Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Dia yang Namanya Tak Boleh Disebutkan" Diberangus Facebook

19 Februari 2020   12:18 Diperbarui: 19 Februari 2020   12:23 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Facebook (Sumber: Dok. Pri)

Bisa disimpulkan jika kekalahan AS dalam konflik Iran-AS tersebut bukan disebabkan keberpihakan media dan netijen.

Jika diperhatikan, salah satu kekalahan AS di ranah media lantaran keterlambatan pihak berwenang AS dalam memberikan keterangan resminya. Misalnya, keterangan mengenai korban serangan rudal Iran yang terjadi pada 8 Januari 2020 baru disampaikan pada 17 Januari 2020 atau 9 hari setelah peristiwa terjadi. 

Penyebab lainnya adalah keterangan AS yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Selain berubah-ubah, informasi yang disampaikan AS pun masih diduga masih menutupi informasi-informasi lainnya terkait jumlah korban. Dugaan ini muncul lantaran AS hanya menyebutkan jumlah tentara AS yang mengalami cedera otak berat. As tidak menyebutkan jumlah tentara AS yang mengalami cedera otak sedang, cedera otak ringan, patah kaki atau tangan, luka bakar, dan lainnya.

Berbeda lagi dalam kasus pemberitaan tewasnya Michael D'Andrea. Dalam kasus ini, AS tidak mungkin bisa membantah atau meluruskannya. Sekalipun jika AS memunculkan sosok yang diberitakan telah tewas itu di depan publik. Ini dikarenakan sosok D'Andrea sendiri tidak diketahui oleh publik. 

Bisa dikatakan, informasi kematian D'Andrea merupakan kecerdasan Iran dalam memainkan post-truth. Tentu saja kecerdasan Iran ini tidak mungkin berdampak tanpa adanya keterlibatan media, termasuk media sosial.  

Karenanya, sangat disayangkan jika Amerika Serikat melawan kecerdasan Iran tersebut dengan cara memblokir media dan memberangus akun-akun media sosial. Langkah AS ini bukan saja patut disebut sebagai sikap pengecut, tetapi juga melanggar asas-asas kebebasan pers dan kebebasan bersuara.

Artikel lain

"Khilafah 2020", Fiksi NIC yang Diyakini HTI Cs

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun