Ditemukannya arsenik di dalam tubuh Munir adalah fakta yang sulit dibantah. Dari fakta inilah kemudian penyelidikan dikembangkan.
Menariknya, otopsi terhadap jenazah Munir hanya dilakukan sekali di Belanda. Polri menolak optopsi ulang karena menganggap otopsi di Belanda sudah valid.
Begitu juga dengan keluarga almarhum Munir. Lewat Koordinator KontraS, Usman Hamid, keluarga mengkhawatirkan hasil otopsi ulang Munir berbeda dari NFI. Dengan begitu, pengungkapan kasus Munir, yang dilakukan Tim Pencari Fakta (TPF) hanya berdasarkan laporan NFI.
Memang akan menjadi masalah bila hasil otopsi ulang berbeda dengan hasil otopsi NFI. Polri dan Pemerintah pastinya akan dituding menyembunyikan sesuatu. Apalagi ketika itu logika publik sudah tergiring untuk menempatkan Pollycarpus sebagai pelaku pembunuhan dan BIN sebagai otaknya. Di sisi lain dunia internasional sudah menyoroti kasus ini.
Padahal, ada dua hal yang bisa dipertegas dalam otopsi ulang.
Pertama, apakah jumlah arsenik yang ditemukan di tubuh Munir masuk dalam satu waktu, atau akumulasi penumpukan, atau kombinasi keduanya (diracun dan akumulasi). Kepastian jumlah kandungan arsenik dan bagaimana racun ini masuk ke dalam tubuh Munir sangat dbutuhkan untuk mengetahui proses kematian Munir.
Dan, jika Munir dibunuh, data kandungan arsenik ini akan menentukan waktu peracunan Munir. Dan waktu peracunan akan menunjukkan di mana Munir "mengkonsumsi" arsenik.
Jika dilakukan optopsi ulang dan kemudian didapat data yang beda, maka waktu peracunan Munir pun berubah. Bukan lagi ketika Munir di Changi, tetapi bisa dalam penerbangan Jakarta-Singapura. Bisa di bandara Soeta. Bisa juga sebelum Munir tiba di Soeta.
Bisa juga di rumah kediamannya sendiri. Atau bahkan lebih ekstrem lagi, Munir tidak dibunuh sama sekali.
Bukti-bukti Pembunuhan Munir Dibuat Setelah Kematiannya
Logikanya, jika Munir dibunuh di dalam pesawat, maka pelakunya pasti seorang atau kelompok yang mampu melakukan pembunuhan dengan tingkat kesulitan tinggi. Di Indonesia, bahkan juga di dunia, jumlah kelompok ini sedikit.
Karena logikanya pembunuh Munir adalah seorang atau kelompok profesional, maka dibangunlah fakta-fakta pendukungnya. Karakteristik pelaku yang tepat untuk menjawab logika itu adalah BIN atau oknum BIN karena memiliki aset dan akses ke Garuda dan institusi lainnya.