Kukatakan "pun" karena mungkin saja julukan itu sebelumnya diberikan kepada orang lain.
Biarpun sudah distempel "Pendongeng Hitam", opiniku tidak berubah. Menurutku Pollycarpus "di-Kebo Ijo-kan".Â
Opiniku tentang pembunuhan Munir kemudian kutulis ulang dalam beberapa artikel dan kuunggah di Kompasiana.
Oh ya, alasanku memilih Kompasiana karena blog keroyokan ini memiliki domain authority 82 yang jadi lebih mudah menempatkan artikel di laman-laman pertama Google.
Seperti saat mengkritik KPK, ketika itu juga aku dituduh dibayara untuk membela Pollycarpus dan BIN. Padahal boro-boro.
Malah waktu itu untuk sewa warnet saja aku terpaksa mengurangi uang jajanku.
Mungkin masih banyak yang ingat, tahun 2004-an tarif internet masih mahal. Di Bandung, sewa warnet minimal Rp 3.000 per jamnya. Padahal, aku bisa menghabiskan berjam-jam di dalam bilik warnet.Â
Parahnya lagi, dengan tarif semahal itu, kualitas internetnya Indonesia masih buruk.
Sekarang, harga internet sudah terjangkau dan kualitasnya pun sudah lebih dari memadai.Â
IndiHome, misalnya, dengan harga Rp315.000 per bulan pelanggan bisa menikmati paket berkecepatan 30 Mbps atau di atas kecepatan internetnya Indonesia yang reratanya 20 Mbps.
Karena harganya yang terjangkau dan kualitasnya yang bisa diandalkan, berlangganan IndiHome bukan saja melancarkan bisnis kotorku, tetapi juga meraih keuntungan yang maksimal.