SBY memang tidak menyebut nama, namun pernyataan SBY tersebut dianggap sebagai teguran kepada Budiman. Sebulan kemudian SBY mengganti Budiman dengan Letjen Gatot Nurmantyo. Saat pelantikan KSAD baru di Istana, Budiman tidak menghadirinya.Â
Lewat penyampaian informasinya itu, SBY seolah menegaskan bila dirinya memiliki mata dan telinga di lingkungan TNI, bahkan di level setingkat KSAD. Karenanya, isu "Kapal Karam" ini bisa dianggap sebagai sinyal SBY kepada militer untuk tidak macam-macam kepada dirinya sekalipun ia sudah tidak menduduki kursi RI 1 lagi.
Sinyal itu menunjukkan bila SBY sebenarnya masih merasakan adanya ancaman terhadap dirinya. Setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI, SBY sudah tidak perlu lagi mengkhawatirkan kudeta militer. Tetapi, sebagai politisi sekaligus mantan presiden, SBY sudah barang tentu memiliki sejumlah musuh.
Rencana kudeta yang menggoyang AHY dari posisi Ketua Umum, tidak berpengaruh di Sulawesi Selatan
Ketua Demokrat Sulsel, Ni'matullah Erbe telah menerima komitmen 24 ketua DPC di seluruh Sulsel yang setia bersama AHY.
Kami Bersama AHY#DEMOKRATsemakinSOLIDhttps://t.co/lA4PIR0MoK--- Partai Demokrat (@PDemokrat) February 2, 2021
Karenanya, muncul pertanyaan, benarkah Moeldoko yang kebetulan berlatar belakang militer benar-benar berupaya melancarkan kudeta terhadap AHY ataukah hanya narasi yang dibangun oleh Partai Demokrat dengan motif tertentu. Menariknya, Partai Demokrat menggunakan diksi "kudeta". sebuah kata yang tengah menjadi sorotan pasca kudeta militer di Myanmar pada awal Februari 2021.
Soal AHY: Intel Australia sudah Endus Ambisi Ani Yudhoyono Sejak 2007
Deja Vu 2013: Stategi SBY Odal-adul SMS untuk Marzuki Alie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H