selama lima tahun, Jokowi mendiamkan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Gegaranya, Tjahjo tidak setuju pencapresan Jokowi pada 2014.

"Begitu Tjahjo masuk kabinet, pengakuan Tjahjo lima tahun tidak diopeni tidak pernah ke daerah, tidak pernah meninjau, cuma dua kali sekali sehabis rapat terbatas (ratas) sekali lagi menjelang pemilu soal ktp jatuh kececer di jalanan," kisah Panda.

Bukan hanya selama periode pertamanya Jokowi mendiamkan Tjahjo, menurut cerita Panda, ketidaksukaan Jokowi masih berlanjut hingga Tjahjo wafat pada 1 Juli 2022. 

Jika mencermati kisah Panda, bukan hanya Tjahjo yang tidak menyetujui majunya Jokowi pada Pilpres 2014, tetapi juga Megawati Soekarnoputri. Megawati, menurut Panda, pada awalnya ogah memberikan tiket capres kepada Jokowi.

"Nah waktu proses Jokowi maju 2014 itu kan pro kontra, di dalam PDIP ada yang tidak suka dengan Jokowi dan kebetulan awal awal Megawati tidak setuju. Dia omelin saya apa kau Panda dukung Jokowi, apa pengalamannya, itu Megawati tidak setuju Jokowi maju, Nah Tjahjo itu sekjen dia lebih tegas tak suka Jokowi, nah itu berkesan di Jokowi."

Bisa disimpulkan bila sejatinya Jokowi tidak menyukai Megawati dan PDIP. 

Menurut sebuah rumor, ketidaksukaan Jokowi kepada Megawati dan PDIP ini berbuah kegamangan Jokowi untuk mendukung penuh Ganjar Pranowo menjadi Presiden RI 2024-2029.

Masih menurut rumor, Jokowi menilai Ganjar lebih loyal kepada PDIP ketimbang dirinya. Sebab, bagaimanapun juga Ganjar dibesarkan oleh PDIP, bukan Jokowi. Dan, kemenangan Ganjar secara beruntun dalam Pilgub Jawa Tengah pun karena faktor Jateng sebagai kandang banteng dan Megawati yang turun langsung ke lapangan. Karena itulah Ganjar akan lebih memilih untuk membalas jasa PDIP.

Loyalitas Ganjar kepada PDIP pun terbukti saat Gubernur Jateng itu memenuhi panggilan DPP PDIP pada 24 Oktober 2022. Saat itu, Ganjar dimintai klasifikasinya atas  pernyataannya di salah satu stasiun televisi ihwal kesiapannya maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. 

Oleh PDIP, Ganjar dianggap menyimpang dari aturan partai, sebab, PDIP belum memprioritaskan soal pencapresan untuk Pemilu 2024. Dan, soal pencapresan akan diumumkan oleh Ketua Umum PDIP Megawati.

Sikap Ganjar untuk memutuskan datang memenuhi panggilan PDIP itulah yang menguatkan kecurigaan Jokowi atas posisi Ganjar. Maka tak heran jika kemudian Jokowi mengungkapkan dukungannya kepada Prabowo Subianto.

Pandangan negatif Jokowi pada Ganjar inilah yang konon membuat sejumlah relawan Ganjar yang sekaligus pendukung Jokowi meninggalkan Ganjar. Karenanya tak mengherankan bila ada kelompok pendukung Ganjar yang mencabut dukungannya.

Ganjar Pranowo Mania (GP Mania), misalnya resmi membubarkan diri sekaligus mencabut dukungannya pada Ganjar pada 9 Februari 2023. Alasan GP Mania, Ganjar tidak memiliki gagasan dan bukan penerus Jokowi.

"Mas Ganjar dikaitkan dengan Jokowi itu jauh sekali, itu kita tidak temui. Makanya kita dulu bilang Ganjar the next Jokowi, ternyata itu tidak ada di Ganjar." " kata Ketua GP Mania Immanuel Ebenezer alias Noel pada 9 Februari 2023.

Dalih Noel bahwa Ganjar tidak memiliki gagasan terlalu mengada-ada. Sebab baik Anies Baswedan, Prabowo, Puan Maharani, dan lainnya juga belum menyampaikan gagasan-gagasannya.

Namun, alasan "Ganjar bukan the next Jokowi" cukup beralasan. Sebab, seperti rumor yang beredar, Ganjar bukanlah "orang" Jokowi, tetapi PDIP. 

Rumor PDIP tak Percaya Ganjar

Sebaliknya, menurut sumber rumor yang sama, PDIP sampai hari ini masih menganggap Ganjar sebagai "orang" Jokowi. Bahkan, PDIP mencurigai kepatuhan Ganjar pada PDIP sebagai setingan yang diatur oleh Jokowi. PDIP pun mencurigai kedatangan Ganjar saat mengklarifikasi pencapresannya pada 24 Oktober 2024 pun sebagai setingan.

Kecurigaan PDIP kepada Ganjar sebagai "orang Jokowi" berkembang seiring semakin banyaknya kelompok-kelompok pro Jokowi yang menyatakan dukungannya kepada Ganjar. PDIP pun berulang kali menegaskan bila kelompok-kelompok relawan pendukung Ganjar tidak ada kaitannya dengan PDIP.

Penegasan PDIP ini semakin menguatkan posisi Jokowi beserta pendukungnya yang bukan sebarisan bersama partai banteng moncong putih.

Anehnya, sekalipun membutuhkan tiket pencapresan, kelompok-kelompok pendukung Ganjar ini kerap kali menyerang PDIP. Keanehan ini diungkapkan oleh Ketua DPP PDIP Said Abdullah pada 8 Februari 2023.

"Yang kita harapkan para relawan-relawan ini kalo memang butuh Ganjar untuk dicalonkan PDIP, jangan PDIP digebuk terus sama relawan. Itu sesuatu yang aneh, butuh PDIP, tapi PDIP-nya digebuk oleh relawan kan enggak masuk akal,"" ujarnya, dilansir okezone.

Jika melongok ke tahun 2014, saat pendukung Jokowi mendesak PDIP untuk mencapreskan Jokowi, perilaku pendukung Ganjar memang aneh. Ketika itu, pendukung Jokowi mengancam tidak akan memilih PDIP jika partai pimpinan Megawati itu belum mencapreskan Jokowi sebelum Pileg 2014 (Pileg pada 9 April 2014 dan Pilpres pada 9 Juli 2014). Tetapi, tidak ada pendukung Jokowi yang menggebuki PDIP seperti sekarang ini.

Bukan hanya itu, ketika itu, pendukung Jokowi lebih kencang menyebarkan kampanye-kampanye positif untuk Jokowi ketimbang kampanye negatif untuk menyerang tokoh-tokoh yang diprediksi akan nyapres. Bahkan, nyaris tidak ditemukan serangan kepada Prabowo yang kala itu dipastikan mendapat tiket dari PDIP terkait Perjanjian Batu Tulis.

Jika dibandingkan, perilaku pendukung pencapresan Jokowi pada 2014 dengan pendukung pencapresan Ganjar saat ini bagai langit dan bumi. Selain getol menggebuki PDIP dan Puan Maharani, pendukung Ganjar juga lebih gencar menyerang Anies Baswedan.

Anehnya lagi, kelompok-kelompok pendukung Ganjar Pranowo seolah tutup mata pada situasi kurang mengenakkan yang tengah dialami Ganjar.

Di tengah-tengah kegalauan Ganjar, Musyawarah Rakyat atau Musra Indonesia, misalnya, mengundang Ganjar pada acaranya yang dihelat di Balairung Hall UTC Kota Semarang pada Sabtu, 4 Februari 2023. Karuan saja Ganjar memilih untuk tidak menghadirinya.

"Kemarin saya sampaikan bahwa Bapak Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo, akan hadir membuka tapi ternyata hari ini beliau tidak hadir. Agak sedikit kami sayangkan," ujar Ketua Panitia Nasional Musra, Panel Barus.

Ketidakhadiran Ganjar di acara yang digelar di Kota Semarang tersebut membuktikan bahwa Ganjar tengah berupaya melepaskan diri dari kecurigaan PDIP bahwa dirinya bukanlah "orang" Jokowi.

Dalam konteks ini, keputusan Noel membubarkan GP Mania sekaligus mencabut dukungannya kepada Ganjar Pranowo sudah tepat. Pembubaran ini setidaknya dapat mengurangi kecurigaan PDIP kepada Ganjar.

Sayangnya, keputusan Noel tersebut justru ditanggapi negatif oleh pendukung-pendukung dan kelompok-kelompok relawan Ganjar lainnya. Parahnya lagi, oleh relawan Ganjar yang juga sekaligus pro Jokowi, Noel dituduh melompat pagar menjadi pendukung Puan Maharani. Karuan, tuduhan ini justru semakin menyulitkan posisi Ganjar.

Situasi yang dihadapi Ganjar kian tak pasti. KIB yang sejak awal November 2022 sudah memberikan sinyal dukungannya, sampai saat ini belum menguatkan sinyalnya. 

Alih-alih mendesak KIB untuk mendeklarasikan Ganjar, kader-kader parpol KIB malah membentuk Sekber KIB (Kuning Ijo Biru) pada 1 Februari 2023 dan memberikan dukungannya pada Anies Baswedan.

Untungnya, belakangan Jokowi mengisyaratkan dukungannya kepada Prabowo Subianto. Sinyal ini seharusnya dimanfaatkan Ganjar untuk menumbuhkan kepercayaan PDIP kepadanya dengan menghapus stempelnya sebagai "orang" Jokowi.

Dalam konteks Pilpres 2024, Ganjar sebenarnya tinggal memilih, apakah menjadi "orang" Jokowi atau kader PDIP? Sebab, sekalipun Megawati dan Jokowi nanti "duduk berdampingan", melihat karakter Megawati dan Jokowi, Ganjar sulit mendapatkan sekaligus kepercayaan penuh dari keduanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun