Abdullah Muhammad, lelaki dalam video itu, mengaku sejak dua tahun lalu mengajak anaknya tertawa saat mendengar dentuman bom.Â
"Game" tertawa dibuat pria yang tinggal di Idlib, Suriah, ini untuk mengatasi rasa takut yang menghantui anaknya yang bernama Salwa selama perang berkecamuk di negaranya.
"Lebih baik mati tertawa tenimbang mati dalam ketakutan," cetus Abdullah kepada wartawan yang mewawancarainya.Â
Lain warga Suriah, lain pula warga di negara-negara lainnya, termasuk di Indonesia. Kalau warga Suriah sudah sejak 8 tahun lalu takut kejatuhan bom, warga di negara-negara lain sekarang sedang ketakutan disatroni virus corona.
Sebagian dari kita pasti membelalakkan mata begitu mendapati deretan angka yang dimuat dalam berita Kompas.com ini.Â
"(Menurut) data, kemungkinan yang kita miliki, yakni population of risk, adanya kelompok orang yang berisiko (terjangkit virus corona) adalah pada kisaran 600.000 hingga 700.000 (orang)," ujar Yuri.
Yuri, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona yang bernama lengkap Achmad Yurianto ini, pastinya tidak bermaksud menakut-nakuti. Apalagi di situ juga ditulis "beresiko" yang bisa diartikan "kemungkinan terjangkit".
Kalaupun dari kisaran 600.000-700.000 itu semuanya positif terjangkit, tidak semuanya akan menemui ajalnya. Karena, menurut hitung-hitungan WHO, angka rerata kematian di dunia akibat corona hanya 3,4 %. Angka ini lebih tinggi dari estimasi awal WHO yang mematok angka 2.0 %. Sialnya, tingkat kematian akibat corona di Indonesia lebih tinggi dari rerata negara-negara lain.
Apa gara-gara angka-angka itu kita takut sampai ngumpet di kolong jemuran tetangga sebelah rumah?
Takut sih takut. Tapi, jangan sampai karena ketakutan yang teramat sangat, kita melarang diri kita sendiri untuk tertawa. Apalagi sampai ngomel-ngomel sama orang lain yang guyonan.
Corona Dibuat Candaan, Fadli Zon Nilai Risma Jumawa! | Barometer Jatim https://t.co/unxNvQjmTm--- Fadli Zon (@fadlizon) March 22, 2020