"Aku mengkritik KPK, bukan membela koruptor."
Hari-hari berikutnya, satu persatu artikel kutulis dan kuunggah. Kesemuanya mengkritik tindakan sang cicak KPK yang kunilai gegabah.
Sampai sekarang, aku juga tidak tahu kenapa aku yang dipesan. Mungkin karena sebelumnya aku sering mengunggah artikel-artikel yang mengkritik komisi antirasuah.Â
Saking seringnya, teman-teman kompasianer menuduhku dibayar oleh politisi muda berinisial AU. Malah, ada juga yang mencurigai akun Gatot Swandito dikelola oleh AU.
Dulu, jengkel juga dituduh yang bukan-bukan seperti itu.Â
Sekarang, setiap ada yang komentar, tinggal kubalas, "Kalau memang benar aku dibayar, berarti dia telah membayar orang yang tepat."
Sayangnya, IndiHome belum ada Saat Munir Dibunuh
Jika menengok ke satu dekade sebelumnya, sebenarnya aku sudah mendapat cap buruk.
Ketika itu aku menulis di satu kelompok milia tentang sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Munir.Â
Masih dalam tulisan yang sama, kutuliskan sebuah kesimpulan jika operator pembunuhan Munir bukan Pollycarpus dan dalangnya bukan Badan Intelijen Negara (BIN).
Tak kusangka, tulisanku itu menyebar dari satu milis ke milis lainnya.Â
Lantaran berbeda pandangan dari arus utama, aku pun dikatai "Pendongeng Hitam".