Sementara program kedua yang diberi kode rahasia PRISM ini bertujuan untuk memantau aktivitas mencurigakan yang datang dari luar AS. Lewat program PRISM inilah NSA menyadap pengguna internet dan jejaring sosial seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Pada Juli 2012 atau sembilan bulan setelah Microsoft membeli Skype, NSA mengklaim mampu meningkatkan jumlah video call yang dapat disadap lewat jejaring sosial tersebut.
Bukan hanya Skype, menurut Snowden, NSA dapat mengakses informasi yang dikirim sejumlah peusahaan ternama seperti Microsoft, Apple, Google, Facabook, dan Yahoo.
Celakanya lagi, bukan hanya NSA yang mampu menyadap komunikasi di jejaring sosial. Sebuah trojan bernama Peskyspy pun mampu merekam panggilan suara dan menyimpanya dalam bentuk file MP3. File MP3 ini kemudian dikirim ke server yang sudah ditentukan oleh si penyadap.
Menurut Symantec, saat ini resiko ancaman Peskyspy masih rendah. Tetapi karena trojan ini tersedia secara bebas, maka pembuat malware bisa memanfaatkannya sabagai alat untuk memata-matai.
Dari informasi yang bocoran WikiLeaks, dua dokumen rahasia yang diungkap Snowden, dan beredarnya Peskyspy, jelas menunjukkan mudahnya menyadap komunikasi lewat jejaring internet. Dan, tidak menutup kemungkinan WA juga sudah bisa disadap.
Dan, kalau mencermati jumlah smartphone yang dapat disadap oleh CIA yang mencapai 85 persen, bisa jadi salah satu ponsel yang diretas adalah milik kita, termasuk milik Nia.
Malah, dalam film "Snowden" yang disutradarai oleh Oliver Stone diceritakan juga tentang keisengan pegawai NSA saat meretas laptop milik salah seorang putri pejabat. Lewat retasan itu, pegawai NSA dapat menyaksikan secara langsung aktivitas pribadi targetnya.
Soal keisengan dalam soal retas-meretas atau sadap-menyadap juga pernah menghebohkan media di tanah air pada tahun 2010. Saat itu diberitakan tentang keisengan Ketua KPK Antasari Azhar yang mengintruksikan pegawai KPK untuk menyadap nomor telepon milik Rani Juliani.
Bukan hanya NSA yang memiliki alat pengintai ponsel cerdas, Polri pun memilikinya. Alat milik Polri ini dinamakan Celebrite Ufed Touch. Dengan alat buatan Inggris ini, Polri mampu bisa mengakses semua aktivitas ponsel, bahkan aktivitas yang sudah dihapus di ponsel
Karenanya, Polri sudah mengoperasikan alat penyadapnya, maka anggota DPR harus berhati-hati jika ingin menonton film porno. Apalagi sampai ceroboh seperti yang dilakukan oleh Arifinto. Arifinto yang diketahui sebagai perintis Partai Keadilan ini kepergok wartawan saat tengah asyik menonton video porno di ruang rapat FPR yang ber-AC.