Bjorka kembali beraksi. Kali ini ia melempar bola panas tentang pemecatan Menkominfo Johnny G Plate. Hacker yang mengaku berdomisili di Warsawa, Polandia, ini juga menambahkan bahwa informasi imi didapatnya dari "orang dalam" Istana.
"Saya dapat informasi dari seorang teman yang bekerja di Istana bahwa Presiden akan mengganti Menteri Kominfo, Johnny G Plate," tulis Bjorka forum breached.to pada 15 September 2022.
Peretas yang tengah diburu ini bahkan menambahkan dirinya akan memuji langkah presiden jika mencopot Johnny G Plate. Katanya lagi, Menkominfo harus dipegang oleh seseorang yang paham tentang teknologi, bukan dari partai, politisi atau militer.
"Excellent, Mr President. Pastikan penggantinya orang yang paham teknologi, bukan idiot dari partai, politisi atau angkatan bersenjata. Karena semua itu akan sia-sia," pungkas seperti dikutip Detik.com.
Kali ini, Bjorka langsung dan terang-terangab menantang Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam duel perang siber. Taruhannya: "tingkat kepercayaan masyarakat".
Informasi Pemecatan Menkominfo Johnny Plate, Bjorka Tantang Jokowi Perang Siber
Perang siber atau cyber war adalah peperangan dengan menggunakan fasilitas www (world wide web). Karenanya, perang siber bukan melulu perang dengan menggunakan kode-kode yang hanya dipahami oleh ahli komputer.
Cyber war juga bisa berupa perang kata melalui propaganda, agitasi, narasi, opini, dan lainnya. Tujuannya untuk mempengaruhi perilaku lawannya. Dalam perang siber jenis ini, penyerang menggubakan kabar bohong alias hoax, fitnah, dan penyesatan informasi sebagai amunisinya.
Dengan mengunggah informasi pemecatan Menkominfo Johnny G Plate yang diklaimnya diperoleh dari "orang dalam" Istana, Bjorka telah melancarkan serangan sibernunya kepada Jokowi.
Menariknya, Bjorka tidak mengaku mendapatkan informasi perihal pemecatan Johnny G Plate dari hasil peretasan, melainkan dari temannya yang bekerja di Istana..
Di sinilah Bjorka bisa dianggap sebagai hacker yang cerdas. Sebab, dengan pengakuannya itu, Bjorka memberi informasi tentang adanya pengkhianat di sekitar presiden.
Informasi yang disampaikan Bjorka ini bisa saja hanyalah omong kosong belaka atau setidaknya rumor. Dalam istilah yang digunakan WikiLeak "Unconfirmed Rumor".
Kendati demikian, jika Jokowi salah dalam meresponnya, informasi Bjorka ini dapat menimbulkan suasana saling curiga di lingkungan Istana, khususnya lingkaran dalam Presiden Jokowi.
Ini Akibatnya Jika Jokowi Pecat Johnny Plate
Pada sore 14 September 2022 aparat kepolisian, melakukan penangkapan terhadap Muhammad Agung Hidayatulloh, pedagang es di di Madiun, Jawa Timur. Kemudian, pada keesokan harinya, Mahfud MD mengaku telah memperoleh identitas Bjorka.Â
Beberapa saat setelah klaim Mahfud MD memviral, Bjorka muncul.
"Bocah ini (Agung) ditangkap dan diinterogasi Pemerintah Indonesia. Untuk orang Dark Tracer, ini adalah dosa kalian menyediakan layanan palsu ke pemerintah Indonesia dan memberikan informasi yang salah kepada para idiot," tulis Bjorka di grup aplikasi Telegram miliknya sebagaimana yang diterjemahkan oleh Tempo.co.Â
Netizen pun bersorak gembira.
Agung yang ditangkap polisi di Madiun bukanlah Bjorka yang sedang diburu.
Sorakan semakin riuh setelah sejumlah sejumlah media menginformasikan bahwa Agung diketahui tidak memiliki komputer dan laptop.Â
Bjorka menang besar. Pemerintah kalah banyak.
Netizen semakin mengelu-elukannya Bjorla. Sebaliknya, pemerintah mendapat cibiran.
Lagi-lagi, Bjorka dianggap superhero, sebaliknya pemerintah dipandang layaknya penjahat.
Parahnya, gegara klaim Mahfud MD ini, kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam pelindungan data semakin anjlok.
Pengalaman buruk ini pastinya tidak mau diulangi lagi oleh Jokowi dan ring satunya. Jokowi pastinya tidak ingin Bjorka semakin dipahlawankan sedangkan pemerintah dianggap sebagai pecundang.
Karena itulah Jokowi harus lebih berhati-hati dalam menyikapi setiap serangan yang dilancarkan Bjorka.
Soal informasi pemecatan Menkominfo Johnny G Plate ini kuncinya adalah waktu atau timing. Sebelum atau setelah Bjorka mengunggah informasinya pada 15 September 2022.
Jika Jokowi mencopot Johnny G Plate dari kedudukannya sebagai menkominfo setelah 15 September 2022, berarti informasi yang disampaikan Bjorka benar atau valid.
Keputusan Jokowi ini justru akan semakin melambungkan nama Bjorka sekaligus semakin membenamkan pemerintah.
Pemecatan Johnny Plate setelah 15 September 2022 Â juga dapat dianggap sebagai bukti bahwa Bjorka benar-benar telah berhasil melakukan sejumlah aksi peretasan seperti yang diklaimnya. Sebaliknya, bantahan-bantahan pemerintah tentang pembobolan oleh Bjorka tidak lagi dapat dipercaya.Â
Ujung-ujungnya kepercayaan publik terhadap pemerintah pun semakin menukik dan ambruk.
Ketidakpercayaan itu akan meningkatkan ketidakpedulian masyarakat dan penyelenggara sistem elektronik (PSE) kepada pemerintah. Segala aturan perundang-undangan dan himbauan pemerintah terkait pelindungan data akan diabaikan. Akibatnya, ketahanan siber Indonesia semakin rapuh.
Bukan itu saja, jika Johnny Plate dipecat setelah 15 September 2022, artinya pengakuan Bjorka bahwa informasi pemecatan Johnny G Plate didapat dari temannya yang bekerja di Istana adalah benar alias valid. Ini membuktikan adanya pengkhianat di sekitar Jokowi sekaligus pengkhianatan dari dalam Istana Presiden
Isu adanya pengkhianat di sekitar Jokowi pastinya lebih menarik dari isu pembobolan data itu sendiri. Sebab, orang dalam yang menjadi pengkhianat jauh lebih berbahaya dari Bjorka yang diposisikan sebagai musuh.
Sebagaimana yang pernah dikatakan Jenderal Sudirman, "Siapkan 10 peluru dalam senjata. Satu peluru untuk musuh. Sembilan peluru untuk pengkhianat.
Benar atau Salah, Informasi Bjorka Justru Kokohkan Posisi Johnny Plate
Sesuai konstitusi, sebagai Presiden Republik Indonesia, Jokowi memiliki hak prerogatif untuk mengangkat dan memberhentikan menteri, dengan atau tanpa alasan.
Seorang menteri, meskipun berkinerja baik dan memiliki kedekatan dengan presiden, dapat diberhentikan kapan pun. Dan, presiden tidak memiliki kewajiban untuk mengungkap alasannya.
Begitu juga dengan Menkominfo Johnny G Plate, sekalipun pria asal Roteng, NTT, ini telah membuktikan sederet keberhasilannya, Jokowi dapat memecatnya kapan saja, dengan atau tanpa alasan.
Dalam kasus peretasan data yang semakin marak, meskipun menurut konstitusi penanggung jawab adalah Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bukan Kominfo, Jokowi dapat memecat Johnny G Plate dari posisinya sebagai Menkominfo sesuai kepentingan politiknya.
Katakanlah, kinerja Johnny Plate dalam menahkodai Kominfo dinilai benar-benar buruk. Karena penilaian ini, Johnny layak untuk dipecat.Â
Tapi, pemecatan Johnny G Plate setelah Bjorka mengunggah informasinya sama saja dengan mengumumkan adanya pengkhianat di dalam Istana. Karena alasan ini, Jokowi tidak mungkin memecat Johnny Plate.
Dengan demikian, setelah 15 September 2022, posisi Johnny sebagai menkominfo justru semakin menguat.
Lebih dari itu, pemecatan Johnny G Plate setelah 15 September 2022 Â bisa juga dianggap sebagai bentuk kekalahan Jokowi dalam perang siber melawan Bjorka.Â
Dengan kata lain, pemerintah Jokowi mengibarkan bendera putih, takluk oleh seorang penjahat.
Kapanpun Jokowi benar-benar berencana memecat Johnny G Plate, rencana tersebut sudah terlambat dieksekusi.
Sekali lagi, kuncinya adalah waktu atau timing: sebelum atau sesudah Bjorka mengunggah informasinya pada 15 September 2022. Kini, posisi Johnny G Plate sebagai Menkominfo justru semakin menguat.Â
Bahkan bisa dikatakan, informasi Bjorka ini telah memaksa Jokowi mengunci Johnny G Plate di posisinya sebagai menkominfo.
Kalau, jika tujuan Bjorka adalah pemecatan Menkominfo Johnny Plate, berarti Bjorka telah melakukan blunder fatal.
Dianggap Kriminal oleh Kominfo, Bjorka Sebenarnya Blessing in Disguise
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H