Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Goyangan Adian Napitupulu pada Erick Thohir, "Deja Vu" 5 Tahun Silam

15 Juli 2020   11:18 Diperbarui: 23 Juli 2020   12:22 5436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adian Napitupulu (Sumber: Kompas)

Rabu, 14 Juli 2020, lini masa Twitter ditrendingi tagar #BUMNSayangKadrun. Sehari sebelumnya, platform media sosial ini diramaikan oleh tagar #ErickOut. Untuk tagar yang terakhir, kelompok yang mengaku-ngaku sebagai pendukung dan kelompok yang mengaku-ngaku sebagai oposisi mendadak kompak bersatu padu.

Sangat jelas dua tagar itu disasarkan ke arah Menteri BUMN Erick Thohir. Serangan terhadap Erick yang baru menduduki jabatannya kurang dari satu tahun ini seolah deja vu dari peristiwa serupa yang terjadi sebelumnya.

2 Spekulasi di Balik Video "Jokowi Marah" 

"Ah, itu tidak terlalu signifikan. Tidak perlu dibahas lah. Itu bagian dari strategi," jawab Moeldoko.

Jawaban itu diucapkan Moeldoko saat ditanya Najwa Shihab dalam "Mata Najwa" yang ditayangkan langsung Trans TV pada 1 Juli 2020.

Najwa ketika itu menyinggung soal jeda waktu antara perekaman video dengan pengunggahannya. Pasalnya video yang diberi judul 'Arahan Tegas Presiden Jokowi pada Sidang Kabinet Paripurna, Istana Negara, 18 Juni 2020' baru diunggah Sekretariat Presiden pada 28 Juni 2020 atau 10 baru setelah perekaman.

"Udah nggak usah dilanjutkan itu," elak Moeldoko.


"Yang penting adalah memahami substansi dari kemarahan itu," pungkas Moeldoko mengakhiri cecaran pertanyaan.

Dari sederet jawaban yang diberikan mantan Panglima TNI itu, kalimat "Itu bagian dari strategi" menarik untuk dilirik.

Moeldoko memang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Najwa. Namun, bungkamnya Moeldoko ini justru memunculkan setidaknya dua spekulasi.

Pertama, untuk test the water reaksi kelompok-kelompok yang tengah mengincar posisi di kementerian. Dalam spekulasi ini, penggagasnya bukan kelompok yang mengincar jabatan. 

Kedua, upaya melegitimasi desakan reshuffle kabinet. Bertolak belakang dengan spekulasi pertama, untuk spekulasi yang kedua ini, pengunggahan video didalangi oleh kelompok yang mengincar jabatan.

Video "Jokowi Marah" memang tidak lepas dari isu kocok ulang kabinet. Terlebih dalam pidatonya, Jokowi mengatakan, "Bisa saja membubarkan negara, bisa aja reshuffle" yang diucapkan Jokowi dalam rekaman tersebut.

Setidaknya sudah dua kali isu reshuffle menyengat kabinet Jokowi. Sebelumnya isu ini diembuskan oleh sekelompok relawan Jokowi setelah bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor pada 18 Februari 2020. 

Anehnya, meskipun dalam pidatonya itu bukan hanya Erick yang disemrot Jokowi, namun sorotan terhadap mantan Ketua Tim Kampanye pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin ini jauh lebih tajam dibanding kepada menteri-menteri lainnya.

Maraknya isu reshuffle yang untuk kedua kalinya ini diawali dengan digelontorkannya persoalan hutang yang melilit BUMN. Kemudian disusul dengan isu pengangkatan purnawirawan TNI/Polri sebagai pucuk-pucuk pimpinan BUMN. 

Pada hari H video "Jokowi Marah" beredar, jagad Twitter mendadak diramaikan dengan tagar #GanjarNoErickYes. Sekalipun tagar tersebut menandai dukungan pada Menteri BUMN Erick Thohir, namun diduga kuat bila tagar tersebut bukan disemburkan oleh pendukung Erick. Sebaliknya, tagar tersebut justru menyiratkan adanya upaya pembusukan terhadap Erick. 

Benar saja, pada hari yang sama tagar tersebut mendapat balasan #ErickOut. Lewat tagar ini, Erick dinarasikan gagal memimpin BUMN dan memiliki niat akan maju dalam gelaran Pilpres 2024.

Adian Napitupulu Tagih Janji Jokowi

Sekalipun isu pelengseran Erick dan tagar #ErickOut bisa ditebar oleh siapapun, termasuk oleh Erick sendiri. Namun, cerita Adian Napitupulu saat tampil live di Satu Meja: The Forum menguatkan dugaan adanya kelompok yang mengincar  posisi Erick.


Menurut Adian (mulai 1.06.50, Jokowi sudah empat kali menjanjikan sejumlah posisi kepada Aktivis 98. Posisi yang dijanjikan Jokowi itu di antaranya, duta besar, menteri, dan komisaris, Malah menurut Adian, pada 30 Oktober 2020 dirinya sempat dimintai nama oleh mensesneg. Dan, tidak satupun dari nama-nama tersebut mendapat jabatan seperti yang dijanjikan Jokowi. 

Adian tidak berbohong. Sebab, Jokowi memang pernah menjanjikan posisi menteri kepada Aktivis 98. 


Sikap Adian Napitupulu terhadap Erick Thohir ini seperti deja vu pada peristiwa yang terjadi lima tahun yang lalu. Ketika itu, sejak Februari 2015, sejumlah kader PDIP gencar menyerang Menteri BUMN Rini Soemarno. Bahkan elit PDIP ketika itu menyebut Rini sebagai pengkhianat.

"Kalau Luhut itu kan bukan kader PDIP itu terserah Pak Jokowi. Kalau Andi sama Rini itu kan pengkhianat, ya itulah Ibu Mega terlalu percaya dulu," kata Ketua DPP PDIP Effendi Simbolon pada 4 Februari 2015 sebagaimana yang dikutip Detik.com.

Sebelumnya santer diberitakan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri mendorong Jokowi mengevaluasi tiga menteri yang disebut dengan istilah 'Trio Macan'. Trio Macan yang dimaksud adalah adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, dan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan.

Hampir sepanjang tahun 2015, elit-elit PDIP terus membombardir Rini dengan sejumlah isu. Masinton Pasaribu, misalnya, menembaki Rini dengan peluru kinerja.

 "Kalau aku sih Menteri BUMN. Ukurannya kinerja. Kinerja dari Kementerian BUMN dengan anggaran yang sangat besar, itu jauh dari nawacita," kata Masinton kepada Tempo di kompleks parlemen Senayan pada Jumat, 16 Oktober 2015 (Sumber: Tempo)

Pada awal 2016, serangan elit-elit PDIP tersebut seolah mendapat legitimasi setelah Megawati Soekarnoputri menyentil Rini. Ketua Umum PDIP itu menyentil Rini saat membacakan pidato dalam Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan pada 10 Januari 2016.

"Sekarang diperlakukan seperti korporasi swasta. Mengedepankan bisnis semata sebagai pendekatan business to business," kata Megawati saat membacakan pidato Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan di Jiexpo, Jakarta Pusat, Ahad, 10 Januari 2016.

Meski terus digoyang oleh elit-elit PDIP, namun kursi yang diduduki Rini tidak goyah. Rini tetap menduduki jabatan basahnya itu sampai akhir periode pertama pemerintahan Jokowi-JK.

Rini Soemarno bukan orang partai. Tetapi, mantan komisaris Bakrie Telecom ini dikenal dekat dengan mantan Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie. Bersama Bakrie, enam hari jelang pelantikan Jokowi-JK pada 20 Oktober 2014, Rini melangsungkan pertemuan tertutup dengan Jokowi di  restoran Kunstkring Menteng, Jakarta. Sampai saat ini isi pertemuan tersebut belum diberitakan.

Seperti Rini, Erick Thohir bukan orang partai. Tapi, sebagai pengusaha sukses, sama seperti Rini, Erick pastinya memiliki kawan politisi. Kawan-kawan politisi inilah yang bisa membuat Erick mampu menahan goyangan..

Bukan hanya itu, Erick sepertinya sudah membentengi dirinya dari serangan dengan mengangkat sejumlah purnawirawan dan perwira aktif TNI/Polri sebagai komisaris BUMN. Belum cukup sampai di situ, jabatan komisaris pun diberikan Erick kepada sejumlah tokoh yang saat Pilpres 2019 berlawanan dengan Jokowi.

Apakah Erick Thohir sanggup bertahan seperti Rini Soemarno? Apakah Adian Napitupulu akan terus menggoyang kursi yang diduduki Erick? Atas kedua pertanyaan itu, tidak seorangpun yang tahu, bahkan Jokowi sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun