Sakit hati. Itu yang saya rasakan setelah 10 tahun menulis di Kompasiana yang kini berusia 11tahun. Kesakithatian ini sebenarnya pernah saya tulis beberapa tahun lalu.Sudah saya ceritakan juga pada kompasianer Cirebon-Indramayu pada acara KopiWriting di Cirebon pada 30 Oktober 2019 lalu.
Hanya saja karena menganut azas "forgive but do not forget", saya mengulangi menuliskannya lagi.
BeginiCerita Kesakithatian Saya Ber-Kompasiana
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya Sabtu pagi, lupatanggal, lupa hari, dan lupa juga tahunnya, saya ke bank untuk menguruskehilangan kartu ATM. Setelah menunggu cukup lama, nomor antrian saya disebut.Saya pun mendatangi meja CS.Â
"Pak Gatot, bisa lihat KTP-nya," kata Mbak CS setelahmenanyakan keperluan saya.
Sambil mencuri pandang pada Mbak CS yang sedangmengetikkan sesuatu pada keyboard, saya menyerahkan KTP dari saku kemeja.
"Ini Pak Gatot Swandito yang di Kompasiana bukan?" MbakCS bertanya sambil memandangi saya yang saat itu sedang menatap wajah cantiknya.
"Iya," jawab saya singkat.
Hati saya berbunga-bunga. Ternyata nama saya sebagaiblogger Kompasiana terkenal juga. Hanya dengan menyebut nama, orang langsungtahu kalau saya K-er.
Dan, entah apa yang mengawalinya, saya merogohkan tanganke kantong celana untuk mengeluarkan HP. Niat saya ingin menunjukkan lamanKompasiana dengan foto profil saya pada pojok kanannya.
"Oh ya, Pak, kalau Mas Elde dan Mas Sayeed tuh sebenernya gimana sih?" tanya Mbak CS sebelum saya sempatmenunjukkan tampilan HP kepadanya.
Mendengar pertanyaan itu saya langsung kesal bukankepalang. Bayangkan, Mbak CS itu bertemu dengan saya, ngobrol dengan saya, eh yang ditanya duo Elde-Sayeed. Apatidak ada pertanyaan lain, semisal, "Berapa artikel yang sudah dihapus admin?"
Tapi, biar pun hati ini sudah tersakiti, saya tetapmenulis di Kompasiana. Lagian Mbak CSyang menyakiti hati saya itu berwajah cantik keemasan, maksudnya sedikitberkumis, yang membuat saya betah memandanginya.
Karena Bikin Website, Saya Masuk Surga
Akhir Mei 2019, saya membuat website. Saya beri nama GSite.id.Sudah pasti "GS" diambil dari "Gatot Swandito". Pembuatan website itu pun tidaklepas dari pengaruh teman-teman blogger Kompasiana yang saat ini tengahmenyemarakkan pesta ulang tahunnya dengan #11TahunKompasiana.
Sewaktu mereka-reka isi GSite.id, saya benar-benar full imajinasi. Saya ingin artikel yangsaya posting di GSite.id seperti inilah dan itulah. Saya juga berniatmengunggah artikel sedikitnya dua kali seminggu. Sebuah niat suci yang pastinyadiridhoi oleh Yang Mahakuasa.Sebulan setelah menyewa server, saya masih belajar inidan itu. Lepas sebulan, ternyata saya masih keasyikan belajar. Gegara itu, sayajadi malas menulis. Tiga sampai empat bulan, ternyata saya masih juga mengopreksana-sini. Padahal, yang saya oprek cuma tampilan. Itu pun cuma memasukkan kodeCascading Style Sheet (CSS)"display: none".
Karena saya tahu persis kalauerror itu seperti Si Mbak CS dengan kumis tipisnya. Sekilas terasa mengganggu,tapi lama-kelamaan bisa dinikmati. Sekarang saya juga sudah paham sepaham-pahamnya pahamkalau loading Kompasiana ada yangbilang lelet. Karena sekarang sayatahu kalau kecepatan loading itu tergantung banyak faktor, salah satunya request.
Dari GTmetrix.com yang diambil pada 6 November 2019 pukul13.07-13.27 WIB, jumlah request untuk laman depan Kompasiana terekam ada 2.820dengan total page size 15,4 Mb. Bandingkan dengan laman beranda Kompas.com yangber-total page size 2.43MBdan 298 request.Â
Sejak awal merencanakan mengelola website sendiri, sayamemang tidak berniat meninggalkan blog keroyokan berslogankan #BeyondBlogging ini.Setiap artikel yang saya unggah di GSite rencananya saya mirror-kan diKompasiana. Alasannya, karena saya tidak tahu umur GSite.id. Bukankah sejakkecil kita mengimani kalau jodoh, rejeki, dan umur hanya Tuhan yang tahu.
Tapi, alasan saya masih tetap menulis di Kompasianakarena saya menginginkan posisi yang membuat saya merasa perkasa. Posisi yangsaya inginkan itu bukan 69, tapi posisi 10 besar search engine results pages SERP.
Setiap kali ada isu yang lagi ngetren dan kebetulan sayapunya opini untuk mengulasnya, saya berusaha meng-searchengine optimization-kantulisan saya. Dan, saya merasa puas kalau artikel yang saya posting masuk ke 10besar hanya dengan memasukan dua kata kunci.Â
Begitu jugasaat Bambang Widjojanto menjadi sri panggung sidang gugatan Pilpres 2019 di MK.Artikel tentang kuasa hukum pasangan Prabowo-Sandi yang saya posting itubermukim di posisi 9 hanya dengan mengetikkan dua kata kunci.
Sementara,menurut Ahrefs.com, Kompasiana ber-DA 80. Bandingkan dengan Qureta.com yanghanya memiliki DA separuh dari yang dipunyai Kompasiana. Dan, DA untuk GSite.idmasih 0.
Malah, biarpun tidak di-SEO-kan, artikel-artikelkompasianer dengan tema-tema tertentu banyak dijumpai di laman pertama Googlehanya dengan dua atau beberapa kata kunci, seperti "assalmualaikum shalom", "waitinggodot", "dewi banowati", dan masih banyak lagi.
Karena DA Kompasiana juga, artikel "CaraMenghitung Poin motoGP & GP Formula1" yang diposting HerySyofyan pada 2 Mei 2013 saat sudah diklik sebanyak 120.250.Pada "masanya", artikel tersebut mem-booming. Â
Nah ini yang menarik, kalau mengetikkan "jack barsky"pada kotak pemncarian Google, sudah pasti akan menemukan artikel "EnzoAllie Bukan "Jack Barsky" HTI" yang saya tayangkan di Kompasianapada 10 Agustus 2019. Sebab, sampai detik ini, baru Kompasiana di nagara iniyang menayangkan artikel terkait Jack Barsky.
Posisi artikel yang muncul pada halaman pertama Googleitulah yang membuat saya sampai sekarang masih kerasan menulis untuk blog yangkini berusia 11 tahun ini. Ini yang mungkin membedakan saya dengan kompasianerlainnya.Â
Kalau ditanya, selain SERP, apalagi yang membuat sayamasih betah ngompasiana sampai 10 tahun? Jawaban saya sederhana dan sangatsingkat: pembaca.
Artikel ini sudah ditayangkan di GSite.id dengan judulÂ
BukanPosisi 69 yang Puaskan Saya di Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI