Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Bukan Posisi 69 yang Puaskan Saya di Kompasiana

7 November 2019   09:21 Diperbarui: 7 November 2019   09:24 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto layar SERP untuk kata kunci "Bambang Widjojanto" (Sumber: Dok. Pri)


Sakit hati. Itu yang saya rasakan setelah 10 tahun menulis di Kompasiana yang kini berusia 11tahun. Kesakithatian ini sebenarnya pernah saya tulis beberapa tahun lalu.Sudah saya ceritakan juga pada kompasianer Cirebon-Indramayu pada acara KopiWriting di Cirebon pada 30 Oktober 2019 lalu.

Hanya saja karena menganut azas "forgive but do not forget", saya mengulangi menuliskannya lagi.

BeginiCerita Kesakithatian Saya Ber-Kompasiana

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya Sabtu pagi, lupatanggal, lupa hari, dan lupa juga tahunnya, saya ke bank untuk menguruskehilangan kartu ATM. Setelah menunggu cukup lama, nomor antrian saya disebut.Saya pun mendatangi meja CS. 
"Pak Gatot, bisa lihat KTP-nya," kata Mbak CS setelahmenanyakan keperluan saya.

Sambil mencuri pandang pada Mbak CS yang sedangmengetikkan sesuatu pada keyboard, saya menyerahkan KTP dari saku kemeja.

"Ini Pak Gatot Swandito yang di Kompasiana bukan?" MbakCS bertanya sambil memandangi saya yang saat itu sedang menatap wajah cantiknya.

"Iya," jawab saya singkat.

Hati saya berbunga-bunga. Ternyata nama saya sebagaiblogger Kompasiana terkenal juga. Hanya dengan menyebut nama, orang langsungtahu kalau saya K-er.

Dan, entah apa yang mengawalinya, saya merogohkan tanganke kantong celana untuk mengeluarkan HP. Niat saya ingin menunjukkan lamanKompasiana dengan foto profil saya pada pojok kanannya.

"Oh ya, Pak, kalau Mas Elde dan Mas Sayeed tuh sebenernya gimana sih?" tanya Mbak CS sebelum saya sempatmenunjukkan tampilan HP kepadanya.

Mendengar pertanyaan itu saya langsung kesal bukankepalang. Bayangkan, Mbak CS itu bertemu dengan saya, ngobrol dengan saya, eh yang ditanya duo Elde-Sayeed. Apatidak ada pertanyaan lain, semisal, "Berapa artikel yang sudah dihapus admin?"

Tapi, biar pun hati ini sudah tersakiti, saya tetapmenulis di Kompasiana. Lagian Mbak CSyang menyakiti hati saya itu berwajah cantik keemasan, maksudnya sedikitberkumis, yang membuat saya betah memandanginya.

Karena Bikin Website, Saya Masuk Surga

Akhir Mei 2019, saya membuat website. Saya beri nama GSite.id.Sudah pasti "GS" diambil dari "Gatot Swandito". Pembuatan website itu pun tidaklepas dari pengaruh teman-teman blogger Kompasiana yang saat ini tengahmenyemarakkan pesta ulang tahunnya dengan #11TahunKompasiana.

Sewaktu mereka-reka isi GSite.id, saya benar-benar full imajinasi. Saya ingin artikel yangsaya posting di GSite.id seperti inilah dan itulah. Saya juga berniatmengunggah artikel sedikitnya dua kali seminggu. Sebuah niat suci yang pastinyadiridhoi oleh Yang Mahakuasa.Sebulan setelah menyewa server, saya masih belajar inidan itu. Lepas sebulan, ternyata saya masih keasyikan belajar. Gegara itu, sayajadi malas menulis. Tiga sampai empat bulan, ternyata saya masih juga mengopreksana-sini. Padahal, yang saya oprek cuma tampilan. Itu pun cuma memasukkan kodeCascading Style Sheet (CSS)"display: none".

Foto layar CSS tambahan pada GSite.id (Sumber: Dok Pri)
Foto layar CSS tambahan pada GSite.id (Sumber: Dok Pri)
Dari ngoprekwebsite selama berbulan-bulan yang tanpa hasil itu, saya bisa masuk surgagegara ghibah saya pada admin Kompasiana sudah berkurang jauh, dari 100 kaliper hari menjadi 37 kali per minggu. Pasalnya, saya jadi tahu betapa ribetnyamengelola sebuah website, apalagi seperti Kompasiana dengan puluhan ribuanggota dan ratusan unggahan artikel per hari. Kalau dulu saya ikut mengampanyekan "Kalau nggak errorbukan Kompasiana", sekarang sudah tidak lagi.

Karena saya tahu persis kalauerror itu seperti Si Mbak CS dengan kumis tipisnya. Sekilas terasa mengganggu,tapi lama-kelamaan bisa dinikmati. Sekarang saya juga sudah paham sepaham-pahamnya pahamkalau loading Kompasiana ada yangbilang lelet. Karena sekarang sayatahu kalau kecepatan loading itu tergantung banyak faktor, salah satunya request.

Dari GTmetrix.com yang diambil pada 6 November 2019 pukul13.07-13.27 WIB, jumlah request untuk laman depan Kompasiana terekam ada 2.820dengan total page size 15,4 Mb. Bandingkan dengan laman beranda Kompas.com yangber-total page size 2.43MBdan 298 request. 

Foto layar performa Kompasiana.com oleh GTmetrix.com (Sumber: Dok. Pri)
Foto layar performa Kompasiana.com oleh GTmetrix.com (Sumber: Dok. Pri)
Foto layar performa Kompas.com oleh GTmetrix.com (Sumber: Dok. Pri) 
Foto layar performa Kompas.com oleh GTmetrix.com (Sumber: Dok. Pri) 
SudahPunya GSIte.id, Bukan Posisi Ini yang Buat Saya masih Ngompasiana

Sejak awal merencanakan mengelola website sendiri, sayamemang tidak berniat meninggalkan blog keroyokan berslogankan #BeyondBlogging ini.Setiap artikel yang saya unggah di GSite rencananya saya mirror-kan diKompasiana. Alasannya, karena saya tidak tahu umur GSite.id. Bukankah sejakkecil kita mengimani kalau jodoh, rejeki, dan umur hanya Tuhan yang tahu.

Tapi, alasan saya masih tetap menulis di Kompasianakarena saya menginginkan posisi yang membuat saya merasa perkasa. Posisi yangsaya inginkan itu bukan 69, tapi posisi 10 besar search engine results pages SERP.

Setiap kali ada isu yang lagi ngetren dan kebetulan sayapunya opini untuk mengulasnya, saya berusaha meng-searchengine optimization-kantulisan saya. Dan, saya merasa puas kalau artikel yang saya posting masuk ke 10besar hanya dengan memasukan dua kata kunci. 

Foto layar SERP untuk kata kunci
Foto layar SERP untuk kata kunci "Enzo Allie" (Sumber: Dok. Pri)
Misalnya, pasramai-ramainya Enzo Allie diterima di Akmil, saya memposting "EnzoAllie dengan Bendera HTI-nya dan Moeldoko dengan Jilbabnya". Dan, hanya dengandua kata kunci (lebih dari itu saya pilih nyemplungke sumur) "enzo allie", artikel yang saya tayangkan pada bertengger di posisi 8besar.

Begitu jugasaat Bambang Widjojanto menjadi sri panggung sidang gugatan Pilpres 2019 di MK.Artikel tentang kuasa hukum pasangan Prabowo-Sandi yang saya posting itubermukim di posisi 9 hanya dengan mengetikkan dua kata kunci.

Foto layar SERP untuk kata kunci
Foto layar SERP untuk kata kunci "Bambang Widjojanto" (Sumber: Dok. Pri)
Tetapisekalipun dengan kata kunci "rocky gerung" masuk posisi 4 besar, artikel "PisauBolu Rocky Gerung Ini Anti Mainstream" tidak membuat saya bangga. Karena,ketika saya menuliskannya, tokoh yang ngetopdengan kata "dungu" itu hanya diberitakan oleh beberapa media mainstream.
Foto layar SERP untuk kata kunci
Foto layar SERP untuk kata kunci "Rocky Gerunge" (Sumber: Dok. Pri)
Denganmengunggah artikel di Kompasiana, posisi 10 besar versi mesin pencari Googlesemakin mudah diraih. Pasalnya, menurut Websiteseochecker.com, Kompasianamemiliki domain authority (DA) 82. 

Sementara,menurut Ahrefs.com, Kompasiana ber-DA 80. Bandingkan dengan Qureta.com yanghanya memiliki DA separuh dari yang dipunyai Kompasiana. Dan, DA untuk GSite.idmasih 0.

Foto layar Domain Authority Kompasiana menurut Ahrefs.com (Sumber: Dok. PriZ0 
Foto layar Domain Authority Kompasiana menurut Ahrefs.com (Sumber: Dok. PriZ0 
Dengan men-SEO-kan artikel, peluang artikep kita dibacaoleh lebih banyak pengakses internet pun semakin besar. Sayangnya, datapengakses artikel lewat mesin pemcari hanya diketahui oleh admin Kompasiana.Jadi, saya yang tidak memiliki akses ke kokpit Kompasiana tidak tahu jumlahpengakses artikel lewat Facebook, Twitter, Kompasiana, ataupun mesin pencari.

Malah, biarpun tidak di-SEO-kan, artikel-artikelkompasianer dengan tema-tema tertentu banyak dijumpai di laman pertama Googlehanya dengan dua atau beberapa kata kunci, seperti "assalmualaikum shalom", "waitinggodot", "dewi banowati", dan masih banyak lagi.

Karena DA Kompasiana juga, artikel "CaraMenghitung Poin motoGP & GP Formula1" yang diposting HerySyofyan pada 2 Mei 2013 saat sudah diklik sebanyak 120.250.Pada "masanya", artikel tersebut mem-booming.  

Foto layar artikel
Foto layar artikel "Cara Menghitung Pion MotoGP & GP Formula1" yang diunggah Hery Syafyan (Sumber: Dok Pri_

Nah ini yang menarik, kalau mengetikkan "jack barsky"pada kotak pemncarian Google, sudah pasti akan menemukan artikel "EnzoAllie Bukan "Jack Barsky" HTI" yang saya tayangkan di Kompasianapada 10 Agustus 2019. Sebab, sampai detik ini, baru Kompasiana di nagara iniyang menayangkan artikel terkait Jack Barsky.

Posisi artikel yang muncul pada halaman pertama Googleitulah yang membuat saya sampai sekarang masih kerasan menulis untuk blog yangkini berusia 11 tahun ini. Ini yang mungkin membedakan saya dengan kompasianerlainnya. 

Kalau ditanya, selain SERP, apalagi yang membuat sayamasih betah ngompasiana sampai 10 tahun? Jawaban saya sederhana dan sangatsingkat: pembaca.

Artikel ini sudah ditayangkan di GSite.id dengan judul 

BukanPosisi 69 yang Puaskan Saya di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun