Namun, sampai peluit panjang ditiupkan, skor kacamata tidak terpecahkan.Â
Saat fase adu penalti, Baggio didapuk menjadi penendang pertama timnya. Bukan yang terakhir seperti empat tahun yang lalu.
Ketegangan begitu nampak menyelimuti wajah Baggio. Terlebih sebelumnya, kapten tim Prancis, Zinedine Zidane berhasil membobol gawang Italia yang dijaga Gianluca Pagliuca.
Dan, entah kenapa wasit Hugh Dallas asal Skotlandia seolah memberikan waktu lebih lama kepada Baggio untuk menyiapkan dirinya.
Drama pun kian menegangkan.
Untuk sekian detik Baggio menatap tajam ke arah gawang. Belasan meter di hadapannya, Fabian Barthez bersiaga penuh, kedua tangan kiper berkepala plontos itu merentang.
Dallas meniupkan peluitnya, Baggio bergerak, berlari kecil, lantas menendang Tricolore. Bola melesat menyapu rerumputan hijau dan melewati garis gawang sebelum kemudian menggetarkan jala.
Sontak penonton membahana menggetarkan Stade de France. Bukan hanya pendukung Italia, pendukung Perancis pun turut bersorai. Luapan emosi kegembiraan itu dengan cepat menjalar dari satu titik penalti ke seluruh penjuru bumi.
Gol dramatis itu bukan hanya menjadi milik Baggio dan Italia, tetapi juga dunia. Satu Gol untuk satu dunia.
Masyarakat dunia menjadi saksi kebangkitan Roberto Baggio dari alam kuburnya yang gelap.