Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Corona: Semoga Status Facebook yang Bikin Merinding Bukan Firasat

24 Maret 2020   09:03 Diperbarui: 24 Maret 2020   09:08 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari Kompas.com

"Jet atau bom?" tanya seorang ayah pada anak gadisnya.

"Bom."

"Bom?'

"Ya, kalau datang kita akan tertawa."

Selang sedetik kemudian. "Bummm!"

Keduanya pun tertawa girang.

"Lucu sekali, ya?" tanya si ayah.

"Yeah. Lucu sekali."

Percakapan ayah dan anak yang direkam dalam video itu memviral setelah akun Twitter @alganmehmed mengunggahnya pada 16 Februari 2020. Dua hari kemudian sejumlah media online top Inggris dan Amerika Serikat ramai-ramai memberitakannya.


Abdullah Muhammad, lelaki dalam video itu, mengaku sejak dua tahun lalu mengajak anaknya tertawa saat mendengar dentuman bom. 

"Game" tertawa dibuat pria yang tinggal di Idlib, Suriah, ini untuk mengatasi rasa takut yang menghantui anaknya yang bernama Salwa selama perang berkecamuk di negaranya.

"Lebih baik mati tertawa tenimbang mati dalam ketakutan," cetus Abdullah kepada wartawan yang mewawancarainya. 

Lain warga Suriah, lain pula warga di negara-negara lainnya, termasuk di Indonesia. Kalau warga Suriah sudah sejak 8 tahun lalu takut kejatuhan bom, warga di negara-negara lain sekarang sedang ketakutan disatroni virus corona.

Sebagian dari kita pasti membelalakkan mata begitu mendapati deretan angka yang dimuat dalam berita Kompas.com ini. 

"(Menurut) data, kemungkinan yang kita miliki, yakni population of risk, adanya kelompok orang yang berisiko (terjangkit virus corona) adalah pada kisaran 600.000 hingga 700.000 (orang)," ujar Yuri.

Yuri, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona yang bernama lengkap Achmad Yurianto ini, pastinya tidak bermaksud menakut-nakuti. Apalagi di situ juga ditulis "beresiko" yang bisa diartikan "kemungkinan terjangkit".

Kalaupun dari kisaran 600.000-700.000 itu semuanya positif terjangkit, tidak semuanya akan menemui ajalnya. Karena, menurut hitung-hitungan WHO, angka rerata kematian di dunia akibat corona hanya 3,4 %. Angka ini lebih tinggi dari estimasi awal WHO yang mematok angka 2.0 %. Sialnya, tingkat kematian akibat corona di Indonesia lebih tinggi dari rerata negara-negara lain.

Apa gara-gara angka-angka itu kita takut sampai ngumpet di kolong jemuran tetangga sebelah rumah?

Takut sih takut. Tapi, jangan sampai karena ketakutan yang teramat sangat, kita melarang diri kita sendiri untuk tertawa. Apalagi sampai ngomel-ngomel sama orang lain yang guyonan.

Dan, ketika mengaitkan "zona merah" dengaan PDIP, Walikota Surabaya Tri Rismaharini memang sedang guyonan. 

... Risma awalnya sempat terdiam mendapat pertanyaan wartawan tentang Kota Surabaya yang masuk zona merah Covid-19. 

Setelah itu, Risma langsung menjawab dengan berkelakar. 

"Ya, memang zona merah, karena PDI-P...," kelakar Risma, disambut gelak tawa wartawan... (Sumber: Kompas.com)

Padahal guyonan Risma itu bisa ditanggapi Roy Suryo dengan guyonan lagi. Misalnya, dengan ngetwit, "Ganti saja presidennya dengan SBY biar zona merah berubah jadi biru."

Abdullah Muhammad pastinya bukan menertawai situasi perang yang berkecamuk di negerinya. Bukan pula menertawai jatuhnya bom yang membunuh saudara-saudara setanah airnya. Abdullah dan anaknya tertawa untuk mengatasi rasa ketakutan. 

Begitu juga dengan Risma. Risma bukan mengelakari status zona merah yang distempelkan pada kota yang dipimpinnya. Bukan pula mencandai korban-korban yang terpapar virus corona. Candaan Risma hanyalah selingan kecil di antara setumpuk upayanya dalam menyelamatkan warga Surabaya dari amukan corona.

Di tengah semburan virus corona ini, Risma sudah memutar otaknya dan membanting tulangnya demi warga Surabaya yang dipimpinnya. Sesekali guyonan tidak masalah. Lagipula, situasi sangat mendukung. Ini bisa dilihat dari reaksi wartawan yang tertawa mendengar celetukan Risma

Status Facebook Ini Bikin Merinding

Sebenarnya, netijen sering guyonan tentang musibah atau bahkan kematian. Ada yang tepat waktunya. Ada juga yang tidak. Kalau tidak tepat, biasanya langsung disemprot netijen-netijen lainnya.

Saya dan netijen-netijen lainnya juga begitu.

Saya pernah posting status lewat akun Facebook. Awalnya, saya tidak ambil pusing dengan status itu. Tapi, setelah virus corona menjangkit, lama-lama terlintas dalam pikiran, "Jangan-jangan status yang saya posting beberapa waktu yang lalu itu semacam firasat". 

Gara-gara menganggapnya sebagai firasat, saya jadi merinding setiap kali mengingatnya. 

Celakanya lagi, saya tidak me-like-nya. Saya jadi kepikiran, "Jangan-jangan, saya ini satu dari ribuan teman yang tidak me-like status saya itu.

Status saya itu ....

Tangkapan layar status FB (Sumber: Dok. Pri)
Tangkapan layar status FB (Sumber: Dok. Pri)

Aetikel lain

Karena Destinasi di Jogja Mengklaster, Lokasi Hotel Ini Bukan Sekadar Strategis

Klarifikasi Postingan Sebelumnya, Gatot Nurmantyo Cetak "Gol Bunuh Diri"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun