Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Deja Vu 2013: Stategi SBY Odal-adul SMS untuk Marzuki Alie

17 Februari 2021   13:19 Diperbarui: 17 Februari 2021   13:23 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi Shutterstock

Bagi siapapun yang memegang kekuasaan politik, pada tingkat apapun, banyak cara berpolitik yang lebih bermoral & lebih beradab. Ada 3 golongan manusia, yaitu "the good", "the bad" & "the ugly". Kalau tidak bisa menjadi "the good" janganlah menjadi "the ugly". *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 31, 2021

Pengakuan Marzuki lewat SMS-nya tersebut mengungkapkan adanya komunikasi dan pertemuan antara dirinya dengan sejumlah pengurus DPD dan DPC Partai Demokrat dari dalam dan luar Jakarta. Pertemuan-pertemuan itu, sebagaimana pengakuan Marzuki, juga berlangsung di rumahnya.

Pertemuan dan komunikasi yang diakui oleh Marzuki tersebut mirip dengan pertemuan dan komunikasi dalam upaya "kudeta" terhadap AHY yang berlangsung pada Februari 2021 sebagaimana yang diungkapkan oleh kader-kader Demokrat pendukung AHY.

Menariknya, strategi SBY dalam menghadapi ancaman terhadap ambisi pencapresan AHY pun hampir serupa. Jika pada 2013 SBY mempublikasikan SMS-nya tentang rencana Marzuki merebut kursi Ketum Demokrat pada 2021 SBY mencuitkan lewat akun Twitter-nya tentang adanya upaya kudeta terhadap AHY.

Realita Politik yang Tak Dukung Ambisi SBY

SBY saat ini bukan lagi Presiden RI. Seiring waktu, pamornya kian menyurut. Jika pada 2013, SBY masih memiliki power untuk menggertak kader-kader Demokrat untuk menuruti atau tunduk pada kemauannya, kali ini situasi sudah berbeda jauh. 

Saat ini, menurut politisi senior Demokrat Yus Sudarso, ada empat faksi dalam partai. Keempat faksi itu adalah faksi Ketua Umum Partai Demokrat 2001-2005, Subur Budhisantoso. Kedua, faksi mantan Ketua Umum Demokrat, Hadi Utomo, ketiga, faksi mantan Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum. Terakhir, faksi Marzuki Alie. Menurut pengakuan Yus, keempat faksi tersebut sepakat Moeldoko ambil alih posisi AHY sebagai Ketua Umum Demokrat.

Benar, Kepala Badan Komunikasi Strategis, Herzaky Mahendra Putra sudah membantah pernyataan Yus. Menurut Herzaky, Subur Budi Santoso sudah menegaskan dukungannya pada kepemimpinan AHY selaku hasil Kongres V yang sah. Sementara, masih menurut Herzaky, Marzuki Alie sudah membantah keras keterlibatannya.

Tetapi, apapun itu, ada dua faksi yang menentang kepemimpinan AHY sebagai Ketum Demokrat. Sementara, meski membantah keras keterlibatannya dalam upaya penggulingan AHY, Marzuki tidak mendukung AHY sebagai Ketum Demokrat.

Kondisi dan situasi yang dialami Demokrat ini menandakan keroposnya kekuatan Cikeas yang ujung-ujungnya dapat mengancam ambisi Ani Yudhoyono untuk dapat mendudukkan AHY di kursi kepresidenan Republik Indonesia.

Di sisi lain, peningkatan tingkat elektabilitas Demokrat tidak bisa serta merta dimaknai sebagai keberhasilan AHY, melainkan sebagai berpindahnya pendukung Prabowo Subianto yang merasa dikecewakan atas pilihan politik Prabowo, juga Sandiaga Uno, yang bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin. Pendukung Prabowo yang kini mengarahkan dukungannya pada Demokrat bukanlah pendukung AHY, melainkan swing voter yang sewaktu-waktu bisa mengalihkan dukungannya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun