Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Klarifikasi Postingan Sebelumnya, Gatot Nurmantyo Cetak "Gol Bunuh Diri"

20 Maret 2020   21:03 Diperbarui: 20 Maret 2020   22:52 10303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto layar aman postingan IG Gatot Nurmantyo pada 17 Maret 2020 (Sumber. Dok. Pri)

Gatot Nurmantyo mendadak "balik kanan". Mantan Panglima TNI yang pada 15 Maret 2020 mengunggah "Jadilah pejuang rakyat dengan kurangi berinteraksi langsung", empat hari kemudian mendadak berubah pikiran. 

"... AYO MAKMURKAN MASJID & GALAKKAN GERAKAN SHOLAT BERJAMA'AH UNTUK MINTA PERTOLONGAN ALLAH..!!" unggah Gatot Nurmantyo lewat akun Instagram-nya, @nurmantyo_gatot,  pada 17 Maret 2010.


Seruan Makmurkan Masjid Ala Gatot Nurmantyo yang Ramai Dikecam

Dalam unggahan yang diberi judul "Untuk Kita Renungkan" itu, Gatot Nurmantyo menyampaikan alasannya. Tulisnya, "(Jadikan Sholat & Sabar Sebagai Penolongmu..!!) Virus Corona (covid-19) adalah ciptaan Allah dan yg kena pasti juga atas ketetapan Allah."

Karuan saja, postingan Gatot langsung mendapat tanggapan negatif dari sejumlah kalangan, dari anggota DPR, Majelis Ulama Indonesia, politisi, ulama, dan lainnya.

Anggota DPR RI sekaligus mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nurwahid, bahkan sampai dua kali mencuitan penentangannya kepada Gatot Nurmantyo. 

Beberapa jam kemudian mantan Ketua MPR yang rajin ber-Twitter ini kembali bercicit cuit.

Pada hari yang sama, sembari melampiri video "Shihab & Shihab", politisi Abdilla Toha menyentil pihak-pihak yang masih mengajak berkumpul di masjid di tengah semburan virus corona.

Ajakan Gatot Nurmantyo untuk memakmurkan masjid di tengah penyebaran virus corona bukan saja bertentangan dengan arus utama pikiran masyarakat dunia yang memilih untuk lockdown atau social distancing, tetapi juga dengan ajaran Islam itu sendiri.

Menurut Anas bin Malik, pada suatu hari ada seorang laki-laki berhenti di depan masjid untuk mendatangi Rasulullah. Unta tunggangannya dilepas begitu saja tanpa ditambat. Rasulullah bertanya, ''Mengapa unta itu tidak diikat?'' 

Lelaki itu menjawab, ''Saya lepaskan unta itu karena saya percaya pada perlindungan Allah SWT.''

Mendengar jawaban tersebut, Nabi Muhammad menegurnya, 'Ikatlah unta itu, sesudah itu barulah kamu bertawakal."

Dalam memimpin pertempuran, Rasulullah tidak pernah telanjang dada atau membiarkan tubuhnya tanpa terlindung. Nabi memegang perisai dan memakai baju besi. Dan, bila mendapati situasi keamanan sedang gawat, Nabi bertanya, ''Siapa yang akan mengawalku malam ini?'' 

Dalam menyikapi penularan wabah, setelah mengetahui wabah tengah menular di Syam, Umar bin Khatab memilih tidak melanjutkan perjalanannya dan kembali ke Mekah. 

Jadi, sangat jelas, menjauhi masjid saat corona menyebar seperti sekarang ini justru bagian dari ajaran Islam.

Klarifikasi "Gol Bunuh Diri" Gatot Nurmantyo

Mendapati postingannya direspon negatif, pada 19 Maret 2020 Gatot Nurmantyo mencoba meluruskannya.


"Pertama, untuk digarisbawahi pernyataan pada unggahan dimaksud, terutama kalimat : "...Mereka beramai-ramai menggaungkan phobia dengan Masjid. Seakan-akan Masjid sebagai sumber penularan covid-19??". Ajakan sy untuk tetap memakmurkan masjid semata *ingin mencegah potensi berkembangnya stigma masjid sebagai pusat penyebaran covid-19*, di tengah TIDAK adanya gaung ajakan serupa dari kalangan gereja, vihara, pura, klenteng dan tempat ibadah lainnya".

Gatot Nurmantyo salah besar. Karena sebelum purnawirawan jenderal bintang empat ini mengunggah ajakan memakmurkan masjidnya pada 17 Maret 2020, empat hari sebelumnya atau pada 13 Maret 2020, vatikan telah menutup gereja Katolik yang berada di seluruh Roma, Italia.

Langkah Vatikan ini mengikuti pemerintah Italia yang sudah lebih dulu menutup gereja-gerejanya sejak 17 Februari 2020.

Bahkan, karena serangan ganas corona, sehari setelah otoritas Palestina mengumumkan adanya tujuh suspek corona, Israel langsung mengisolasi kota kelahiran Yesus, Betlehem.

Jauh hari sebelumnya, pada 24 Januari 2020, pemerintah China sudah men-shutdown seluruh klenteng di seluruh negeri berjuluk Tirai Bambu.

Di Amerika Serikat, pemerintah mengeluarkan kebijakan tutup gereja pada 14 Maret 2020.

Bukan hanya otoritas gereja di luar negeri, pada 15 Maret 2020 atau 2 hari sebelum Gatot Nurmantyo menyerukan ajakannya, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) sudah mempertimbangkan alternatif persekutuan dan ibadah dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi digital dengan mengembangkan e-church.

Jadi jelas, "TIDAK adanya gaung ajakan serupa dari kalangan gereja, vihara, pura, klenteng dan tempat ibadah lainnya" dalam  bantahan yang diunggah Gatot Nurmantyo pada 19 Maret 2020 sangat miskin literasi. 

Kemiskinan literasi juga terbukti dengan adanya bagian konten hoax tentang warga China yang ikut menjalani ritual keagamaan Islam pada unggahan 17 Maret 2020 yang sudah dibantah oleh sejumlah media pada 6 Februari 2020.

Sementara, gaung pembekuan sementara kegiatan-kegiatan masjid lebih santer terdengar di Indonesia sudah pasti dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam dengan masjid sebagai tempat ibadahnya.

Itu juga yang (mungkin) mendorong pemerintah Amerika Serikat dan Italia untuk membekukan sementara aktivitas gereja di negaranya, bukan masjid, 


Artinya, dan ini yang terpenting, dalam menghadapi corona tidak ada unsur-unsur terkait sentimen terhadap satu agama tertentu.

Selain miskin literasi, seruan Gatot Nurmantyo yang mengajak memakmurkan masjid untuk mencegah potensi berkembangnya stigma masjid sebagai pusat penyebaran covid-19 sangat dangkal. Sebab, pembatasan aktivitas masjid juga dilakukan oleh sejumlah negara mayoritas muslim.

Arab Saudi, misalnya, setelah membekukan sementara kegiatan umroh pada awal Maret 2020, negara petro dolar ini meniadakan sementara aktivitas di masjid, kecuali adzan, terhitung sejak 17 Maret 2020. 

Bahkan Badan Intelijen Negara (BIN) pada 13 Maret 2020 atau 4 hari sebelum Gatot Nurmantyo mengunggah seruannya sudah menyampaikan prediksinya yang menyatakan puncak penyebaran infeksi virus tersebut diprediksi terjadi 60-80 hari sejak pertama kali diumumkan atau pada April-Mei saat memasuki bulan Ramadhan.

"Jadi, kalau kita hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa," kata Deputi V BIN Afini Boer dalam diskusi 'Bersatu Melawan Corona' di Little League, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sebagaimana yang dikutip Detik.com

Prediksi BIN tersebut pastinya tidak bermaksud untuk menstigma masjid sebagai penyebar corona, melainkan karena meningkatnya aktivitas muslim di Indonesia pada bulan Ramadhan.


Gatot Nurmantyo kemudian melanjutkan klarifikasinya.

"Kedua, Hal ini juga dilandasi fakta bahwa pemerintah belum melarang kegiatan masyarakat di mall, tempat hiburan dan sarana publik lain, yang dalam pemahaman saya berarti secara umum pemerintah masih dapat sepenuhnya mengendalikan penyebaran covid-19 di tanah air."

Pemerintah memang belum melarang ke mall, tempat hiburan dan sarana publik, tetapi pemerintah telah menghimbau untuk melakukan social distancing. Tetapi, bukan saja sekadar himbauan, untuk memberikan efek kejut, pada 16 Maret 2020 atau 1 hari sebelum Gatot Nurmantyo memposting seruannya, pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengurangi frekuensi BustransJakarta. 

Bukan saja itu, bahkan, pada 15 Maret 2020 atau 2 hari sebelum Gatot Nurmantyo mengunggah seruannya, tindakan lebih keras diputuskan pemerintah Kota Solo dengan menutup 10 destinasi wisatanya. Begitu juga dengan pemerintah Kota Bandung. Pada hari yang sama, Bandung menutup 12 obyek wisatanya.

Bahkan, terhitung sejak 16 Maret 2020, sejumlah provinsi meniadakan kegiatan belajar-mengajar selama dua minggu.

Jadi salah besar, dan lagi-lagi karena kemiskinan literasi, jika Gatot Nurmantyo menyebut sarana-sarana publik lain tidak ditutup. Sementara, meskipun belum ditutup, sejumlah spot publik, seperti cafe, mal, hotel, dll, sudah sepi dari pengunjung.

Gatot Nurmantyo kemudian melanjutkan pelurusannya.

"Ketiga, masih dalam pemahaman saya, jika masjid yang pada umumnya orang datang untuk beribadah dalam kondisi bersih, membuka alas kaki dan berwudhu, dhi pd kondisi normal dengan membasuh menggunakan air bersih pada bagian tubuh yang diwajibkan saja sudah dihimbau untuk tidak dilakukan, apalagi MESTINYA di tempat-tempat yang jelas-jelas untuk masuk sama sekali tidak diatur kebersihannya."

Membandingkan kebersihan orang yang masuk masjid dengan orang yang masuk ke sarana publik lainnya tidak seluruhnya benar. Benar, kebersihan masjid lebih terjaga dibanding tempat publik lainnya. Seseorang yang ingin memasuki masjid pun harus terlebih dulu membersihkan sebagian anggota tubuhnya dengan berwudhu. Akan tetapi, corona juga menyebar lewat interaksi antar manusia. termasuk antar jamaah masjid.

Di Malaysia, misalnya, dari 125 kasus baru pada 15 Maret 2020, 95 di antaranya adalah peserta tabligh akbar yang digelar di Masjid Sri Petaling, Kuala Lumpur, pada 18 Februari - 3 Maret 2020. 

Sebagai tokoh nasional Gatot Nurmantyo justru menunjukkan bahwa dirinya kurang asupan informasi terkait corona. Atau setidaknya kemalasannya dalam meng-googling. 

Sialnya, setelah melakukan blunder pada postingannya tertanggal 17 Maret 2020, Gatot Nurmantyo malah mencetak gol bunuh diri lewat klarifikasinya yang diunggahnya dua hari kemudian.

Foto layar aman postingan IG Gatot Nurmantyo pada 17 Maret 2020 (Sumber. Dok. Pri)
Foto layar aman postingan IG Gatot Nurmantyo pada 17 Maret 2020 (Sumber. Dok. Pri)

"Keempat, saya ini seorang Santri dan harus patuh taat pada ulama , maka Saya sangat meyakini bahwa himbauan saya tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan Fatwa Majelis Ulama, No 14 Tahun 2020, tanggal 16 Maret 2020, tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi terjadi wabah Covid-19, yang dalam pasal-pasalnya mengatur ibadah bagi umat yang sudah sakit dan yang masih sehat, serta (baca dan perhatikan fatwa pasal 4 dan 5) bagaimana beribadah dalam kondisi penyebaran Covid-19 TIDAK TERKENDALI dan dalam kondisi penyebaran Covid-19 TERKENDALI. Sangat jelas di fatwa ini kapan beribadah di masjid menjadi haram hukumnya dan kapan tetap menjadi kewajiban umat Islam," lanjut Gatot Nurmantyo dalam klarifikasinya. 

Kalau postingan Gatot Nurmantyo pada 17 Maret 2020 itu sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama, No 14 Tahun 2020, tanggal 16 Maret 2020, sudah barang tentu MUI tidak merespon negatif. 

Faktanya, Sekjen MUI Anwar Abbas menyatakan bentahannya.

"Masjid adalah tempat yang suci dan mulia. Dan kita tidak pernah menganggap masjid itu sarang penyakit dan apalagi mendorong orang untuk phobia kepadanya. Tetapi yang menjadi masalah adalah adanya virus Corona yang menular yang bisa dibawa oleh jemaah yang sudah terkena ke mesjid sehingga yang tadinya tidak terkena oleh virus tersebut karena juga hadir di mesjid yang sama maka jemaah yang lain juga menjadi terkena," kata Sekjen MUI Anwar Abbas kepada wartawan, pada 19 Maret 2020 sebagaimana dikutip Detik.com

Lagipula, Fatwa MUI tentang "terkendali" atau "tidak terkendali" tersebut tidak menyeluruh, melainkan per kawasan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Sementara dalam unggahannya pada 17 Maret 2020, Gatot Nurmantyo sama sekali tidak menyinggung Fatwa MUI apalagi sampai soal kawasan dengan potensi penularan corona yang rendah atau tinggi.

"... Namun di negeri Mayoritas Muslim justru sebaliknya..?? Mereka beramai-ramai Mengaungkan phobia dgn Masjid ...." Begitu tulis Gatot dalam postingannya bertanggal 17 Maret 2020.

Poin keempat dalam klarifikasi Gatot Nurmantyo ini justru menarik. Lantaran, saat mengunggah seruannya pada 17 Maret 2020, Gatot sama sekali tidak menuliskan "Fatwa MUI". Tetapi, saat meluruskan unggahannya yang mendapat banyak kecaman, Gatot Nurmantyo membawa "Fatwa MUI" dan menunjukkan predikat dirinya sebagai santri.  

Artikel Lain:

Karena Destinasi Wisata di Jogja Meng-Cluster, Lokasi Hotel Ini Lebih dari Strategis 

TV One Vs SintesaNews: 5 Kebetulan Narasumber ILC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun