Karenanya, insentif bagi pelancong di DSP Toba yang dikeluarkan pemerintah sama saja dengan dana bagi promosi pariwisata dan Heritage of Toba.Â
Dana ini juga tidak ubahnya seperti dana Rp 72 miliar yang pada awal pandemi disiapkan pemerintah untuk membayar influencer guna mendongkrak pariwisata. Bahkan, dengan keikutsertaan pelancong, yang tentu saja jumlahnya lebih banyak dari influencer, kekuatan promosinya pun dapat jauh lebih efektif. Cara ini mirip dengan "customer get customer".
Dengan intensif bagi pelancong, diharapkan DSP Toba dengan Heritage of Toba yang mendingin akibat pandemi dapat kembali menghangat. Dengan strategi ini, kampanye MICE di Indonesia aja akan kembali berkibar. Â Dan, Salsa Sinambela pun tak perlu lebih lama lagi menabung untuk bisa mengunjungi tano kelahirannya.
Akhir kata, "Sinuan hariaara bahen partungkoan ditonga nihuta. Joloan hami marsattabi. Nadihuta unang marmara. Horas horas hita saluhutna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H