Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serahkan Rahasia Negara dan Timbulkan Krisis Diplomasi, Posisi Jokowi di G20 Baiknya Diganti Rocky Gerung

6 Juli 2022   11:59 Diperbarui: 6 Juli 2022   12:05 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rocky Gerung (Sumber Law-Justice)

Lawatan Jokowi ke Ukraina dan Rusia bukan saja membuahkan blunder fatal yang bisa membuahkan skandal diplomasi, tetapi juga mengancam pelaksanaan KTT G20 yang rencananya digelar di Bali pada 15-16 November 2022.

Kalau tidak Ada. Bagaimana bisa Misi Damai Jokowi Dikatakan Berhasil atau Gagal

Dalam berbagai kesempatan, Jokowi memang mengaku lawatannya ke Ukraina dan Rusia untuk membawa misi perdamaian. Namun, faktanya, misi tersebut tidak ditunaikan Jokowi saat bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan juga Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dari situs resmi Kremlin, Jokowi hanya mengatakan, "Mr President, is there such a possibility, is there such an approach where there is no security? We also said at the G7 meeting that food and fertilisers are not included in the sanctions."

Selain kalimat itu, tidak ada pernyataan lainnya yang diucapkan Jokowi. 

Sementara, seperti diberitakan Pravda, fokus utama pembicaraan Jokowi dengan Zelenskyy adalah tentang import biji-bijian dan blokade pelabuhan Ukraina. 

"Indonesia is one of the largest importers of grain from Ukraine, and the blockade of Ukrainian ports was the main focus of the talks between the presidents [of Indonesia and Ukraine - ed.] in Kyiv," tulis Pravda.

Jadi jelas pembicaraan Jokowi saat lawatannya ke Ukraina dan Rusia sama sekali tidak menyinggung apalagi membawa misi perdamaian.

Lantas, bagaimana mungkin misi yang sama sekali tidak dilakukan bisa dikatakan berhasil atau gagal.

Alih-alih Menyejukkan, Jokowi malah Bikin Ribut Italia dengan Rusia

Kepada Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi, Jokowi mengaku telah memenuhi permintaan Barat untuk mengesampingkan kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 di Bali. Pengakuan itu disampaikan Jokowi di sela KTT G7 di Jerman pada 28 Juni 2022. Di KTT itu, Jokowi diundang sebagai tamu lantaran posisinya sebagai Presidensi G20 2022

"Presiden Widodo mengesampingkannya. Dia (Putin) tidak akan datang. Apa yang mungkin terjadi adalah partisipasi jarak jauh (oleh Putin), kita lihat saja nanti" kata Draghi kepada wartawan di hari terakhir KTT G7 yang digelar selama dua hari.

Sontak, informasi yang disampaikan Draghi tersebut dibantah Kremlin. Penasihat Kremlin Yuri Ushakov memberi tanggapan, Katanya, Draghi bukanlah pihak yang memutuskan soal itu.

Pengakuan PM Italia dan bantahan Kremlin tersebut telah membuat kedua negara saling sindir dengan kata-kata yang cukup pedas. Karuan, sobat-sobat Draghi, seperti Joe Biden, Macron, Boris Johnson, dan Olaf Scholz, langsung menimpali dengan menyindir Putin.

Menariknya, sekalipun nama Jokowi disebut sebagai biang kerok, sampai saat ini belum ada klarifikasi dari Indonesia atas insiden diplomasi tersebut.

Soal Pesan Zelenskyy untuk Putin, Siapa yang Ngibul?

"It wasn't a written message. That's the only thing I can tell you," tegas Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov. saat menjawab pertanyaan yang diajukan wartawan Kantor Berita Tass pada 1 Juli 2020.

Pernyataan itu disampaikan Kremlin untuk menjawab polemik soal pesan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang dititipkan kepada Jokowi untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sebagaimana yang diberitakan sejumlah media, setelah berdialog dengan Zelenskyy di Kyev dan sebelum menemui Putin, pada 29 Juni 2022 Jokowi mengaku mendapat titipan pesan dari Zalenskyy untuk Putin.

Sehari setelah pengakuan Jokowi tersebut menjadi polemik, lewat sekretaris pers untuk Kantor Presiden Serhii Nikiforov, Ukraina membantahnya. 

"If President Volodymyr Zelenskyy wanted to say something to Russian President Vladimir Putin, he would do so publicly, in his daily address," terang Nikiforov seperti yang dikutip Pravda pada 30 Juni 2022.

Dari ketiganya, Jokowi, Putin, Zelenskyy, mana yang berbohong?

Tak sulit menjawabnya. 

Jika dicermati, sebenarnya Kremlin telah memberikan clue-nya.

"It wasn't a written message" atau "bukan pesan tertulis". "Bukan tertulis", bukan berarti "bukan lisan".

Jadi, pesan Zelenskyy tersebut "bukan tertulis", tapi juga belum tentu "bukan lisan". Dan, bisa juga "bukan kode", "bukan isyarat", ataupun  "bukan telepati". 

Singkatnya, pesan Zelenskyy yang dititipkan kepada Jokowi untuk Putin tersebut berbentuk "bukan-bukan".

Mungkin pesan Zelenskyy itu disampaikan Jokowo seperti lirik dalam "Sound of Silence" yang dinyanyikan Simon & Garfunkel. "People talking without speaking. People hearing without listening".


Anehnya, kalau memang pesan itu benar-benar ada, baik pihak Rusia maupun pihak Indonesia, tidak satu pun yang mengungkap isi pesan yang dibawa Jokowi dari Zelenskyy untuk Putin.

Apakah pesan yang "bukan tertulis" tersebut "Top Secret" sehingga Ukraina menyangkalnya sementara Indonesia dan Rusia merahasiakan isinya?

Jika memang benar pesan tersebut "Top Secret", kenapa Jokowi membongkarnya dengan memberikan kisi-kisi bila ia membawa pesan dari Zelenskyy untuk Putin. Lagipula, bagaimana bisa Ukraina menitipkan pesan rahasianya pada pihak ketiga.

Selain itu, dan tentunya, sangat tidak masuk akal bila pesan satu negara kepada negara lainnya yang disampaikan oleh negara ketiga dikirim dalam bentuk tidak tertulis.

Jelas sudah siapa yang berbohong, Jokowi, Zelenskyy, atau Putin.

Preseden pesan Zelenskyy  dan "duel sindiran" Draghi vs Putin merupakan fakta yang sulit dibantah bila Indonesia sedang mengalami krisis diplomasi. 

Pengakuan Jokowi Berpotensi Digoreng Jadi Skandal Diplomasi

Masalahnya, pengakuan Jokowi soal pesan Zelenskyy untuk Putin tidak berhenti sampai di pertanyaan "Siapa yang Ngibul?". Pengakuan Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia yang mengaku membawa pesan dari Zelenskyy selaku Presiden Ukraina berpotensi merusak hubungan kedua negara. 

Sebab, bagaimana pun juga lantaran pengakuan Presiden Jokowi tersebut, Indonesia dapat dituduh telah melakukan fait accompli. Celakanya lagi, fait accompli gegara pengakuan Jokowi ini merugikan Ukraina sebagai sebuah negara yang berdaulat.

Fait accompli yang dilakukan oleh seorang teman kepada teman lainnya saja bisa menimbulkan masalah besar apalagi jika fait accompli dilakukan oleh satu negara kepada negara lainnya. Parahnya lagi jika negara yang menjadi korban fait accompli tengah berperang dengan negara lainnya.

Pengakuan Jokowi soal pesan Zelenskyy tersebut jelas telah merusak, setidaknya mengganggu, strategi Ukraina dalam melawan diplomasi dan propaganda Rusia. Di sisi lain, fait accompli yang dilakukan Jokowi juga berpotensi menurunkan kepercayaan rakyat dan tentara Ukraina kepada Zelenskyy sebagai presidennya.

Karenanya, pengakuan Jokowi tersebut tidak bisa dianggap enteng. Terlebih, jika Ukraina mau, pengakuan Jokowi tersebut bisa digoreng sebagai sebuah skandal diplomasi untuk dihantamkan ke Indonesia.    

Bersedia Dites PCR oleh Rusia, Jokowi Serahkan Rahasia Negara

Ketika menerima Jokowi di Kremlin, Putin hanya dipisahkan oleh meja berpanjang sekitar satu meter. Dengan meja seukuran itu, Putin dan Jokowi bisa bercakap-cakap dengan jarak yang dekat.

Sebaiknya, saat  menjamu Presiden Prancis Emmanuel Macron. Rusia meletakan meja yang memiliki panjang sekitar lima meter di antara Putin dan Macron. Ukuran meja ini membuat kedua kepala negara tersebut berdialog dengan jarak yang tidak normal.

Digunakannya meja panjang untuk menjamu Macron semata-mata lantaran Presiden Prancis menolak permintaan Kremlin untuk menjalani tes Covid-19 di Rusia. Sikap Macron tersebut dikarenakan Prancis tidak ingin Rusia mendapatkan DNA milik kepala negaranya. 

Sebaliknya Jokowi dapat berdekatan dengan Putin karena setibanya di Rusia telah mengikuti tes PCR di Jokowi Four Season Hotel, Moscow.

Padahal, seperti yang banyak diberitakan, untuk menjaga rahasia kepala negaranya, Rusia sampai harus menyimpan dan membawa pulang kotoran dan air seninya setiap lawatan ke luar negeri. 

Seperti Prancis, Rusia pun tak ingin DNA presidennya diketahui oleh negara lain. Pasalnya, dari DNI bisa didapati berbagai informasi tentang kondisi fisik kepala negara. Dari DNA dapat diketahui kondisi kesehatan, kondisi psikologis, dan lain sebagainya. Karenanya, DNA seorang kepala negara menjadi bagian dari rahasia negara. Kerahasiaan negara pastinya terkait erat dengan keamanan negara.

Dengan melakukan tes PCR di Rusia dan dilakukan oleh tenaga medis Rusia, dengan sengaja, langsung ataupun tidak, Jokowi telah menyerahkan rahasia negara yang seharusnya dijaganya dengan jiwa dan raganya dan nyawa taruhannya.

Demi Bangsa dan Negara, Posisi Jokowi di G20 Sebagikanya Diganti Rocky Gerung

Putin dikenal sebagai pemimpin yang blak-blakan. Saat menghadiri KTT G20 di Turki pada 16 November 2015, Putin menyebut ada 40 negara pendana ISIS. Beberapa negara pendonor ISIS tersebut, kata Putin, tengah menghadiri KTT G20 Turki.

Tidak berhenti di situ, Putin pun kemudian mengungkapkan data intelijen yang dimilikinya. Data intelijen itu berupa foto udara yang menunjukkan dengan sangat jelas skala perdagangan ilegal produk minyak oleh ISIS. 

Meski, dalam pidatonya Putin tidak menyebut satu pun negara yang dimaksudnya. namun pidato tersebut telah memanaskan puncak pertemuan G20.

Gegara pidato itu, Presiden Amerika Barack Obama terpaksa mengajak Putin bicara langsung di satu ruangan selama hampir satu jam.

Jika Putin mengulangi ulahnya, suasana KTT G20 2022 bisa lebih panas dari KTT G20 2015. Terlebih jika Zelenskyy juga hadir. Keduanya, Putin dan Zelenskyy, bisa saling lempar sindiran yang memerahkan daun telinga. Dan, bisa dipastikan Biden, Johnson, Macron, Draghi  akan melibatkan diri. Begitu juga dengan kepala-kepala negara pro Rusia.

Bisa-bisa perang dunia ketiga justru pecah gegara kegagalan Indonesia dan Jokowi dalam berkomunikasi. Preseden pesan Zelenskyy dan preseden Draghi vs Putin merupakan peringatan bagi Indonesia. 

Dalam situasi seperti itu, kemampuan berkomunikasi Jokowi sebagai tuan rumah G20 akan diuji. Celakanya, jika berkaca dari lawatan Jokowi ke Ukraina dan Rusia serta kehadirannya sebagai undangan di G7, kemampuan berkomunikasi Jokowi sama sekali tidak bisa diandalkan. Begitu juga kemampuan Jokowi dalam berdiplomasi.

Seperti saat menyambangi Putin yang malah membuat konflik Rusia-Ukraina semakin memanas, dikhawatirkan suasana G20 di Bali justru semakin tidak terkendali bila Jokowi coba-coba menjadi penengah.

Untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan, tidak ada salahnya jika posisi Jokowi untuk sementara waktu digantikan oleh figur yang memiliki kemampuan berkomunikasi di atas rata-rata.

Salah satu figur yang bisa menggantikan Jokowi adalah Rocky Gerung. Rocky bukan saja memiliki kemampuan luar biasa dalam mengucapkan hasil kerja otaknya.

Rocky seolah memiliki syaraf tambahan yang menghubungkan otak genius dan lidahnya sehingga dengan cepat ia dapat menjawab setiap pertanyaan sulit atau menangkis serangan-serangan yang mengarah ke dirinya.

Tokoh nasional yang layak digelari "Guru Bangsa" ini juga dikenal luas memiliki kemampuan dalam mengolah kalimat dengan pilihan diksi-diksi yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh umat manusia lainnya.

"Sunyi adalah bunyi yang tersembunyi" adalah salah satu kalimat Rocky yang melegenda. "Memang dia gak mampu. Kalian dandanin apapun, kapasitasnya di bawah standar" adalah kalimat terkenal lainnya.

Selain itu, sebagai filsuf yang memahami berbagai teori tentang logika, Rocky pastinya mampu memetakan sekaligus mengurai kerumitan algoritma konflik Rusia-Ukraina yang melibatkan juga Chechnya.

Pergantian Jokowi untuk sementara waktu bukan Inkonstitusional, melainkan ekstrakonstitusional. Karena ekstrakontitusional, maka tidak ada satu pun pasal dalam konstitusi yang dilanggar.

Sebagai presiden, Jokowi pastinya tidak ingin membuat malu Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20. Dengan jiwanya yang besar, Jokowi pastinya tidak keberatan jika Rocky Gerung menggantikannya untuk sementara waktu. Begitu juga dengan Rocky. Rocky pastinya tidak keberatan jika ia ditunjuk sebagai pengganti Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun